Resensi Buku: Konspirasi Semesta - Suara Krajan


Judul: Konspirasi Semesta

Penulis: Nurun Ala

Penerbit: Azharologia Books

Jumlah Halaman: 217 halaman

Tahun Terbit: Cetakan V, Juli 2020

ISBN: -


Suarakrajan.com “Jika harus diadu siapa di antara kami yang cintanya lebih besar, aku percaya diri, akulah juaranya. Ia jatuh cinta padaku pada pandangan pertama, sementara aku jatuh cinta bahkan sebelum memandangnya.” (Halaman 157)

Di buku ini penulis tidak mencantumkan daftar isi dan tidak ada ISBN. Pertama-tama pembaca akan dibuat bingung dan kesulitan mencari judul apa saja yang ada di buku ini, tetapi setelah dipikir-pikir, apa yang dilakukan oleh Nurun Ala adalah strategi marketing penulis agar pembaca penasaran dengan ceritanya satu per satu.

Annisa Larasaty, biasa dipanggil Laras. Dia adalah tokoh utama dalam buku ini. Sejak SMP Laras mempunyai teman yang sangat dekat atau biasa disebut best friend, yaitu Siska dan Ronal. Walaupun Siska berbeda agama, tetapi hal itu tidak menjadikan perdebatan dan bahkan permusuhan di antara mereka.

Ketika Laras memasuki kelas tiga SMP, Laras selalu menerima surat dengan kata-kata yang puitis dari seseorang. Namun, Laras sendiri tidak tahu siapa yang mengirimkannya. Rasa penasaran Laras tentang pengirim surat itu pun terjawab, yaitu Ronal yang suatu saat akan menjadi teman dekatnya.

Ronal adalah saudara sepupu Siska. Laras pun baru tahu hal ini karena Siska tidak pernah menceritakan tentang Ronal. Walaupun Ronal sering mengirimkan surat kepada Laras dengan perantara Siska, tetapi ungkapan cinta atau sejenisnya tidak pernah Ronal ucapkan. Padahal momen itu yang sangat ditunggu-tunggu oleh Laras.

Setiap hidup pasti memiliki lika-liku tersendiri bagi pelakunya. Begitu juga yang dialami oleh mereka bertiga. Pada saat itu, kelulusan SMP telah tiba dan mereka mau tidak mau harus berpisah dengan Siska. Laras dan Ronal melanjutkan di sekolah yang sama sedangkan Siska harus pindah ke Medan mengikuti tempat kerja ayahnya yang baru.

Hati Laras sangat sakit menerima kenyataan ini. Siska adalah tempat Laras bercerita semua hal, seperti sedih, bahagia, atau hal yang tidak penting. Pasti kita akan merasakan kesedihan yang luar biasa seperti Laras. Memang sangat mudah mencari teman baru di lingkungan baru, tetapi kebersamaan yang pernah terjadi dengan teman lama akan jauh lebih berkesan.

Tidak hanya ditinggalkan Siska, di pertengahan SMA, Ronal pun meninggalkan Laras selamanya. Pada momen ini Laras sangat marah dan kecewa kepada Siska karena tidak mau jujur tentang kabar Ronal yang sudah tiada karena penyakit hepatitis. Laras merasa dibohongi oleh teman baiknya itu sehingga dia tidak mau lagi membuka surel dari Siska dan memutuskan membuat akun baru.

Setelah Laras membuat akun baru, beberapa bulan kemudian Laras tidak sengaja kangen dengan surel lamanya yang penuh dengan cerita-cerita dari Siska. Betapa terkejutnya ketika membaca tulisan dari Siska yang memutuskan bunuh diri karena tidak kuat menjalani hidup yang penuh tekanan dari keluarga bahkan pacarnya yang sudah menghamili di luar nikah. Laras merasa bersalah karena tidak bisa menjadi teman yang baik, teman yang bisa diajak diskusi, dan teman yang selalu ada di sampingnya ketika sedih maupun bahagia. Laras merasa egois dan bodoh dalam mengambil keputusan.

“Andai aku tak pernah memutuskan hubungan dengannya. Andai aku menepati janjiku untuk selalu ada bersamanya. Andai aku membuka surat itu lebih cepat satu bulan ... atau, paling tidak satu minggu. Andai aku ada di sana, menyediakan raga untuk dipeluk, masihkah ia berpikir untuk menyudahi hidup?” (Halaman 113)

Tidak terasa tiga tahun Laras mengenyam pendidikan SMA di Surabaya, dirinya pun melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Depok, yaitu Universitas Indonesia. Di sinilah Laras bertemu Rijal yang sangat mirip dengan Ronal, teman sekaligus cinta pertama terpendamnya. Benih-benih cinta itu pun tumbuh kembali dan lagi-lagi Laras tidak berani mengungkapkan perasaan cinta kepada Rijal, tetapi Rijal-lah yang membuktikannya dengan menikahi Laras di New Zealand setelah lama pergi menghilang secara tiba-tiba ketika wisuda.

“Rancangan kehidupan memang sudah ada, tetapi kitalah yang memilih sikap yang akan diambil atas rancangan itu, sebelum akhirnya Allah memberi kepastian atas pilihan kita sendiri.” (Halaman 217)

Begitulah konspirasi semesta, terkadang kita harus rela kehilangan sampai benar-benar lupa dan akan dihadirkan dengan orang yang sama. Bisa sama dari segi bicaranya, wajahnya, tubuhnya, atau prilakunya sehingga membuat kita ingat kembali kepada dia yang telah tiada.

Di buku ini konflik sangat bagus dikemas oleh Nurun Ala, sehingga pembaca mudah memahami dan akan ikut terharu dengan perjuangan Laras dalam menjalani kehidupan.



*Isa Saburai adalah anak pengembala sapi yang suka dunia literasi, travelling, dan makan krupuk.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak