Keinginan
Aku bakar kini jiwa kenekatan yang membabi
buta
seakan terus-menerus memaksa tuk berkata-kata
Padahal dia tahu bahwa segalanya akan piatu
dan aku segera melepaskan sansai tentang dirimu
Aku ingin
Memilikimu yang tak lain itu luka
Melepasmu adalah siksa
2022
Aku Ingin Amnesia
Aku ingin amnesia
Lupakan siapa kau
Melupakanmu yang tak lain kepedihan
Dan mengingatmu adalah penderitaan
Aku ingin kau amnesia
Tak membekas kan jiwaku
pada jiwa gilamu
Aku ingin amnesia
Lupa segala tentangku
Tapi ketiadaan terus mengingat
Jiwa gersang yang menumbuhkan
Bunga di tanah hatiku
Aku ingin kau amnesia
Membenci dan memukulku
Dari segala dosa
2022
Di Bawah Rembulan
Di bawah rembulan
kesepian terkurung dalam hatinya
Nyanyi angin syahdu bergelantungan
di pohon-pohon
Ada suara
dari kejauhan
Suaranya lembut
serupa musik peri tidur
Di laut, ikan bermain di pantulan
cahaya, batu-batu yang
sembunyi di bawahnya
mendongak memanggil-manggil
diriku untuk bermain mengisi waktu sepiku
Di bawah rembulan
kesepian terkurung dalam hatinya
Dan aku bermain di rerumputan
serupa bocah nakal
yang lupa makan
Saat rembulan melihatnya
aku temukan bunga lili
mekar di kelopak matanya
2022
Pemain Gitar Dan Takdirnya
Diserahkannya segala nasib pada senar gitar
Hingga tangannya berbulu nestapa kerinduan
Diulang-ulang lagu kematian, dan cinta
Jemarinya mulai bertualang mencari nada
Dan ketika lelah ia tempohkan jiwanya
Hingga menghilang, menggila
Lupalah segala yang tersisa
Dalam ingatannya hanya not penghabisan nyawanya
2022
Penyair
Penyair memiliki
100 ribu nyawa
tiap nyawa berkelana
mencari majas dan diksi-diksi
hingga terangkai kata-kata
Dan abadi
2022
Irman Hermawan,
Kelahiran Legung Timur, 15 Oktober 2003. Anak dari seorang nelayan di pulau
garam. Tinggal, dan besar di kampung kasur pasir, Legung Timur, Batang-Batang,
Sumenep. Alumnus MA Lughatul Islamiyah. Sering dipanggil Sableng oleh
teman-temannya. Puisinya tersiar di media cetak maupun Online seperti dunia
santri, Suara Krajan, Pos Bali, Majalah Elepsis, Bhirawa, dll.
seakan terus-menerus memaksa tuk berkata-kata
Padahal dia tahu bahwa segalanya akan piatu
dan aku segera melepaskan sansai tentang dirimu
Memilikimu yang tak lain itu luka
Melepasmu adalah siksa
Lupakan siapa kau
Melupakanmu yang tak lain kepedihan
Dan mengingatmu adalah penderitaan
Tak membekas kan jiwaku
pada jiwa gilamu
Lupa segala tentangku
Tapi ketiadaan terus mengingat
Jiwa gersang yang menumbuhkan
Bunga di tanah hatiku
Membenci dan memukulku
Dari segala dosa
kesepian terkurung dalam hatinya
Nyanyi angin syahdu bergelantungan
di pohon-pohon
dari kejauhan
Suaranya lembut
serupa musik peri tidur
cahaya, batu-batu yang
sembunyi di bawahnya
mendongak memanggil-manggil
diriku untuk bermain mengisi waktu sepiku
kesepian terkurung dalam hatinya
Dan aku bermain di rerumputan
serupa bocah nakal
yang lupa makan
aku temukan bunga lili
mekar di kelopak matanya
Hingga tangannya berbulu nestapa kerinduan
Diulang-ulang lagu kematian, dan cinta
Jemarinya mulai bertualang mencari nada
Dan ketika lelah ia tempohkan jiwanya
Hingga menghilang, menggila
Lupalah segala yang tersisa
Dalam ingatannya hanya not penghabisan nyawanya
100 ribu nyawa
tiap nyawa berkelana
mencari majas dan diksi-diksi
hingga terangkai kata-kata
Dan abadi