Meneroka NU Abad ke-2, LESBUMI Jember Gelar Dialog Publik - Suara Krajan



Suara Krajan, Jember - Tak terasa kiprah NU di jagat Nusantara sudah memasuki 1 abad, tepatnya 7 Februari 2023 mendatang. NU sebagai organisasi keagamaan tidak hanya berkontribusi dalam sosial-agama saja. Lebih dari itu, sikap tawassuth, tawazun, tasamuh, dan i'tidal membuat NU dapat mewarnai di segala bidang serta diterima oleh banyak kalangan. Dari tahun ke tahun organisasi yang didirikan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ary terus berkembang dan menunjukkan peran signifikan, tidak hanya bagi agama melainkan juga bagi nusa dan bangsa.

Kehidupan ummat, dalam konteks berbangsa dan bernegara semakin kompleks-dinamis, apalagi dikaitkan dengan isu-isu agama. Oleh karena itu, Lesbumi PCNU Jember bekerjasama dengan RRI Jember pada hari Senin, 30 Januari 2023 mengadakan dialog publik dengan topik "Meneroka NU di Abad ke-2" ini.

Adapun narasumber yang hadir yakni Prof. Dr. M Khusna Amal (Dekan FUAH UIN Khas Jember, Dr. Akhmad Taufiq, M.Pd. (Pembina Lesbumi dan Wakil Ketua PCNU Jember) K.H. Kusno, M.Pd.I (Ketua PD Muhammadiyah Jember), Drs. H. Ahmad Tholabi (Kasubbag TU Kemenag Jember), dan Romo Utus Pastor Kepala Paroki Santo Yusuf Jember  yang penuh kebahagian menyambut abad ke-2 NU.

Menurut Ahmad Tholabi sebagai Kasubbag TU Kemenag Jember menyampaikan bahwa menuju abad kedua ini, NU akan terus menganut tiga karakteristik dalam beragama, yakni Tawasuth atau tengah-tengah, I’tidal atau tegak lurus, dan Tawazun atau seimbang dalam berbagai aspek kehidupan. “Hal itu menjadi dasar penting yang diajarkan NU kepada Kementerian Agama sehingga mereka tergerak untuk membuat sebuah program berupa gerakan moderasi beragama. Munculnya moderasi beragama tidak lepas dari apa yang telah NU ajarkan kepada kami melalui para ulama karena konsep moderasi beragama ini adalah konsep yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang hidup di tengah kemajemukan beragama. Moderasi beragama bukan sekadar menganggap agamanya paling benar sehingga menganggap yang lain salah, tetapi konsep moderasi beragama adalah menganggap semua agama benar dan meyakini bahwa agama islam adalah agama yang benar. Moderasi beragama harus terus dilakukan, baik di era saat ini maupun di era yang akan datang karena konsep ini adalah konsep yang diyakini mampu melahirkan sikap toleransi beragama di Indonesia dapat terjaga.”

Hal senada juga disampaikan Ahmad Taufiq selaku Pembina Lesbumi Jember dan Wakil Ketua PCNU Jember menyampaikan hal penting yang dapat dilakukan dalam meneroka Nahdlatul Ulama di abad ke dua, yakni dengan melakukan suatu refleksi di satu abad pertama dan di satu abad kedua. “Di seratus tahun pertama, NU dapat terlihat konsisten di berbagai bagian-bagian penting negara Indonesia. Bapak Taufiq juga menyampaikan bahwa NU akan menjadi kekuatan yang mampu menciptakan tatanan kehidupan bangsa dan kehidupan global berbasis nilai-nilai moderasi keagamaan dan nilai-nilai moderat.”

Narasumber ketiga ini merupakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Jember, beliau bernama Bapak Kusno. Pada dialog interaktif ini, Bapak Kusno menilai “Perjalanan NU menuju abad kedua ini adalah suatu perjalanan hebat. Pertama, jika NU tetap konsisten dengan khittoh yang dijalani selama satu abad ini berarti NU telah berada di fondasi yang sangat kokoh untuk membangun peradaban utama. Kedua, jika NU pada abad kedua nanti mampu menjadi alternatif kekuatan ekonomi, sosial, dan budaya tentu jauh akan lebih efektif dalam menguatkan peran-peran strategis, baik dalam keIndonesiaan maupun dalam dunia internasional. Ketiga, apapun gerakan yang ada sangat terletak pada kebermanfaatannya sehingga adanya Muhammadiyah dan NU juga sama-sama memberikan manfaat untuk kehidupan luas.”

 Prof Husna Amal melihat NU sebagai organisasi islam yang paling unik tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. NU juga mampu memainkan peran penting dan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, baik di bidang sosial keagamaan maupun ekonomi, budaya, dan politik. Jika mengulas ulang kisah berdirinya, Nahdlatul Ulama memiliki daya tahan dan daya adaptasi yang sangat luar biasa. “Ribuan pesantren Nahdlatul Ulama telah memberikan kontribusi penting dalam upaya membantu negara mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Oleh karena itu, dalam beberapa dekade ini, NU mulaimengembangkan berbagai lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal. Tentu hal itu semua terjadi tidak lepas dari adanya tantangan-tantangan berat yang harus dihadapi oleh Nahdlatul Ulama.” 

Selain beberapa narasumber di atas, satu narasumber ini berasal dari lintas agama, beliau Romo Yoseph Utus selaku Pastor Kepala Paroki Santo Yusup juga memberikantanggapan terkait perjalanan NU menuju abad kedua ini. “NU adalah organisasi yang luar biasa karena mampu menggerakkan napas kebangsaan, kerukunan, dan kedamaian. Warga katolik merasa senang karena NU dan Muhammadiyah membuka ruang dialog dengan semua agama. Apapun bentuk agamanya, tujuan utama yang diharapkan adalah mencapai keselamatan. Saat ini NU juga sudah memiliki fondasi yang kuat dalam menjaga kerukunan beragama, mampu melakukan pendekatan yang dapat diterima oleh seluruh lini masa agama. Selain itu, di zaman modern seperti ini NU mampu mempertahankan nilai-nilai keberagaman dalam hal apapun. Romo Yosep mengajak warga katolik dan NU untuk bergerak bersama meraih nilai moral, nilai budaya, nilai moderasi, dan nilai toleransi.”

Dengan berjalannya usia menuju abad ke-2, "kami berharap Nahdlatul Ulama  menjadi organisasi yang mampu menampilkan kehidupan-kehidupan yang damai, aman, tentram, mampu melahirkan manusia-manusia berbudi luhur, dan mampu terus berkembang dan mempertahankan kekuatan-kekuatan peranannya di berbagai aspek kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara" harap Siswanto Ketua Lesbumi Jember. (Lfd.)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak