Masih saja terdengar ditelinga, bisikan-bisikan atau bahkan teriakan
yang melukai hati. Terkadang aku heran, mengapa kejelekan seseorang mudah
sekali tampakkan di permukaan, sedangkan kebaikan dan prestasinya seringkali dianggap buram, sehingga menyulitkan untuk
dilihat. Ini adalah Sesuatu yang penting bagiku, tentang bagaimana cara
orang-orang memandang siapa itu anak muda.
Saat itu di kampungku. Terdapat sebuah acara yang melibatkan tetangga
dan orang-orang sekitar kampung itu. aku menghadiri, serta ikut membantu
pekerjaan di sana. Bermula dari perkumpulan ibu-ibu yang sedang gotong royong
memasak masakan yang akan menjadi hidangan dari acara tersebut.
Memanglah saat itu yang mendominasi pekerjaan dikampung ialah para bapak-bapak dan ibu-ibu.
bapak-bapak sibuk mendirikan tenda, tempat bernaung dari panasnya sinar matahari
atau prediksian terpaan hujan. Dan ibu-ibu mendapati tugas memasak hidangan
acara. Namun acara yang seharusnya melibatkan seluruh warga kampung, berubah
menjadi acara yang hanya melibatkan bapak-bapak dan ibu-ibu. Itulah kesimpulan
yang kuambil dari percakapan para ibu-ibu saat memasak hidangan.
Anak-anak muda sedikit sekali ikut serta diacara kampung itu, namun
bukan itu menjadi kesedihanku. Akan tetapi sederet kalimat yang terlontarkan
dari mulut ke mulut sehingga sampai ke telingaku menjadi suatu kesakitan. “Anak muda sekarang, tidak tahu apa-apa,
tidak bisa diandalkan, kerjaannya hanya dikamar sibuk dengan dunianya. MAKMUR
PANCASILA, emak nya dijemur anaknya bersila.” Berkali-kali kalimat itu terdengar
ditelingaku. Entah, hanya sebatas itukah cara masyarakat menilai anak muda
zaman sekarang.
Meski tidak dapat dipungkiri saat ini, degradasi moral atas remaja
bangsa memprihatinkan. Kehadiran globalisasi membuat dampak yang begitu
dahsyatnya, baik dilihat dari sisi negative begitu juga dari sisi positif.
Kenakalan remaja dan berbagai Penyimpangan yang dilakukan ditengah-tengah
masyarakat, itu semua tidak terlepas dari pengaruh daripada globalisasi itu
sendiri. Era globalisasi yang kita hadapi saat ini, tentunya
menuntut kita sebagai anak bangsa untuk kuat dan tidak mudah digoyahkan. Meski
telah diketahui, dengan adanya era globalisasi ini, pertumbuhan global ekonomi semakin kuat, mendorong
perkembangan industri global, perkembangan budaya dan masih banyak lagi dampak
positif lainnya.
Keikutsertaan anak muda
dalam membantu persiapan acara besar dikampungku saat itu, sangat minim bahkan
jumlahnya dapat dihitung, sehingga membuat keberadaanku ditengah-tengah
ibu-ibu nyaris tidak dianggap. Fokus
mereka hanya tertuju pada kekesalan, yang mereka buat sendiri sehingga
melupakan anak muda yang bersungguh-sungguh sadar akan tanggung jawab.
Marilah kita lihat jiwa-jiwa murni penuh ketulusan yang masih memiliki
kesadaran akan status dan perannya sebagai anak muda. Tengoklah ke sana, Negeri
ini masih banyak dikelilingi oleh generasi muda yang menjadikan perkataan
pahlawan Bung Karno “Beri aku 10 pemuda niscaya
akan ku guncangkan dunia” menjadi terpatri dihati mereka, serta merasa rugi jika tidak dapat mengeksekusikan
perkataan tersebut.
Pengeksekusian yang dibuktikan dengan berbagai prestasi yang diperoleh
anak muda bangsa menjadi tolak ukur bahwa saat ini, yang mendominasi negeri
tidak hanya anak muda yang penuh kenakalan, rendah moral dan adab, akan tetapi masih
banyak terdapat generasi yang pantas disebut sebagai generasi penerus bangsa
yang sebenarnya.
Saat ini Kaum anak muda yang kita
kenal, adalah penggerak majunya suatu bangsa yang kehadirannya sangat
dinantikan bersama dengan inovasi-inovasi yang dibawa. Terlebih lagi saat ini,
dimana Indonesia sendiri didominasi oleh kaum setelah generasi milenial, yaitu
generasi z. yang mana generasi z ini di
identikkan sebagai generasi yang multitasking, dengan kecenderungan sangat
dekat dengan teknologi, dalam artian mampu menguasai teknologi. Hal ini menjadi
kabar baik, sebab masih banyak generasi bibit unggul bangsa yang mampu
menetralisir arus daripada globalisasi.
Kita tidak bisa membanding-bandingkan antara anak zaman dulu dengan
sekarang, sebab kehadiran mereka berada pada dimensi yang berbeda. Akan lebih
baik fokus kita saat ini ialah mampu menyesuaikan dan memanfaatkan dengan baik peluang
nyata yang ada di hadapan. Sehingga dapat menjadi bekal untuk ke depannya.
Mampu memilah-milah sisi baik dan buruk yang ada ditengah-tengah
masyarakat, harus menjadi bagian dari kemampuan anak muda, tidak hanya dari
pengaruh internet, tapi dalam aspek lingkungan dan pertemanan juga perlu
diperhatikan. Sehingga status dan peran anak muda sebagai generasi penerus
bangsa atau generasi penentu majunya suatu negara tidak hanya sebatas perkataan
dan harapan, akan tetapi benar adanya.
*Penulis merupakan Mahasiswi IDIA, Asal Sumenep Masalembu