Bila
Gugur Daun
bila gugur daunku
jangan kau tangisi
kutunggu rantingmu luruh
ketika badai menerpa
saat musim berganti
kita adalah kobar api
yang membakar dingin
sebelum mengabu
29.09.2022
Ayat Api untuk Alter Ego
sahabatku,
dalam sunyi kutulis puisi ini untukmu
tapi kali ini bukan sajak tentang gerimis
aku tak mau ada sungai yang ruah dari telaga beningmu
aku pun tidak menulis
tentang senja
karena senja adalah bayang kematian
aku tak mau membuatmu jadi sentimentil
karena aku tak terlalu menyukai kesedihan
kehidupan ini begini indah, begini
meriah
mengapa mesti menulis tentang kegelapan
tentang dunia yang asing dan papa
aku tak mau dianggap dan membuatmu cengeng
sahabatku,
tengoklah jarum jam yang terus berputar berdetak
jangan redup memandang hidup, tetaplah bersinar seperti fajar
di situ dengan terang aku melihatmu dapat meraih mimpi-mimpimu
01.10.2022
Aku Ingin Jadi
Sungai
aku ingin jadi sungai yang mengalir mengikuti alur sang waktu
sebagai sungai, biarkan aku bebas mengarus lalu menghilir
menjadi genangan yang menyimpan kenangan
ketika kau riang berenang di kejernihan mata airku
membasuh air mata luka laku liku kehidupan
aku ingin jadi sungai yang mengalir mengikuti alur sang waktu
sungai dimana sampanmu berlayar mencari muara yang abadi
dan aku adalah sungai yang mengalir dalam dirimu
mengukir kisah pencarian penuh misteri dari hulu ke hilir
menuju keabadian paling palung, gelap dan pengap
10.10.2022
Menua Bersama dalam
Bingkai Waktu
takdir mempertemukan kita
kau dan aku menjadi kita
daging dari tubuhku
tulang dari igaku
berpadu dalam harmoni
hidup penuh warna warni
ribut rukun silih berganti
suka duka berarak teratur
meniti musim demi musim
saling melengkapi
saling cinta mencintai
saling setia
saling topang
hingga menua bersama
dalam bingkai waktu
19.10.2022
Balada Cinta Sang
Pengembara
seperti musafir aku mengembara di bentala asing
dengan tangan penuh aku pergi
sekarang aku pulang dengan tangan kosong
menjadi asing di tanah moyangku sendiri
betapa malang tak dapat ditolak, mujur pun tak boleh diraih
kejam nian tangan maut mencabik-cabik seluruh cinta
oh semesta, pada siapa duka ini mesti kukabarkan
pada bahu siapa tempat kusandarkan jiwa raga nan rapuh
nasibku serupa nyala lilin, kadang terang kadang redup
sedangkan kehidupan ini terus bergulir
apakah masih ada yang bisa diharapkan?
mungkinkah kan kutemukan lagi tumpuan jiwa raga nan ringkih?
bila memang aku mendapat belas kasihmu, duhai tuanku
isinkan kiranya aku memungut bulir-buir cinta yang berserakan
kembangkanlah kiranya sayapmu menaungi hambamu ini
sebab hanya engkau yang layak menebus daku dari keterasingan ini
03.11.2022
Cahaya di Atas
Cahaya
pada hening sunyi sepertiga malam yang bening
langit berhiaskan pijar pijar cahaya bintang
ketika lelap tengah memeluk sekujur jagat rat
ketika semua orang sedang terlena dalam mimpi
seberkas cahaya dalam rupa maha sempurna
menyeruak lalu menyusup menembus dinding hati
berkilau menyinari temaram ruang kalbu
alangkah indah manakala relung jiwa bermandi cahya
seketika sukma meledak menggelegar bagai petir
jiwa membahana bersorak dan berjumpalitan
menari mengikuti indahnya cahaya maha cahaya
oh cahaya di atas cahaya teruslah bersinar dalam jiwa
06.11.2022
Ada yang
Diam-diam Pergi
ada
yang diam-diam pergi dengan langkah seribu
tanpa mengucapkan selamat tinggal kepada masa lalu
langkahnya terhenti di simpang aral
bingung memilih arah mana yang mesti ditempuh
akan melangkah maju, di depan jurang menganga
akan berbalik arah, pintu telah terkunci
akan ke kiri takut kehilangan ibu
akan ke kanan takut kehilangan bapak
limbung
langit menggugurkan air mata menjadi puisi
angin menggugurkan daun-daun menjadi api
tak sempat mengucapkan salam jumpa kepada masa depan
semua berlalu dengan semburan kata hianat yang laknat
sejatinya perpisahan tak bakal terjadi
seandainya kata dahulu bertepati, kata kemudian kata bercari
dan cinta tak sekejam itu kalau pandai berkaca
08.11.2022
Legenda Tulang
Rusuk
salam bagimu
semoga bahagia selalu
saudariku, datanglah ke dalam pelukanku
tangan yang terulur ini adalah tangan saudaramu
yang tuhan ambil satu rusuknya pada pagi penciptaan pertama
berbilang-bilang tahun aku mencarinya di mana-mana
tanpamu aku rapuh, hendak terbang tiada bersayap
patah sayap bertongkat paruh
tanpamu aku bagai susunan puzzle tak berpola
karena itu, aku sangat membutuhkanmu sepanjang waktu
saudariku, sambutlah tangan saudaramu yang terulur ini
tangan yang akan membimbingmu ke altar tuhan
karena sejak pagi penciptaan pertama,
laki-laki berkata kepada perempuan: aku mencintaimu
perempuan berkata kepada laki-laki: aku mencintaimu
sempurna dalam satu tubuh
11.11.2022
Eliaser
Loinenak
lahir di Puamese, Timor Tengah
Selatan, Nusa Tenggara Timur, 2 Mei 1980. Menulis cerpen dan puisi. Cerpennya
yang berjudul Teku dan Perjalanan
sempat dimuat di Pos Kupang edisi Minggu (2002-2003), cerpen Sekuntum Mawar Merah Jambu untuk Gadis
Bergaun Hitam dan Dairy Hitam dimuat di Majalah Cakrawala Pendidikan NTT.
Puisi-puisinya termuat di umakaladanews.com,
balipolitika.com, Majalah Elipsis ,Media Sastra dan Budaya negerikertas.com, faktahukumntt.com, dan suarakrajan.com.
Saat ini mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Satu Atap Sunu,
Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
jangan kau tangisi
kutunggu rantingmu luruh
ketika badai menerpa
kita adalah kobar api
yang membakar dingin
sebelum mengabu
dalam sunyi kutulis puisi ini untukmu
tapi kali ini bukan sajak tentang gerimis
aku tak mau ada sungai yang ruah dari telaga beningmu
karena senja adalah bayang kematian
aku tak mau membuatmu jadi sentimentil
karena aku tak terlalu menyukai kesedihan
mengapa mesti menulis tentang kegelapan
tentang dunia yang asing dan papa
aku tak mau dianggap dan membuatmu cengeng
tengoklah jarum jam yang terus berputar berdetak
jangan redup memandang hidup, tetaplah bersinar seperti fajar
di situ dengan terang aku melihatmu dapat meraih mimpi-mimpimu
sebagai sungai, biarkan aku bebas mengarus lalu menghilir
menjadi genangan yang menyimpan kenangan
ketika kau riang berenang di kejernihan mata airku
membasuh air mata luka laku liku kehidupan
sungai dimana sampanmu berlayar mencari muara yang abadi
dan aku adalah sungai yang mengalir dalam dirimu
mengukir kisah pencarian penuh misteri dari hulu ke hilir
menuju keabadian paling palung, gelap dan pengap
kau dan aku menjadi kita
daging dari tubuhku
tulang dari igaku
berpadu dalam harmoni
hidup penuh warna warni
ribut rukun silih berganti
suka duka berarak teratur
meniti musim demi musim
saling melengkapi
saling cinta mencintai
saling setia
saling topang
hingga menua bersama
dalam bingkai waktu
dengan tangan penuh aku pergi
sekarang aku pulang dengan tangan kosong
menjadi asing di tanah moyangku sendiri
kejam nian tangan maut mencabik-cabik seluruh cinta
oh semesta, pada siapa duka ini mesti kukabarkan
pada bahu siapa tempat kusandarkan jiwa raga nan rapuh
sedangkan kehidupan ini terus bergulir
apakah masih ada yang bisa diharapkan?
mungkinkah kan kutemukan lagi tumpuan jiwa raga nan ringkih?
isinkan kiranya aku memungut bulir-buir cinta yang berserakan
kembangkanlah kiranya sayapmu menaungi hambamu ini
sebab hanya engkau yang layak menebus daku dari keterasingan ini
langit berhiaskan pijar pijar cahaya bintang
ketika lelap tengah memeluk sekujur jagat rat
ketika semua orang sedang terlena dalam mimpi
menyeruak lalu menyusup menembus dinding hati
berkilau menyinari temaram ruang kalbu
alangkah indah manakala relung jiwa bermandi cahya
jiwa membahana bersorak dan berjumpalitan
menari mengikuti indahnya cahaya maha cahaya
oh cahaya di atas cahaya teruslah bersinar dalam jiwa
tanpa mengucapkan selamat tinggal kepada masa lalu
langkahnya terhenti di simpang aral
bingung memilih arah mana yang mesti ditempuh
akan melangkah maju, di depan jurang menganga
akan berbalik arah, pintu telah terkunci
akan ke kiri takut kehilangan ibu
akan ke kanan takut kehilangan bapak
limbung
langit menggugurkan air mata menjadi puisi
angin menggugurkan daun-daun menjadi api
tak sempat mengucapkan salam jumpa kepada masa depan
semua berlalu dengan semburan kata hianat yang laknat
sejatinya perpisahan tak bakal terjadi
seandainya kata dahulu bertepati, kata kemudian kata bercari
dan cinta tak sekejam itu kalau pandai berkaca
semoga bahagia selalu
saudariku, datanglah ke dalam pelukanku
tangan yang terulur ini adalah tangan saudaramu
yang tuhan ambil satu rusuknya pada pagi penciptaan pertama
berbilang-bilang tahun aku mencarinya di mana-mana
patah sayap bertongkat paruh
tanpamu aku bagai susunan puzzle tak berpola
karena itu, aku sangat membutuhkanmu sepanjang waktu
tangan yang akan membimbingmu ke altar tuhan
karena sejak pagi penciptaan pertama,
laki-laki berkata kepada perempuan: aku mencintaimu
perempuan berkata kepada laki-laki: aku mencintaimu
sempurna dalam satu tubuh
