8 Puisi Eliaser Loinenak | Bila Gugur Daun - Suara Krajan

Bila Gugur Daun
 
bila gugur daunku
jangan kau tangisi
kutunggu rantingmu luruh
ketika badai menerpa
 
saat musim berganti
kita adalah kobar api
yang membakar dingin
sebelum mengabu
 
29.09.2022
 
 
Ayat Api  untuk Alter Ego
 
sahabatku,
dalam sunyi  kutulis puisi ini untukmu
tapi kali ini bukan sajak tentang gerimis
aku tak mau ada sungai yang ruah dari telaga beningmu
 
aku pun tidak  menulis tentang senja
karena senja adalah bayang kematian
aku tak mau membuatmu jadi sentimentil
karena aku tak terlalu menyukai kesedihan
 
kehidupan ini begini indah, begini  meriah
mengapa mesti menulis tentang kegelapan
tentang dunia yang asing dan papa
aku tak mau dianggap dan membuatmu cengeng
 
sahabatku,
tengoklah jarum jam yang terus berputar berdetak
jangan redup memandang hidup, tetaplah bersinar seperti fajar
di situ dengan terang aku melihatmu dapat meraih mimpi-mimpimu
 
01.10.2022
 
 
Aku Ingin Jadi Sungai
 
aku ingin jadi sungai yang mengalir mengikuti alur sang waktu
sebagai sungai,  biarkan aku bebas mengarus lalu menghilir
menjadi genangan yang menyimpan kenangan
ketika kau riang berenang di kejernihan mata airku
membasuh air mata luka laku liku kehidupan
 
aku ingin jadi sungai yang mengalir mengikuti alur sang waktu
sungai dimana sampanmu berlayar mencari muara yang abadi
dan aku adalah sungai yang mengalir dalam dirimu
mengukir kisah pencarian penuh misteri dari hulu ke hilir
menuju keabadian paling palung, gelap dan pengap
 
10.10.2022
 
 
Menua Bersama dalam Bingkai Waktu
 
takdir mempertemukan kita 
kau dan aku menjadi kita
daging dari tubuhku
tulang dari igaku
berpadu dalam harmoni
hidup penuh warna warni
ribut rukun silih berganti
suka duka berarak teratur 
meniti musim demi musim
saling melengkapi
saling cinta mencintai
saling setia
saling topang
hingga menua bersama
dalam bingkai waktu
 
19.10.2022
 
 
Balada Cinta Sang Pengembara
 
seperti musafir aku mengembara di bentala asing
dengan tangan penuh aku pergi
sekarang  aku pulang dengan tangan kosong
menjadi asing di tanah moyangku sendiri
 
betapa malang tak dapat ditolak, mujur pun tak boleh diraih
kejam nian tangan  maut  mencabik-cabik  seluruh cinta
oh semesta, pada siapa duka ini mesti kukabarkan
pada bahu siapa tempat kusandarkan  jiwa raga nan rapuh
 
nasibku serupa nyala lilin, kadang terang kadang redup
sedangkan kehidupan ini terus bergulir
apakah masih ada yang bisa diharapkan?
mungkinkah kan kutemukan lagi tumpuan jiwa raga nan ringkih?
 
bila memang aku mendapat belas kasihmu, duhai tuanku
isinkan kiranya aku memungut bulir-buir cinta yang berserakan
kembangkanlah kiranya sayapmu menaungi hambamu ini
sebab hanya engkau yang layak menebus daku dari keterasingan ini
 
03.11.2022
 
 
Cahaya di Atas Cahaya
 
pada hening sunyi sepertiga malam yang bening
langit berhiaskan pijar pijar cahaya bintang
ketika lelap tengah memeluk sekujur jagat rat
ketika semua orang sedang terlena dalam mimpi
 
seberkas cahaya dalam rupa maha sempurna
menyeruak lalu menyusup menembus dinding hati
berkilau menyinari temaram ruang kalbu
alangkah indah manakala relung jiwa bermandi cahya
 
seketika sukma meledak menggelegar bagai petir
jiwa membahana bersorak dan berjumpalitan
menari mengikuti indahnya cahaya maha cahaya
oh cahaya di atas cahaya teruslah bersinar dalam jiwa
 
06.11.2022
 
 
Ada yang Diam-diam Pergi
 
ada yang diam-diam pergi dengan langkah seribu
tanpa mengucapkan selamat tinggal kepada masa lalu
langkahnya terhenti di simpang aral
bingung memilih arah mana yang mesti ditempuh
akan melangkah maju, di depan jurang menganga
akan berbalik arah, pintu telah terkunci
akan ke kiri takut kehilangan ibu
akan ke kanan takut kehilangan bapak
limbung
langit menggugurkan air mata menjadi puisi
angin menggugurkan daun-daun menjadi api
tak sempat mengucapkan salam jumpa kepada masa depan
semua berlalu dengan semburan kata hianat yang laknat
sejatinya perpisahan tak bakal terjadi
seandainya kata dahulu bertepati, kata kemudian kata bercari
dan cinta tak sekejam itu kalau pandai berkaca
 
08.11.2022
 
 
Legenda Tulang Rusuk
 
salam bagimu
semoga bahagia selalu
saudariku, datanglah ke dalam pelukanku
tangan yang terulur ini adalah tangan saudaramu
yang tuhan ambil satu rusuknya pada pagi penciptaan pertama
berbilang-bilang tahun aku mencarinya di mana-mana
 
tanpamu aku rapuh, hendak terbang tiada bersayap
patah sayap bertongkat paruh
tanpamu aku bagai susunan  puzzle tak berpola
karena itu, aku sangat membutuhkanmu sepanjang waktu
 
saudariku, sambutlah tangan saudaramu  yang terulur ini
tangan yang  akan membimbingmu ke altar tuhan
karena sejak pagi penciptaan pertama,
laki-laki berkata kepada perempuan: aku mencintaimu
perempuan berkata kepada laki-laki: aku mencintaimu
sempurna dalam  satu tubuh
 
11.11.2022
 
 
 
 
Eliaser Loinenak lahir di  Puamese, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 2 Mei 1980. Menulis cerpen dan puisi. Cerpennya yang berjudul  Teku dan Perjalanan  sempat dimuat di Pos Kupang edisi Minggu (2002-2003), cerpen Sekuntum Mawar Merah Jambu untuk Gadis Bergaun Hitam dan  Dairy Hitam  dimuat di Majalah Cakrawala Pendidikan NTT. Puisi-puisinya termuat di umakaladanews.com, balipolitika.com, Majalah Elipsis ,Media Sastra dan Budaya negerikertas.com, faktahukumntt.com, dan suarakrajan.com. Saat ini mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri Satu Atap Sunu, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak