3 Puisi Teguh Tri Fauzi | Selembar Surat Untuk Tuhan - Suara Krajan

Ziarah; Pinang Pulang Ke tampuknya

 

Pinang

pulang

ke tampuknya

Dan aku jauh pergi

Dari matamu.

Hutan

Hujan

mulai berkembang

Biarkan sungai

jauh berjalan.

Langit

Lewat

membawa kebahagiaan

Tanah basah

tunas menumpas

kesejatian.                                                            

 

Aku berbalik arah

Kembali menyusuri jalanMu

Biarkan pinang pulang ke tampuknya

Hutan menari dalam nafasnya

Dan sungai berlari mengobati lukanya

 

 

 

Ziarah

Ziarah di tengah keluarganya

Ziarah di atas mimpinya

Ziarah di bawah akalnya

Ziarah di sudut nafasnya

 

Wahai, Rumah

tak sanggup menggambarkannya.

 

Bogor, 2019

 

Ziarah; Dunia Cermin

 

Tiga jalan bercabang di bawah kakiku

Tiga tarian alam di dalam perutku

Tiga puncak gunung di atas kepalaku

Wahai, Putra-Putriku

Mengapa kau tak mendengarkanku?

Apakah kau juga tak melihatku?

: Kami akan membuka pintu rohani

  menuju matahari

  Merumuskan ilmu kehidupan

  dan merangkul semua kesabaran

Wahai, Putra-Putriku

Aku kirimkan pesan untukmu;

Dunia cermin adalah dunia mimpi

Mulailah bertanya pada hatimu

Dunia cermin adalah dunia dua kunci

Ketiganya, kau sebagai perjalanan dari setiap langkah-langkahmu

: Di bawah bulan purnama

  kami menonton sebuah pertunjukan

  Angin sebagai lakon pengirim pesan

  menempuh ruang dan waktu

  Dan kami dapatkan pesanmu

  di hadapan para saksi alam semesta

  Ya. Semua telah berdoa.

Bogor, 2019

 


Selembar Surat Untuk Tuhan

 

Hari Minggu:

Selesai menyalatkan jenazah

-----aku membayangkan keranda

yang digotong beramai-ramai

menuju liang kuburan itu adalah

kenangan jalan hidupku.

 

Hari Senin:

Sehabis gelap kelelawar akan pulang

mencari ruang yang tak tembus

kilau cahaya

-----seperti rimbun pikiranku

yang menyusuri refleksi lorong hati

agar jiwa tak sampai melukai raga ini.

 

Hari Selasa:

Aku terbata-bata membaca firmanmu

yang menjadi sabda para nabi:

zat maha-cahaya yang memainkan

tombol kilau purnama dan bintang-bintang

penghias angkasa

---sewaktu doaku memusat dalam

lantunan gema-memuji namamu,

sempat terlintas dalam pikiranku

apakah hanya Muhammad, Kekasimu,

penuntun pengembaraanku?

 

Hari Rabu:

Dengan sarung bias pelangi

dan baju koko berwarna putih awan

sesekali memakai peci hitam rambut

---sejadah terhampar di waktu pagi,

siang, sore, dan malam. Inilah shalat rinduku

yang selalu kupersembahkan padamu, Tuhan.

 

Hari Kamis:

ketika aku memungut kata-kata

menjadi sajak-sajak cinta

di dalam kitabmu itu, ada terjemahan

salah-satu fenomena hidupku.

 

Hari Jumat:

matahari tepat berdiri

pada garis perjalanannya

menjadi penanda

---aku bersujud menghadapmu

 

dengan ayat-ayat yang ritmis

berkumandang melintasi celah jiwaku

---serentak memanggilmu

 

ketika barisan-barisan sunyi

yang menggerakkan tangan dan kakiku

---semua ini benarkah karenamu.

 

Hari Sabtu:

Waktu semakin ngebut, 100km/jam

dan ruang semakin sempit, tersisa

1-hektar

---tanpa menaiki sepeda, motor, mobil,

kereta, pesawat, kapal, ataupun berjalan kaki

aku masih memikirkan sampai kapan

dan akan bagaimana hidupku ini

sambil memejamkan mata sesekali rebah

di kasur yang penuh debu bekas

buku-buku masa-lalu.

 

00:00

 

 

 

Teguh Tri Fauzi – Pria kelahiran Bogor 20 Oktober 1998. Manusia yang menyenangi pembelajaran di dunia perkebunan, pembacaan, serta penulisan.

 

(akun-Instagram: Teguh_trifauzi)

 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak