Pesonamu
Tak Pernah Redup
untuk perempuan yang kupanggil: Lin
sejak senin malam itu langitku bercahaya
lantaran pesonamu, Lin
pijar bulan kala itu seterang wajahmu
yang kutemui selasa pagi di tangga itu
seketika mataku menerawang bintang
melumat purnama yang sempurna
purnama yang menyelinap di tatapanmu
lalu bagaimana kau tiba-tiba menyuruhku lupakan
sedangkan pelangi selalu terbit pada setiap pertemuan
setiap kuberusaha melupakanmu
pesonamu menari-nari menggamit tanganku
untuk kembali meraih lenganmu lalu bersama menaiki tangga
tangga mahligai menuju keabadian
aku tak bisa membunuh rasa ini, Lin
pesonamu terlalu masuk dalam jiwa
September
2022
Semakin
Kubuang, Semakin Datang
jika
kau suruh aku lupakan semua itu
maaf, tak semudah awan menjadi hujan
jika kau perintah aku buang kenangan itu
maaf, tak semudah api melalap kayu
semakin kulupakan, wajahmu semakin dekat
semakin kubuang, bayangmu semakin datang
mendekap, lalu merasuk jadi satu
kenapa secepat itu kau hapus segala harapan?
hati yang baru jernih kemarin, kini kembali keruh
diri yang baru kuat kemarin, kini kembali rapuh
tahukah kau, keputusan ini lebih aku takutkan daripada maut
tahukah kau, perasaan ini telah bertahun-tahun mendekam
berilah aku waktu kembali bersamamu
jika mungkin selamanya
bukan hanya semalam atau seminggu
merajut asa dan mengemas serpihan-serpihan sisa kemarin
September
2022
Takutmu
Aku Takuti
takutmu
itu yang kutakuti sedari awal
rasa yang kupendam selama beberapa tahun
lalu sempat kuutarakan pada Senin malam
haruskah kandas di siang harinya?
bahkan kau lebih dingin dari es kutub
kian dingin daripada dingin sebelumnya
tak ada tatapan, sapaan, apalagi seutas senyum
takutmu kian merajam perasaanku
melibas segala harapan
membelenggu kenyamanan
lewat sajak yang kurajut dari hati ini
kumohon padamu, kembalilah
kembali pada malam pertama itu
menatap bisu dalam layar
berdialog antara hati ke hati
berbincang mesra hingga dini hari
sebelum tertutup lembar ini
izinkan aku bersamamu
melawan takutmu yang kutakuti
September
2022
====================
Fathorrozi, lahir di Jember, 23 Maret 1987. Tinggal di YPI Qarnul Islam, Ledokombo. Menulis apa saja, termasuk cerpen, puisi, opini, resensi, kisah humor, novel, biografi tokoh, khutbah, dll. Beberapa tulisannya tersebar di media online, seperti harakatuna, iqra, lpmaarifnujateng, duniasantri, ngewiyak, suara, mjscolombo, mbludus, negerikertas, cerano, pcnusumenep, nurulqarnain, nuriska, dst. Juga di media cetak, seperti Solopos, Radar Jember, Majalah Sabili, Majalah Fathonah, Buletin Al-Amiri Pos, dsb.
untuk perempuan yang kupanggil: Lin
lantaran pesonamu, Lin
pijar bulan kala itu seterang wajahmu
yang kutemui selasa pagi di tangga itu
seketika mataku menerawang bintang
melumat purnama yang sempurna
purnama yang menyelinap di tatapanmu
lalu bagaimana kau tiba-tiba menyuruhku lupakan
sedangkan pelangi selalu terbit pada setiap pertemuan
setiap kuberusaha melupakanmu
pesonamu menari-nari menggamit tanganku
untuk kembali meraih lenganmu lalu bersama menaiki tangga
tangga mahligai menuju keabadian
aku tak bisa membunuh rasa ini, Lin
pesonamu terlalu masuk dalam jiwa
maaf, tak semudah awan menjadi hujan
jika kau perintah aku buang kenangan itu
maaf, tak semudah api melalap kayu
semakin kulupakan, wajahmu semakin dekat
semakin kubuang, bayangmu semakin datang
mendekap, lalu merasuk jadi satu
kenapa secepat itu kau hapus segala harapan?
hati yang baru jernih kemarin, kini kembali keruh
diri yang baru kuat kemarin, kini kembali rapuh
tahukah kau, keputusan ini lebih aku takutkan daripada maut
tahukah kau, perasaan ini telah bertahun-tahun mendekam
berilah aku waktu kembali bersamamu
jika mungkin selamanya
bukan hanya semalam atau seminggu
merajut asa dan mengemas serpihan-serpihan sisa kemarin
rasa yang kupendam selama beberapa tahun
lalu sempat kuutarakan pada Senin malam
haruskah kandas di siang harinya?
bahkan kau lebih dingin dari es kutub
kian dingin daripada dingin sebelumnya
tak ada tatapan, sapaan, apalagi seutas senyum
takutmu kian merajam perasaanku
melibas segala harapan
membelenggu kenyamanan
lewat sajak yang kurajut dari hati ini
kumohon padamu, kembalilah
kembali pada malam pertama itu
menatap bisu dalam layar
berdialog antara hati ke hati
berbincang mesra hingga dini hari
sebelum tertutup lembar ini
izinkan aku bersamamu
melawan takutmu yang kutakuti
Fathorrozi, lahir di Jember, 23 Maret 1987. Tinggal di YPI Qarnul Islam, Ledokombo. Menulis apa saja, termasuk cerpen, puisi, opini, resensi, kisah humor, novel, biografi tokoh, khutbah, dll. Beberapa tulisannya tersebar di media online, seperti harakatuna, iqra, lpmaarifnujateng, duniasantri, ngewiyak, suara, mjscolombo, mbludus, negerikertas, cerano, pcnusumenep, nurulqarnain, nuriska, dst. Juga di media cetak, seperti Solopos, Radar Jember, Majalah Sabili, Majalah Fathonah, Buletin Al-Amiri Pos, dsb.
Sepertinya "Lin" sunggih mempesona ihirrr 😂
BalasHapusSepertinya "Lin" sungguh mempesona ihirr 😂
BalasHapus