JEDA BAHAGIA
tawa yang
lepas, minimal
selebar pintu garasi
dimana keceriaan bisa segera
bebas, otw kesana-kemari
senyum yang
mumpuni
paling tidak sekuat gravitasi
menarik minat dari hati ke hati
selalu ready meski tanpa aplikasi
tawamu,
senyummu
bilamana kembali
Mjk,
13/07/2022
JEDA TANGIS
aku menangis
karena hujan tumpah
meluruhkan kepompong di dahan
mahoniku, pagi berlari menderas lembah
penuh bulir padiku
aku menangis
karena derai ombak
bergerak seolah melabrak pasir di pantaiku
perasaan asing menyelinap di lanskap bening
jendela kamarku, musim menggigil
puisi alpa menjadi syal di leherku
aku terdiam,
karena tetap ada
yang menetap, meski air mata jatuh
di gelas kopi pagiku
Mjk,
17/07/2022
JEDA PULANG
puisi
mematut diri di matahari
apakah belah rambut telah rapi
chubi pipi, mari tepuk tiga kali
berjatuhan mimpi di celah januari
mimpi
mencari jalan pulang
menyusuri googlemaps hingga
gang-gang senggol penuh lubang
bergoyang-goyang tujuan
menujumu,
yang tak kunjung
kutemukan
Mjk,
14/07/2022
JEDA PERJALANAN
bagaimana
cara melajukan bus ini
ke hatimu? Entah, begitu sempit dan berliku
bahkan dengan dua kernet yang terus
berteriak lantang memandu
menurutmu
apa tak ada yang salah
dengan kinerja dllajr? bagaimana
gang-gang menujumu dibuat gelap
dan bikin teler. walau telah menelan
satu pil dramamine plus multivitamin
seluruh tubuh tetap lumer
bagaimana
cara memarkir bus ini
di hatimu? pertanyaan pilu, yang segera
tenggelam dalam bisikanmu
"Ini hati, ibukota diri, bukankah kuminta
kau datang dengan jalan kaki?"
Mjk,
14/07/2022
JEDA BEBATUAN
seperti ada
yang hidup kembali
dari batu-batu, saat senandungmu
lirih menerpa lekuk pahat waktu
"Telaga yang menenggelamku,
bukankah berasal dari air matamu?"
dalam
gerimis rimbun
kun, pinangan yang hendak ditimbun
ihwal yang luput ditimbang
sebuah bimbang, dalam tanduk
dan lekuk gimbal nan panjang
Mjk,
15/07/2022
JEDA PUISI
puisi
bangun, mandi, dan gosok gigi
celana dan kemeja licin rapi
sambil memasang kauskaki
ia sarapan telur mata sapi
di luar
pagar rumah, puisi berdiri
berdoa agar udara tak menjadi tsunami
menenggelamkan inspirasi
"paman
puisi, ini sabtu pagi.
bukankah waktunya santai
diberanda sambil membaca pemuatan
di koran pagi?"
Mjk,
16/07/2022
JEDA KANTOR
sendirian
nan paling sepi
dalam lewatan angka, tidak
ada yang bisa di tepi
tugas-tugas
mengantar kita terbang
ratusan mil dari titik
sembunyi, abdi yang baik
bukan upeti, seluruhnya
berbagi demi negeri
sendirian
nan azali, sekeras
apapun mencari, ibu
tidak bisa dihubungi
sudah tidak ada jalan
kembali
Mjk, 18/07/2022
JEDA LELAKI
tangguh,
selalu berlari tanpa sedu
melompati waktu, tepat berdiri
kontinu mengetuk hangat pintu
tabah,
adakah bertahan diam
menerima pukulan, lembu sekilan
tanpa lebam tanpa sayatan
siapa
menepuk dada, siapa
yang tersisa, menghirup
tapal batas cakrawala
Mjk,
13/07/2022
======================
Mochammad Asrori, karyanya—berupa cerpen, puisi, naskah drama,
dan esai—telah terbit di berbagai surat kabar, media daring, dan buku-buku
antologi bersama. Sehari-hari bekerja sebagai guru di SMKN 2 Mojokerto. Buku puisinya yang telah
tebit Tiga Postur Kota (Sarbi, 2015) dan Saat Jarum Jam Bersandar di Punggung
Kursi Pelabuhan (Temalitera, 2020). Pegiat Sanggar Interlude ini aktif menjadi
kurator buku, editor buku, dan sesekali juri lomba kepenulisan. Bisa dihubungi
via WA: 085231586507 juga surel: rorimengajar@gmail.com.
selebar pintu garasi
dimana keceriaan bisa segera
bebas, otw kesana-kemari
paling tidak sekuat gravitasi
menarik minat dari hati ke hati
selalu ready meski tanpa aplikasi
bilamana kembali
meluruhkan kepompong di dahan
mahoniku, pagi berlari menderas lembah
penuh bulir padiku
bergerak seolah melabrak pasir di pantaiku
perasaan asing menyelinap di lanskap bening
jendela kamarku, musim menggigil
puisi alpa menjadi syal di leherku
yang menetap, meski air mata jatuh
di gelas kopi pagiku
apakah belah rambut telah rapi
chubi pipi, mari tepuk tiga kali
berjatuhan mimpi di celah januari
menyusuri googlemaps hingga
gang-gang senggol penuh lubang
bergoyang-goyang tujuan
kutemukan
JEDA PERJALANAN
ke hatimu? Entah, begitu sempit dan berliku
bahkan dengan dua kernet yang terus
berteriak lantang memandu
dengan kinerja dllajr? bagaimana
gang-gang menujumu dibuat gelap
dan bikin teler. walau telah menelan
satu pil dramamine plus multivitamin
seluruh tubuh tetap lumer
di hatimu? pertanyaan pilu, yang segera
tenggelam dalam bisikanmu
"Ini hati, ibukota diri, bukankah kuminta
kau datang dengan jalan kaki?"
JEDA BEBATUAN
dari batu-batu, saat senandungmu
lirih menerpa lekuk pahat waktu
"Telaga yang menenggelamku,
bukankah berasal dari air matamu?"
kun, pinangan yang hendak ditimbun
ihwal yang luput ditimbang
sebuah bimbang, dalam tanduk
dan lekuk gimbal nan panjang
celana dan kemeja licin rapi
sambil memasang kauskaki
ia sarapan telur mata sapi
berdoa agar udara tak menjadi tsunami
menenggelamkan inspirasi
bukankah waktunya santai
diberanda sambil membaca pemuatan
di koran pagi?"
dalam lewatan angka, tidak
ada yang bisa di tepi
ratusan mil dari titik
sembunyi, abdi yang baik
bukan upeti, seluruhnya
berbagi demi negeri
apapun mencari, ibu
tidak bisa dihubungi
sudah tidak ada jalan
kembali
JEDA LELAKI
melompati waktu, tepat berdiri
kontinu mengetuk hangat pintu
menerima pukulan, lembu sekilan
tanpa lebam tanpa sayatan
yang tersisa, menghirup
tapal batas cakrawala
