6 Puisi Aniyatin Asdabi Basyir | Barangkali Saat Sunyi Menimang - Suara Krajan

Barangkali Saat Sunyi Menimang
 
Barangkali saat sunyi menimang
Engkau pulang kerahim ingatan
Menjelma sebuah kampanye kenangan
Almanak memutar masa silam
 
Engkau beriak seperti ombak
Mengguncang laut sajak
Diantara lokan dan ikan
Diantara riang dan gelombang
 
Mungkin hanya kepada sunyi
Aku bisa memelukmu kembali
Kukenang segala yang pernah
tumbuh dan patah di hatiku
Segala cakar tengkarmu, cumbu
rayumu dan seluruh tantangmu
Kulumat habis dengan tangis
yang memuisi
 
Barangkali waktu memburu pertikaian lain
Tentang hujan dan awan
Tentang angin dan dingin
Tentang malam dan kenang
Tentang puisi dan engkau
 
Berkali hati
Berkali-kali sepi
 
26 Juli 2022
 
 
Mari Menari Bersamaku
 
Mari menari bersamaku
Di bawah bentang langit
Ketika bulan terbit
Di padang kesunyian
Ketika puisi membangun lengang
 
Mari berpuisi:
Di senja yang berdansa
Ketika umur mendaras cakrawala
Di zaman yang tak lagi melepas pelukan
Ketika rindu lebih ibu dari iba kata-kata
 
Mari berpelukan:
Di bawah langit yang senja
Di bawah bulan yang berdansa
Sebab pelukan kita adalah penakluk zaman
Dan kita adalah pahlawan kesunyian
 
Bagi mereka yang kalah pada sunyi
Bagi mereka yang mencintai puisi
 
26 Juli 2022
 
 
Telah Datang Kepadaku
 
Telah datang kepadaku
Sekelopak mawar di ruang tamu
Merah merekah
Semesta bercerah-cerah
 
Kusebut ia cinta
Di bawah langit purnama
 
Duhai kesunyian yang berdandut
Sampaikan salam ini agar ia menyaut
Agar sepi segera bersulang riang
Disebuah ruang bernamakan kasih sayang
 
Ruang Pena, 2022
 
 
Kau Ajak Aku Berpuisi
 
Kau ajak aku berpuisi
Menikmati hari yang akan pergi
Terbang bersama harapan-harapan
Menitipkannya betapa segala kenang
Suatu saat akan kita baca ulang
Dalam paragraf malam yang panjang
 
Kau ajak aku berpuisi
Menyerahkan irama hidup
Kepada arus deras degub
Yang tak henti menantang maut
Sambil menyusuri isyarat rahasia sunyi
Lalu menjadikannya kalimat yang tak ingin mati
 
Kau ajak aku berpuisi
Ketika hari hampir habis
Dikikis tangis dari gagal mimpi
yang bertebaran di langit malam
Sedang ibu masih menanam
harapan sebegitu menjulang
 
Ruang Pena, 2022
 
 
Kepada Sepasang Mata
 
Izinkan aku berteduh di sepasang matamu
Memilih jalan tirakat
Seperti potre koneng
Di goa payudan
Rela melepas kemegahan
Demi ketenteraman
 
Izinkan aku berkunjung pada kedua matamu
Membawa duka dan kelemahan
Membawa kesedihan dan kehampaan
Yang setia mengiringi kesunyian
 
Sebab aku memutuskan diri dari jerat waktu
Dengan berkunjung kedalam semestamu
Lantaran mekar senyummu adalah madu
Melepas darimu aku harus bertarung melawan rindu
 
Maka jika berkenan sekali lagi
Aku ingin berteduh pada sepasang matamu
Ingin kujadikan rumah sajak
Tempat taman cintaku berkembang biak
 
Ruang Pena, 2022
 
 
Kepada Pemilik 17 Juli
 
Selamat ulang tahun duhai engkau yang bertubuh puisi
Semoga doa-doa yang menjelma kota dalam dada kita
Menjadi tempat bermain bagi rindu dan iba ibu kata-kata
 
Mari rayakan ulang tahunmu
Seperti merayakan tawa masa kanak-kanak
Mimpi-mimpi mereka tidak pernah berhenti melangitkan sajak
 
17 juli adalah minggu yang lucu, katamu
17 juli adalah rindu, kata ibumu
17 juli adalah sajak pertamaku untukmu
 
Selamat ulang tahun
Duhai pemilik 17 juli
Tempat aku berpuisi
Dan tempat memainkan sajak
Sampai senja umurku nanti
 
Minggu, 17 Juli 2022
 
 


Aniyatin Asdabi Basyir,
santri PP. Annuqayah Latee II asal Lenteng Sumenep, Mahasiswi semester akhir, jurusan Hukum Ekonomi Syariah, Instik-Annuqayah.
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak