LAHIR BARU
sorga terbuka membersamai lintang
kemukus
ketika matahari ada pada bintang
capricornus
sejoli tersungkur merapalkan bait-bait
paling syukur kepada sang ilahi
kau datang membawa seberkas cahaya
dari dinding firdaus
membuka kelopak mata mungil dan jemari
bergerak merabai semesta
melangkah mengikuti pola waktu,
berputar, melingkar kembali berulang seperti
daun-daun yang gugur kemudian kembali
bertunas
menjelma,
setangkai bunga yang segar di antara
daun-daun yang kering
senandung merdu di antara senyapnya keheningan
sehimpun hujan di antara tanah-tanah
yang pecah
sebatang lilin yang iklas menyala di
antara jiwa-jiwa yang gulita
dan senyum di antara gugurnya
bunga-bunga
(2022)
SEBAIT RINDU
pernahkah kau coba menyadari
setiap detik dan detak rindu meluncur begitu saja
membuncah, tajam menohok, menggerogoti
jiwa
segenap asa berderet berdesak-desak
cobalah tengok ke dalam jiwa barang
sejenak
barangkali terselip sejumput rindu di
sana
nyatanya kau hanya menatap tak
bergeming
membiarkan rindu luruh berujung lara
rasanya ingin lari dari belenggu ini
nyatanya sepasang kaki terpasung
pada semesta asa yang membentang
bilakah kebekuan ini mencair?
nyatanya relung hati hancur berkeping-keping
rindu seperti duri dalam daging
bersarang dan beranak pinak
2022
SUDAHLAH
sudahlah
bangkitlah dari gelisah
simpan segala keluh kesah
tanggalkan semua lara
nyalakan api membara
pergilah segera
mentari pagi akan segera merekah
tetes bening embun akan membasuh
“dan jangan lagi menangis untuk hal yang sama”
pergi dan
temui riwayatmu
2022
SANG PENABUR
saban hari ia pacu langkah demi
langkah
susuri jalan berliku penuh luka
menganga
menjunjung matahari mendaki bukit ke
bukit
menuju jiwa-jiwa papa yang setia
menanti
digemburnya ladang-ladang kosong itu
penuh cinta
menabur benih-benih dengan penuh kasih
benih yang kelak menciptakan
kebahagiaan
saban hari selalu begitu
sungguh perjalanan panjang dan
melelahkan
tapi ia tak pernah mengeja letih
menyebar benih kehidupan
melukis pelangi di kala senja bersama
anak-anak langit
ia tak mau mengeluh sebab ia tahu
apa yang ia tabur itu yang akan
dituainya nanti
2022
PANORAMA PUNCAK GUNUNG SUNU
Di
atas seribu tujuh puluh empat meter dari permukaan laut Timor
Aku
berdiri menyongsong matahari bangkit dari cakrawala laut selatan.
Memandangi
bayangan diri yang memanjang pada permadani hijau terhampar
Semilir
basah angin pagi menyapa
Ketika
bebutiran embun bersiap luruh dari ujung rerumputan
Kesejukan
yang mengabarkan keramahan tanah Surga Nusantara
Tanah
leluhur kami, tanah tumpah darah yang kami cintai
Dari
atas seribu tujuh puluh empat meter di atas permukaan laut Timor
Aku
berdiri, menyapa tuan dan puan sekalian
Mampirlah
ke sini suatu pagi atau senja
Meski
untuk menjangkaunya mesti menempuh perjalanan panjang
Selatan
terus ke Selatan dari Kupang kota Kasih
Terus
saja berjalan melewati SoE kota dingin dan Niki-niki
Tuan
dan puan akan tiba di Oinlasi, jantung
Amanatun Selatan
Bergeserlah
sedikit, tuan dan puan akan tiba di sini
Datanglah
ke sini suatu pagi atau senja
Di
sini, tuan dan puan akan menyaksikan lekuk garis pantai di batas cakrawala
Pula
bukit dan lembah yang berkelok-kelok di kejauhan
Lukisan
tangan Tuhan yang tiada tara indahnya
Inilah
surga nusantara di Indonesia Timur
Datanglah
ke sini suatu pagi atau senja
Di
sini kokoh berdiri patung presiden Joko Widodo
Dengan
pakaian adat Amanatun berwarna merah putih, lambang pemersatu nusantara
Pun
patung Meo Smau Benu, leluhur kami yang
tegak berdiri
Melindungi
tanah kami dari kezaliman
Amboi,
tiada yang melebihi keindahan panorama
puncak gunung Sunu
Tak
ada yang melampaui keperkasaannya
Lambang
impian yang terpatri di benak kami anak-anaknya
Agar
terus kobarkan semangat menggapai asa setinggi gunung negeri kami
Mencapai puncak menapak satu-satu
Meraih
ketinggian tanpa ada yang terlewatkan
Tanpa
melupakan lembah di bawah sana
Membuang
jauh-jauh sikap angkuh
2022
Eliaser Loinenak
lahir di
Puamese, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, 2 Mei 1980. Menulis cerpen
dan puisi. Cerpennya yang berjudul Teku dan Perjalanan
sempat dimuat di Pos Kupang edisi Minggu (2002-2003), cerpen Sekuntum Mawar Merah Jambu untuk Gadis
Bergaun Hitam dan Dairy Hitam dimuat di Majalah Cakrawala Pendidikan NTT.
Puisi-puisinya termuat di umakaladanews.com,
balipolitika.com, Majalah Elipsis ,Media Sastra dan Budaya negerikertas.com, dan faktahukumntt.com. Saat ini mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP Negeri Satu Atap Sunu, Amanatun Selatan, Timor Tengah Selatan, Nusa
Tenggara Timur.
