5 Puisi Bagus Sulistio | Gantungan Baju - Suara Krajan

Gantungan Baju
 
Sudah seberapa kecut pengalaman bajumu?
Aku rasa noda hidup telah banyak menempel padanya
Mewarnai kerah tubuhmu yang kelam
Lalu apakah akan kau sikat agar hilang dan lupa?
Sebaiknya jangan, biar ia membekas bersama kenangan
 
Aku malu punya kotoran sepertimu
Di dada
Hari ini
Akan kubawa kepadanya
Agar segera dibilas hingga suci
Maka tidak ada lagi hitam di atasnya
 
Namun aku takkan mau merasa putih
Sebab merasa putih adalah kehitaman
Yang hakiki
 
Purwokerto, 2020
 
 
Memelukmu, Aku Tahu
 
Malam senyap merayap
Di punggungmu yang dingin itu
Memelukmu, Aku tahu
Bakal ada matahari hangat
Terbit pada sela-sela bahu
Tak ada kata sedih
Sebab aku hari yang tak kenal letih
 
Ruang kosong ada pada dadamu
Menjamur di sudut-sudut rusuk
Meracuni firasatmu
Memelukmu, Aku tahu
Penawar dari jemu
Menjadi obat kala sepi
Yang habis masanya
Tak ada sakit di hati
Sebab aku kesembuhan
Atas menderitanya rasa sendiri
 
Purwokerto, 2020
 
 
Lelaki yang Membangunkan Sahur
 
Kesabarannya tak pernah rampung
Walau jalan gulita menyandung kaki
Kerikil malas menggelitik telapak
Menarik paksa tubuh lelahnya
Menggapai beduk dan mikrofon adalah tujuan wasilah
Yang mengantarkan tujuan hakiki ridhonya
 
Ia rela meninggalkan waktu
Demi maslahat kesempatan sahur
Katanya, Imsak sudah dekat
Padahal ia sengaja berbohong
Lagi-lagi demi umat
Masyarakat tidak memberinya upeti
Karena upah Tuhan sudah mencukupi
 
Banjarnegara, April 2021
 
 
Menunggu Matahari Tenggelam
 
Pedagang pinggir jalan selalu bising
Memekik telinga orang-orang telah tertahan
Sebagian sudah terseret pada keinginannya
Sebagian lagi masih terus menahan
Mereka tidak tergiur oleh bisikan perut
Yang bersyahwat sesaat
 
Aku memandang televisi
Yang menampilkan ajakan keniscayaan
Memang tak mudah untuk berjalan di tali kebenaran
Harus tabah seperti menunggu matahari tenggelam di belahan dunia utara
 
Banjarnegara, 2021
 
 
Memilih Kurma
 
Semua pedagang berteriak, "Kurmaku paling murah, lezat, dan nikmat."
Maka berdatanglah orang-orang untuk menyicipi
Sebenarnya mereka tahu, tidak ada kenikmatan yang murah apalagi gratis
Kenikmatan harus dibayar mahal
Seperti iman yang harus ditukar nyawa
 
Kurma hitam, coklat, dan putih
Sejenak terasa manis sesaat
Tapi ada satu kurma dari tujuh puluh tiga jenis yang benar-benar manis
Yaitu kurmanya dan para sahabatnya
 
Purwokerto, 2021
 
 
 

Bagus Sulistio, lahir di Banjarnegara, 16 Agustus 2000. Berdomisili di Desa Karangsalam, Susukan Banjarnegara. Saat ini ia menjadi guru wiyata bhakti PAI di SD N 1 Karangsalam dan mentor kepenulisan cerpen di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto. Ia juga menjadi wakil ketua Forum Lingkar Pena (FLP) ranting Banjarnegara dan anggota di KPBJ. Karyanya pernah menjadi nominator sayembara esai Balai Bahasa Jawa Tengah, Juara 2 esai bahasa Arab FAC FEBI IAIN Purwokerto, Juara 2 Lomba Cerpen Nasional FAH UIN Jakarta, terdokumentasikan dalam beberapa antologi cerpen serta tersiar pada beberapa media seperti Suara Merdeka, Kompas Id, Islami.co, Minggu Pagi, Solopos, Banjarmasin Post, Harian Sultra dan masih banyak lagi. Nomor Hp/WA. 083126620440. Facebook : Bagus Sulistio. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak