Sehimpun Puisi
Jam Kerja
Penulis
Elje Story
Editor
Nur Indah Sutriyah
Desain Sampul dan Tata
Letak
Lubet Arga Tengah
Penerbit
CV. Catur Media Gemilang
ISBN: 978-623-5372-18-1
Ukuran 14 X 20
Jumlah hlm. xiv + 87
Cetakan pertama, Agustus 2022
Jam Kerja
Elje Story
Nur Indah Sutriyah
Lubet Arga Tengah
CV. Catur Media Gemilang
Jumlah hlm. xiv + 87
Komentar-Komentar Mengenai
Sehimpun Puisi “Jam Kerja”
Jam Kerja
memiliki banyak hal yang ditawarkan ke pembaca, puisi-puisi yang membawa pesan
kebaikan dan keluhuran sebagai manusia. Elje begitu mahir merangkai kata penuh
makna dan memberi sentuhan kegelisahan tentang dunia. Ini juga bisa diartikan
sebagai sikap introspeksi diri dan memunculkan banyak harapan. Buku puisi yang
layak dimiliki oleh setiap orang
Sehimpun Puisi “Jam Kerja”
Mohammad Iskandar
Penulis
puisi
Beberapa kali saya membaca puisi Elje yang ia unggah tautannya di group yang saya termasuk di dalamnya, atau tanpa sengaja postingan instagramnya lintas di beranda saya. Kerap yang saya temukan adalah puisi yang dimulai dengan kutipan dari Al Kitab.
Muhammad Asqalani eNeSTe
Penyair, Mentor Kelas Menulis Puisi.
Guru
English Acquition di TK Islam Annur Bastari
Dian Wijaya, ST. MT, CT.HLC, CT.M.Th.
Praktisi Human Development
Celurit Tangkai Kuning
Teriakan mengerang riuhkan jalan. Mereka
berlima berlari meski berhasil lampiaskan kesal dengan riang dalam tusukan
tajam di perut dan punggung lawan. Bahagia tidak hinggap dalam raut wajah,
malah tergopoh dengan cipratan darah yang pecah dari dingin bilah celurit dalam
genggaman.
Celurit itu masih mabuk direndam darah. Mungkin itu yang dia suka; atau mungkin kehidupan remaja yang penuh gairah. Seolah tersenyum dengan tetes merah di ujung lengkung. Begitu kontras dengan kuning tangkai yang kasar. Tak lama tersiar kabar; satu tidak selamat dari sabetan luka. Malam yang tenang pun gempar; barang bukti sedang dicari. Senjata tajam yang dingin, sedingin sesal menggerogoti diri.
Penegak hukum berhasil temukan dan amankan barang bukti; tidak ada lagi bercak merah di bilah. Kemenangan yang dibanggakan pudar dalam gelap jumat malam. Kini saksi dan sanksi menanti untuk harga jasa tebasan celurit tangkai kuning.
Surabaya, 15 November 2021
Jam Kerja
Ada yang berjalan tertunduk, tertekan beban pikir
Pesan-pesan berjejal menuntut kepastian
Dari jiwa yang bergentayangan di beranda layar gawai; tanya yang menuntut jawab pasti
Klarifikasi stok kosong -- permintaan maaf barang terkirim tidak sesuai pesanan
Di pojok lain…
Kesibukan tak memberi jeda untuk syukur
Ditikam rasa penat; hidup bak sepuluh angka kalkulator menuntut benar!
Untuk selalu tunduk, takluk dan pasrah regulasi pemberi upah
Namun di universe lain, ada yang begitu berbeda; laku penuh liku seperti usus!
Bercakap tidak penting, bermalasan dengan riang; sesekali buang urin -- ulur waktu kerja dengan sengaja! Semboyannya, “jika dapat dipersulit kenapa prosesnya mudah!” Begitu alur kerjanya sampai tiba tanggal terima upah kerja.
Surabaya, April 2022
Bekerja
Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur. Pengkhotbah 5:11 TB
Kerja keras peras segala daya
Upah kerja menguap di dunia maya
Aset berupa nama kepemilikan tanpa benda
Tak ubahnya berpijak pada alas lapuk
Seribu tahun yang lalu hasil kerja diubah tanah, kebun, segala benda berlabel mulia
Tahun ini bersulih pulsa, kuota, dan segala aset kasat mata! Beranda layar kaca berisi diagram rumit yang statistiknya
membawa kecemasan jiwa
“Binary Option” salah satunya!
Pikiran diburu prasangka; berwalang hati!
Tertera nama kepemilikan di berbagai tempat, namun basah dalam resah! Lalu untuk apa?
Sukolilo, 4 April 2022
Antara Rengginang, Kuota dan
Notifikasi Maaf
Maaf tidak mengembang dalam gorengan
wajan seperti rengginang; walaupun sama-sama memerlukan waktu dan wadah untuk
matang
Dari Ikhlas lahir kesadaran yang jernih hasilkan kata maaf; kedewasaan dan hati lapang
Proses mengikhlaskan tak jauh beda dengan penirisan krupuk
itu setelah direndam di wajan
Dalam hening ruang hari ini
Namun begitu riuh hilir mudik pesan pada beranda sosial media Berderet-deret kata maaf dan memaafkan mengantre untuk diakuisisi
Di dalam gawai yang tergeletak dengan diam berjejal notifikasi Semua bersua dalam jarak — sapa menyapa bertukar kabar bahagia
Konon pintu maaf dibuka sepenuhnya di bulan yang Fitri Pencarian maaf tahun ini masih diakomodir oleh sinyal dan kuota
Sekuat dan setulus apa sikap yang telah aku tentukan
Jika sinyal hilang, semua hanya jadi omong kosong belaka Dalam jarak yang semakin jauh, namun dapat bertegur sapa secepat kedipan mata dalam dunia maya
Sembari menata stoples yang berisi rengginang sesekali melirik gawai di tepi meja jati
Mengecek kuota pulsa untuk selalu memadai; kirim pesanpesan yang telah disiapkan sedari malam tadi
Selapang dada dan sesabar hati untuk memberi maaf, akan tidak berarti jika tidak memiliki kuota untuk restui pesan sampai ternotifikasi.
Sukolilo, Mei 2021
Kerinduan
/1/
Kala itu tumbuh di bawah gunung
Terpeluk hutan lindung
Diasuh telaga; gembira bersama di urat-urat kekar karet bolu usia berabad
Berayun bak Tarzan dengan sulur dan teriakan khasnya; “Auo…”
Byur, tubuh kita basah dalam segar dan sejuk dekapan telaga
Berenang bersama rimbun enceng gondok
Sesekali ular melintas untuk pentas; tunjukan ke kita eksistensi diri
Wajah-wajah kita pucat – sudahi ceria, terganti panik dan lari dari arah liuknya pergi
/2/
Ombak pantai
Pekik camar
Pecahan buih pada karang
Pasir putih yang basah adalah kerinduan angan
/3/
Takdir paksa kita berjarak
Ikhlas saja tak cukup tutup sendu kehilanganmu!
Bayangan kebersamaan kubunuh berulang dengan kesibukan Kupukul dan tendang dengan segala hal senang; namun kenangan selalu datang di malam yang tanang
Mengendap, menunggu untuk tetap ingat; mencari ikan di aliran irigasi,
menggali singkong tetangga yang tanpa restu,
tertawa lepas dalam ceruk-ceruk karet bolu
Relung dan sanubari selalu simpan kenangan bahagia kita Sepenggal harapan untukmu yang jauh; semoga bahagia isi hari hidup sampai tubuhmu menua.
Bogorami, Februari 2022
=========================
Elje Story nama pena dari Agape Dendy Eliyas Jatmiko. Laki-laki kelahiran Blitar 30 tahun silam, menulis sejak 2015. Sekarang tinggal di Kota Surabaya, bekerja sebagai karyawan swasta di Genesis Camera Surabaya. Lelaki dengan nama pena Elje Story ini juga telah menerbitkan buku yang pertama ; Sang Lelaki, Nona dan Musim Ketiga (Kumpulan Puisi/2021). Kesibukannya sehari-hari sebagai karyawan tidak menyurutkannya belajar dunia literasi khususnya menulis puisi. Masih belajar di Komunitas Sastra KEPUL dan COMPETER Indonesia. Juara 6 lomba sastra Anugerah COMPETER Indonesia 2022. WA: 085.607.877.313 IG:@elje_story, FB: Elje. E-mail: storyelje@gmail.com
Celurit itu masih mabuk direndam darah. Mungkin itu yang dia suka; atau mungkin kehidupan remaja yang penuh gairah. Seolah tersenyum dengan tetes merah di ujung lengkung. Begitu kontras dengan kuning tangkai yang kasar. Tak lama tersiar kabar; satu tidak selamat dari sabetan luka. Malam yang tenang pun gempar; barang bukti sedang dicari. Senjata tajam yang dingin, sedingin sesal menggerogoti diri.
Penegak hukum berhasil temukan dan amankan barang bukti; tidak ada lagi bercak merah di bilah. Kemenangan yang dibanggakan pudar dalam gelap jumat malam. Kini saksi dan sanksi menanti untuk harga jasa tebasan celurit tangkai kuning.
Surabaya, 15 November 2021
Ada yang berjalan tertunduk, tertekan beban pikir
Pesan-pesan berjejal menuntut kepastian
Dari jiwa yang bergentayangan di beranda layar gawai; tanya yang menuntut jawab pasti
Klarifikasi stok kosong -- permintaan maaf barang terkirim tidak sesuai pesanan
Di pojok lain…
Kesibukan tak memberi jeda untuk syukur
Ditikam rasa penat; hidup bak sepuluh angka kalkulator menuntut benar!
Untuk selalu tunduk, takluk dan pasrah regulasi pemberi upah
Namun di universe lain, ada yang begitu berbeda; laku penuh liku seperti usus!
Bercakap tidak penting, bermalasan dengan riang; sesekali buang urin -- ulur waktu kerja dengan sengaja! Semboyannya, “jika dapat dipersulit kenapa prosesnya mudah!” Begitu alur kerjanya sampai tiba tanggal terima upah kerja.
Surabaya, April 2022
Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur. Pengkhotbah 5:11 TB
Kerja keras peras segala daya
Upah kerja menguap di dunia maya
Aset berupa nama kepemilikan tanpa benda
Tak ubahnya berpijak pada alas lapuk
Seribu tahun yang lalu hasil kerja diubah tanah, kebun, segala benda berlabel mulia
Tahun ini bersulih pulsa, kuota, dan segala aset kasat mata! Beranda layar kaca berisi diagram rumit yang statistiknya
membawa kecemasan jiwa
“Binary Option” salah satunya!
Pikiran diburu prasangka; berwalang hati!
Tertera nama kepemilikan di berbagai tempat, namun basah dalam resah! Lalu untuk apa?
Sukolilo, 4 April 2022
Notifikasi Maaf
Dari Ikhlas lahir kesadaran yang jernih hasilkan kata maaf; kedewasaan dan hati lapang
Proses mengikhlaskan tak jauh beda dengan penirisan krupuk
itu setelah direndam di wajan
Dalam hening ruang hari ini
Namun begitu riuh hilir mudik pesan pada beranda sosial media Berderet-deret kata maaf dan memaafkan mengantre untuk diakuisisi
Di dalam gawai yang tergeletak dengan diam berjejal notifikasi Semua bersua dalam jarak — sapa menyapa bertukar kabar bahagia
Konon pintu maaf dibuka sepenuhnya di bulan yang Fitri Pencarian maaf tahun ini masih diakomodir oleh sinyal dan kuota
Sekuat dan setulus apa sikap yang telah aku tentukan
Jika sinyal hilang, semua hanya jadi omong kosong belaka Dalam jarak yang semakin jauh, namun dapat bertegur sapa secepat kedipan mata dalam dunia maya
Sembari menata stoples yang berisi rengginang sesekali melirik gawai di tepi meja jati
Mengecek kuota pulsa untuk selalu memadai; kirim pesanpesan yang telah disiapkan sedari malam tadi
Selapang dada dan sesabar hati untuk memberi maaf, akan tidak berarti jika tidak memiliki kuota untuk restui pesan sampai ternotifikasi.
Sukolilo, Mei 2021
Kala itu tumbuh di bawah gunung
Terpeluk hutan lindung
Diasuh telaga; gembira bersama di urat-urat kekar karet bolu usia berabad
Berayun bak Tarzan dengan sulur dan teriakan khasnya; “Auo…”
Byur, tubuh kita basah dalam segar dan sejuk dekapan telaga
Berenang bersama rimbun enceng gondok
Sesekali ular melintas untuk pentas; tunjukan ke kita eksistensi diri
Wajah-wajah kita pucat – sudahi ceria, terganti panik dan lari dari arah liuknya pergi
/2/
Ombak pantai
Pekik camar
Pecahan buih pada karang
Pasir putih yang basah adalah kerinduan angan
/3/
Takdir paksa kita berjarak
Ikhlas saja tak cukup tutup sendu kehilanganmu!
Bayangan kebersamaan kubunuh berulang dengan kesibukan Kupukul dan tendang dengan segala hal senang; namun kenangan selalu datang di malam yang tanang
Mengendap, menunggu untuk tetap ingat; mencari ikan di aliran irigasi,
menggali singkong tetangga yang tanpa restu,
tertawa lepas dalam ceruk-ceruk karet bolu
Relung dan sanubari selalu simpan kenangan bahagia kita Sepenggal harapan untukmu yang jauh; semoga bahagia isi hari hidup sampai tubuhmu menua.
Bogorami, Februari 2022
Elje Story nama pena dari Agape Dendy Eliyas Jatmiko. Laki-laki kelahiran Blitar 30 tahun silam, menulis sejak 2015. Sekarang tinggal di Kota Surabaya, bekerja sebagai karyawan swasta di Genesis Camera Surabaya. Lelaki dengan nama pena Elje Story ini juga telah menerbitkan buku yang pertama ; Sang Lelaki, Nona dan Musim Ketiga (Kumpulan Puisi/2021). Kesibukannya sehari-hari sebagai karyawan tidak menyurutkannya belajar dunia literasi khususnya menulis puisi. Masih belajar di Komunitas Sastra KEPUL dan COMPETER Indonesia. Juara 6 lomba sastra Anugerah COMPETER Indonesia 2022. WA: 085.607.877.313 IG:@elje_story, FB: Elje. E-mail: storyelje@gmail.com
Terima Kasih, Suara Krajan 🙏
BalasHapusMasyaallah 😍😍 kak Elje kereeeennnnnn bangeeeetttt
BalasHapus