Sehimpun Puisi: Jam Kerja Karya Elje Story

Sehimpun Puisi
Jam Kerja
 
Penulis
Elje Story
 
Editor
Nur Indah Sutriyah
 
Desain Sampul dan Tata Letak
Lubet Arga Tengah
 
Penerbit
CV. Catur Media Gemilang
 
ISBN: 978-623-5372-18-1
Ukuran 14 X 20
Jumlah hlm. xiv + 87
Cetakan pertama, Agustus 2022
 

Komentar-Komentar Mengenai
Sehimpun Puisi “Jam Kerja”
 
Jam Kerja memiliki banyak hal yang ditawarkan ke pembaca, puisi-puisi yang membawa pesan kebaikan dan keluhuran sebagai manusia. Elje begitu mahir merangkai kata penuh makna dan memberi sentuhan kegelisahan tentang dunia. Ini juga bisa diartikan sebagai sikap introspeksi diri dan memunculkan banyak harapan. Buku puisi yang layak dimiliki oleh setiap orang

Mohammad Iskandar
Penulis puisi
 
 
Jam Kerja. Entah dari mana asal mula Elje memilih judul bukunya ini. Memang ada puisi berjudul Jam Kerja, tapi menurut saya puisi tersebut tidak menonjol. Lupakan. Bukankah kita tidak bisa menilai sehimpun puisi ini sekadar dari judul yang dipilih?
 
Beberapa kali saya membaca puisi Elje yang ia unggah tautannya di group yang saya termasuk di dalamnya, atau tanpa sengaja postingan instagramnya lintas di beranda saya. Kerap yang saya temukan adalah puisi yang dimulai dengan kutipan dari Al Kitab.
 
Saya pun membayangkan akan menemukan itu sejak pada puisi pertama. Astaga! puisi pertama adalah cerita pembunuhan. Saya pun tersentak dan agak tidak percaya. Saya masih berharap ini kebetulan belaka, tapi lagi-lagi puisi kedua adalah tulisan pembunuhan. Mendadak saya merasa tidak mengenal Elje Story.
 
Puisi-puisi berikutnya perihal cinta tak sampai, mendayu-dayu dan penuh kasihan. Luka-luka cinta yang jamak kita temukan dalam puisi orang lain.
 
Pada pertengahan buku, baru saya menemukan apa yang saya pikirkan; puisi-puisi yang dimulakan dengan ayat dari Al Kitab. Misal: Sudut Gelap Jiwa, salah satu judul puisinya.
 
Ah, ternyata Anda akan pergi ke sana, balik ke sini, menjangkau ini dan itu. Beragam tema. Tentu hal itu akan membuat Anda tidak lelah pada satu tema dari laman awal hingga akhir.
 
Tahniah Bro atas buku keduamu ini. Berbahagialah secukupnya.
 
Muhammad Asqalani eNeSTe
Penyair, Mentor Kelas Menulis Puisi.
Guru English Acquition di TK Islam Annur Bastari
 
 
Jam Kerja. Di dunia modern saat ini kita dituntut memakai lebih efisien dan serba cepat. Target dalam segala sesuatu menjadi acuan dasar tentang sebuah pencapaian. Waktu menjadi modal bagi banyak orang untuk dapat mengisi kehidupannya, dan hampir seperti jam kehidupan umat manusia dihabiskan untuk kerja.
 
jam kerja ini banyak orang lewati seakan – akan menjadi tanggung jawab utama dalam mengisi kehidupan. Hal tersebut tidak salah , namun dalam memenuhi tanggung jawab dalam jam kerja itu hendaknya kita dapat menemukan hal indah dalam kehidupan.
 
Buku ini menggambarkan dengan sangat cantik. Melalui jam kerja, kita diajak untuk merasakan keindahan hidup dalam bekerja, sehingga kita tidak hanya memperoleh uang atau upah. Tetapi kita memperoleh makna kehidupan yang sesungguhnya dalam bekerja.
 
80 puisi yang ada di buku ini mengajak kita hanyut dalam keindahan hidup yang kita lewati dalam jam kerja manusia, apakah yang menjadi kebanggaan, apakah yang menjadi kesenangan, apakah yang menjadi kesedihan dan apakah yang membuat kita putus asa serta beroleh semangat kembali di jam kerja itu, semuanya terlukiskan dengan indah.
 
Saat kita membaca semua puisi itu, satu titik makna hidup yang ingin disampaikan dalam mengisi jam kerja ini, dalam mengisi jam kerjanya, manusia yang tekun mengisi jam kerja akan menemui makna hidupnya sungguh mulia dan semakin tekun bekerja, sampai Sang Pencipta menentukan jam pulang bagi kehidupannya dan beristirahat dengan damai di kekekalan. 
 
Dian Wijaya, ST. MT, CT.HLC, CT.M.Th.
Praktisi Human Development  
 

Celurit Tangkai Kuning 
   
Teriakan mengerang riuhkan jalan. Mereka berlima berlari meski berhasil lampiaskan kesal dengan riang dalam tusukan tajam di perut dan punggung lawan. Bahagia tidak hinggap dalam raut wajah, malah tergopoh dengan cipratan darah yang pecah dari dingin bilah celurit dalam genggaman. 
  
Celurit itu masih mabuk direndam darah. Mungkin itu yang dia suka; atau mungkin kehidupan remaja yang penuh gairah. Seolah tersenyum dengan tetes merah di ujung lengkung. Begitu kontras dengan kuning tangkai yang kasar. Tak lama tersiar kabar; satu tidak selamat dari sabetan luka. Malam yang tenang pun gempar; barang bukti sedang dicari. Senjata tajam yang dingin, sedingin sesal menggerogoti diri. 
  
Penegak hukum berhasil temukan dan amankan barang bukti; tidak ada lagi bercak merah di bilah. Kemenangan yang dibanggakan pudar dalam gelap jumat malam. Kini saksi dan sanksi menanti untuk harga jasa tebasan celurit tangkai kuning. 
 
Surabaya, 15 November 2021
 
 
Jam Kerja 
 
Ada yang berjalan tertunduk, tertekan beban pikir 
Pesan-pesan berjejal menuntut kepastian 
Dari jiwa yang bergentayangan di beranda layar gawai; tanya yang menuntut jawab pasti 
Klarifikasi stok kosong -- permintaan maaf barang terkirim tidak sesuai pesanan 
  
Di pojok lain… 
Kesibukan tak memberi jeda untuk syukur 
Ditikam rasa penat; hidup bak sepuluh angka kalkulator menuntut benar!
Untuk selalu tunduk, takluk dan pasrah regulasi pemberi upah 
  
Namun di universe lain, ada yang begitu berbeda; laku penuh liku seperti usus! 
Bercakap tidak penting, bermalasan dengan riang; sesekali buang urin -- ulur waktu kerja dengan sengaja! Semboyannya, “jika dapat dipersulit kenapa prosesnya mudah!”  Begitu alur kerjanya sampai tiba tanggal terima upah kerja. 
  
Surabaya, April 2022 
 
 
Bekerja
 
Enak tidurnya orang yang bekerja, baik ia makan sedikit maupun banyak; tetapi kekenyangan orang kaya sekali-kali tidak membiarkan dia tidur. Pengkhotbah 5:11 TB 
  
Kerja keras peras segala daya 
Upah kerja menguap di dunia maya 
Aset berupa nama kepemilikan tanpa benda 
Tak ubahnya berpijak pada alas lapuk 
  
Seribu tahun yang lalu hasil kerja diubah tanah, kebun, segala benda berlabel mulia 
Tahun ini bersulih pulsa, kuota, dan segala aset kasat mata! Beranda layar kaca berisi diagram rumit yang statistiknya 
membawa kecemasan jiwa 
Binary Option” salah satunya! 
  
Pikiran diburu prasangka; berwalang hati! 
Tertera nama kepemilikan di berbagai tempat, namun basah dalam resah! Lalu untuk apa? 
  
Sukolilo, 4 April 2022 
 
 
Antara Rengginang, Kuota dan 
Notifikasi Maaf 
  
Maaf tidak mengembang dalam gorengan wajan seperti rengginang; walaupun sama-sama memerlukan waktu dan wadah untuk matang 
Dari Ikhlas lahir kesadaran yang jernih hasilkan kata maaf; kedewasaan dan hati lapang 
Proses mengikhlaskan tak jauh beda dengan penirisan krupuk 
itu setelah direndam di wajan 
Dalam hening ruang hari ini 
Namun begitu riuh hilir mudik pesan pada beranda sosial media Berderet-deret kata maaf dan memaafkan mengantre untuk diakuisisi 
Di dalam gawai yang tergeletak dengan diam berjejal notifikasi Semua bersua dalam jarak — sapa menyapa bertukar kabar bahagia 
Konon pintu maaf dibuka sepenuhnya di bulan yang Fitri Pencarian maaf tahun ini masih diakomodir oleh sinyal dan kuota 
Sekuat dan setulus apa sikap yang telah aku tentukan 
Jika sinyal hilang, semua hanya jadi omong kosong belaka Dalam jarak yang semakin jauh, namun dapat bertegur sapa secepat kedipan mata dalam dunia maya 
Sembari menata stoples yang berisi rengginang sesekali melirik gawai di tepi meja jati 
Mengecek kuota pulsa untuk selalu memadai; kirim pesanpesan yang telah disiapkan sedari malam tadi 
Selapang dada dan sesabar hati untuk memberi maaf, akan tidak berarti jika tidak memiliki kuota untuk restui pesan sampai ternotifikasi. 
 
Sukolilo, Mei 2021 
 
 
Kerinduan  
   
/1/ 
Kala itu tumbuh di bawah gunung 
Terpeluk hutan lindung 
Diasuh telaga; gembira bersama di urat-urat kekar karet bolu usia berabad 
Berayun bak Tarzan dengan sulur dan teriakan khasnya; “Auo…” 
Byur, tubuh kita basah dalam segar dan sejuk dekapan telaga 
  
Berenang bersama rimbun enceng gondok 
Sesekali ular melintas untuk pentas; tunjukan ke kita eksistensi diri 
Wajah-wajah kita pucat – sudahi ceria, terganti panik dan lari dari arah liuknya pergi 
  
/2/ 
Ombak pantai 
Pekik camar 
Pecahan buih pada karang 
Pasir putih yang basah adalah kerinduan angan 
 
/3/ 
Takdir paksa kita berjarak 
Ikhlas saja tak cukup tutup sendu kehilanganmu! 
Bayangan kebersamaan kubunuh berulang dengan kesibukan Kupukul dan tendang dengan segala hal senang; namun kenangan selalu datang di malam yang tanang
Mengendap, menunggu untuk tetap ingat; mencari ikan di aliran irigasi, 
menggali singkong tetangga yang tanpa restu, 
tertawa lepas dalam ceruk-ceruk karet bolu 
  
Relung dan sanubari selalu simpan kenangan bahagia kita Sepenggal harapan untukmu yang jauh; semoga bahagia isi hari hidup sampai tubuhmu menua. 
  
Bogorami, Februari 2022 
 
 
=========================
Elje Story nama pena dari Agape Dendy Eliyas Jatmiko. Laki-laki kelahiran Blitar 30 tahun silam, menulis sejak 2015. Sekarang tinggal di Kota Surabaya, bekerja sebagai karyawan swasta di Genesis Camera Surabaya. Lelaki dengan nama pena Elje Story ini juga telah menerbitkan buku yang pertama ; Sang Lelaki, Nona dan Musim Ketiga (Kumpulan Puisi/2021). Kesibukannya sehari-hari sebagai karyawan tidak menyurutkannya belajar dunia literasi khususnya menulis puisi. Masih belajar di Komunitas Sastra KEPUL dan COMPETER Indonesia. Juara 6 lomba sastra Anugerah COMPETER Indonesia 2022. WA: 085.607.877.313 IG:@elje_story, FB: Elje. E-mail: storyelje@gmail.com
 

2 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak