Menikah Bahagia Meski Tanpa Pacaran | Muhammad Rasyid Ridho - Suara Krajan


Judul                            : Nikah Tanpa Pacaran
Penulis                          : Asma Nadia
Editor                           : Andriyati, TheNita, Novia Syahidah
Penerbit                       : Republika Penerbit
Tahun Terbit                : Desember, 2021
Jumlah Halaman          : 236 halaman
ISBN                           :  978-623-279-133-6
Peresensi                     : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Ishlah Bondowoso
 
 
Menjadi suatu keanehan di zaman sekarang, jika menikah tanpa berpacaran. Mungkin dianggap lebih aneh lagi, jika tidak pernah bertemu, tetapi sekali bertemu langsung merasa sreg dan sepakat menikah. Begitulah yang diceritakan oleh Asma Nadia dalam novel terbarunya, Nikah Tanpa Pacaran.
 
Adalah Ken yang berkali-kali bermimpi tentang seorang perempuan yang tak dikenalinya. Di mimpi lainnya, perempuan tersebut bernama Humaira. Seorang perempuan berkerudung panjang, dengan kecantikan alami. Membuat Ken merasakan degup jantungnya, mungkin itu yang dinamakan cinta. Bahkan meski dia tak pernah mengenalnya, tak pernah menemuinya.
 
Sempat terbesit pikiran konyol, Ken akan membuat sayembara untuk menemukan perempuan yang masuk dalam mimpinya tersebut. Hingga suatu ketika, bukan kebetulan pada saat survey untuk setting film buatannya di sebuah kaki gunung Tangkuban Perahu yang asri, sejuk dan alami dia menemukan Humaira. Di sebuah mushala, tempat dia mampir untuk shalat.
 
Dia pun menceritakan hal tersebut kepada orangtuanya, papa keturunan Turki dan mama keturunan Jepang. Sang Mama sempat kaget, dengan keputusan yang diambil anaknya. Menikahi seseorang yang tak dikenal, tidak masuk akal menurutnya. Ken kukuh dengan keinginannya, dan pernikahan pun dilaksanakan dengan persetujuan papa dan mamanya.
 
Langkah yang dilakukan oleh Ken juga bukan seperti kebiasaan, bukan kenalan dengan Aira, dia lebih dahulu mendekati orangtua Aira Humaira. Karena Abah adalah orang seni, Abah merasa cocok dengan Ken. Selain itu, Ken juga menyukai buku, dan ini intinya, Ken adalah orang baik. Dalam Islam, tidak diperbolehkan untuk menolak lamaran dari orang yang baik (shalih).
 
Sedangkan Aira dilanda kegamangan, apakah dia akan mengiyakan lamaran Ken? Seseorang yang berbeda jauh dengannya. Dia adalah anak desa, sedangkan Ken adalah orang kota yang juga sekaligus sebagai sutradara dan publik figur. Apakah dia bisa mengimbangi kehidupan Ken yang seorang terkenal?
 
Tetapi Abah dan Ambu menguatkannya. Meski tanpa cinta Abah dan Ambu, sampai sekarang tetap rukun. Pilih seorang pendamping yang baik, insya Allah dia akan yang akan membuatmu jatuh cinta, nasihat Abah pada Aira (halaman 44). Karena tak ada yang lebih menghangatkan hati selain kebaikan yang terpancar dari seseorang.
 
Setelah istikharah dan restu dari orangtua, akhirnya Aira menikah dengan Ken. Cinta sejati tak pernah salah alamat (halaman 58). Ken dan Aira tentu mengharapkan hal-hal baik, keberkahan, sakinah, mawaddah dan rahmah dalam pernikahan. “Hidup menjadi gersang jika kita tak menemukan apa yang kita cari. Tapi akan menjadi indah saat kita menemukan apa yang kita cari.” (halaman 51)
 
Namun, pernikahan adalah bagian dari kehidupan. Tentu saja, ada ujian yang datang melanda. Sebagai publik figur yang tidak hanya tajir, tetapi juga tampan, tentu tidak sedikit yang menginginkan cinta Ken. Salah duanya adalah dua artis yang selama ini bekerjasama dengan Ken, Ayudisha dan Raissa.
 
Kedekatan mereka yang meski tak seberapa kadang membuat Aira cemburu. Tetapi, melihat kesungguhan dan kebaikan Ken, dia buru-buru ingat hadits dua pertanyaan yang akan ditanyakan kepada setiap istri, yaitu ibadah dan ketaatan pada suami. Maka, dia pun segera istighfar. Meski memang dua wanita yang lebih dulu dekat dengan suaminya tersebut akan menjadi konflik bagi rumah tangganya.
 
Novel ini tidak hanya tentang romantisme dua manusia saja, tetapi juga tentang keimanan pada Tuhan, kepatuhan pada orangtua, dan menjadi manusia yang selalu positif thingking. Dengan segala keterbatasannya, novel ini sangat menghibur sekaligus menginspirasi. Maka, selayaknya novel ini menjadi koleksi dan bacaan Anda di akhir pekan. Selamat membaca!
           
 
 ======================
Muhammad Rasyid Ridho: Karya-karya lainnya berupa cerpen, artikel, resensi, dan puisi juga dimuat di beberapa media offline maupun online, antara lain di Kompas, Jawa Pos, Koran Sindo, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, Koran Jakarta, Radar Surabaya, Jateng Pos, Malang Post, Republika, Harian Surya, Harian Singgalang, Radar Jember, Radar Mojokerto, Radar Sampit,  Metro Riau, Majalah Aulea, Majalah Matan, Majalah Walida, Majalah Gizone, Majalah Sabili, Koran Kampus UMM Bestari, Kompas.com.   Minimagz Gen_M2. No hp: 085748951147   

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak