sudah dua puluh satu hari lebih
matahari redup tak bisa bermimpi lagi
di antara ; jam rolex mati, sepeda motor matik,
sampai emas berkarat milik perawan tak punya
nyali
maka kutancapkan
iman bait suci ini
yang hanya andalkan puisi
milik pujangga
sedang menghitung peti mati
oh, hari esok
sama dengan seribu tahun
menunggu pesta perkawinan suci
siap berenang di negeri bawah telapak kaki
(sementara anakku
masih rajin menghapal
iman bait suci ini
yang hanya andalkan puisi
milik pujangga
sedang menghitung peti mati
menunggu pesta perkawinan suci
siap berenang di negeri bawah telapak kaki
jumlah muntahan peluru mesiu, tumpahan minyak goreng
di
selokan, krisis pangan di depan mata sampai
makin melambungnya harga-harga
jelang kematian dini),
Pamulang, April
2022
SABAT
i/
bila matahari sudah surut
sampai kulit payudaramu
dilepas s.o.s dari perahu purba
bintang-bintang dan ikan-ikan
bertebaran di layar komputer
untuk dimakan dengan rakus
mulut-mulut yang malas
ii/
percakapan sejarah paranabi
ialah menabur garam
di sudut kamar mandi
rumah sakit bersalin
perintah rumah ibadah
berabad-abad silam
mulai dari taman eden
yang kelam
sampai di puncak gunung sinai
ditulis dengan jari-jari Allah
iii/
sembunyikan buku-buku busuk itu,
i/
bila matahari sudah surut
sampai kulit payudaramu
dilepas s.o.s dari perahu purba
bintang-bintang dan ikan-ikan
bertebaran di layar komputer
untuk dimakan dengan rakus
mulut-mulut yang malas
percakapan sejarah paranabi
ialah menabur garam
di sudut kamar mandi
rumah sakit bersalin
perintah rumah ibadah
berabad-abad silam
mulai dari taman eden
yang kelam
sampai di puncak gunung sinai
ditulis dengan jari-jari Allah
iii/
sembunyikan buku-buku busuk itu,
teriakmu sebagai penghuni rumah yang dibangun
dengan bantuan ribuan cacing dan belatung paling menjijikkan !
bahkan lantainya rajin disiram alkohol
air keras najis
bersetubuh dengan para baal
cerita di atas gunung karmel
iv/
kini penghuninya telah tidur lelap
turun ke dunia orang mati
sebagian masih hidup murtad
tumbuh seperti pohon-pohon keangkuhan
roh najis dibawanya terbang
sampai ke ujung benua antartika
yang terasingkan
semuanya telah terjual
laris manis
tersisa hanya khalayan biru sang bujangan
di dalam batu api
v/
dalam kesunyian yang memanjang
kitab suci dibaca dalam debu
nyanyian lagu sion makin sulit dihapalkan
tinggal cerita orangtua yang membangun sekolah di sudut kota
dan sukacita melawat ke dalam penjara-penjara kriminal pembunuhan
sambil membawa ratusan ikan pindang
suntik saja tubuh rohani mereka
dengan vaksin dosa
sampai menghilang jejaknya
di tikungan jalan
permukiman rawan perzinahan
Kp.Melayu-Pamulang, 1997/2021
dengan bantuan ribuan cacing dan belatung paling menjijikkan !
bahkan lantainya rajin disiram alkohol
air keras najis
bersetubuh dengan para baal
cerita di atas gunung karmel
iv/
kini penghuninya telah tidur lelap
turun ke dunia orang mati
sebagian masih hidup murtad
tumbuh seperti pohon-pohon keangkuhan
roh najis dibawanya terbang
sampai ke ujung benua antartika
yang terasingkan
semuanya telah terjual
laris manis
tersisa hanya khalayan biru sang bujangan
di dalam batu api
v/
dalam kesunyian yang memanjang
kitab suci dibaca dalam debu
nyanyian lagu sion makin sulit dihapalkan
tinggal cerita orangtua yang membangun sekolah di sudut kota
dan sukacita melawat ke dalam penjara-penjara kriminal pembunuhan
sambil membawa ratusan ikan pindang
suntik saja tubuh rohani mereka
dengan vaksin dosa
sampai menghilang jejaknya
di tikungan jalan
permukiman rawan perzinahan
i/
jemu dua kolom mau meledak
di ruang tamu rumah penuh tipuan
tak ada Tuhan hadir
tiap mezbah pagi
karena dibangun dengan amarah dan tangisan
serta perzinahan di pulau seberang
empatbelas tahun tubuhku tenang dan damai
tanpa harus disuntik obat penenang
namun, ada sebuah perkelahian
jelang hari persiapan
ii/
berita sore daun-daun nyaris berdarah
rontok
tersumbat mobil ambulan
berpasang mata mencoba menderek nyawa
ke dalam kabel telepon hijau
pertama disiarkan dari kota singapura
bersentuhan mata-mata
dengan sinterklaas dan pohon natal
iii/
tiba terlambat jinjin gundul
mengeras suara
mengapa benda-benda jasmani
bertabrakan setiap laut gerimis
iv/
sudahlah
aku masih setia
menanti giliran
nama siapa
segera diseterika
hari ini juga
Pamulang, Maret 2021
menghitung sembilan puluh hari
tanpa matahari pagi
lalu ditambah tiga kali dua puluh empat jam
jadilah bola mataku (memerah)
berwarna mata srigala hutan
Paru-paruku kembali dibakar
di tubuh sungai musi
yang telah menghilang
dari garis peta buta
lalu dari badan jembatan ampera
tanpa kapal kayu
tanpa nelayan
kembali kubangun
mimpi-mimpi luruh ini
mengapa zaman prasejarah
nenek moyang pulau sumatera
belum ciptakan api
asap yang berangkat dari sebuah titik panas
lihatlah hutanku yang kembali dibakar sangat mencengangkan
benar kata pujangga melayu
bangsa ini harus bertobat
sungguh-sungguh!
bukan andalkan teknologi bom air
yang sewaktu-waktu
dapat meledakkan kota ini
jadi sebuah daratan gambut
tak berpenghuni
Palembang, Rabu 21 Oktober 2015
dengan hati cemas
penghuni kota berlari-lari
mengejar api
bau asap menyengat
timbul dari bawah ketiak
– angin jahat berhembus- menembus kaca jendela rumah
semua mulut butuh masker
menghindari binatang liar
membawa racun tumbuhan
ke atas ranjang
Kota Palembang, Oktober 2015
menutup jendela
matahari terbenam
hari persiapan ini
gendang telingaku
masih bernyanyi
dengan rebana sunyi
seperti suara jangkrik malamhari
selamat datang
tubuh penderitaan ngeri
selamat datang kesengsaraan
anak negeri
kegelisahan untuk melayani
di rumah Tuhan
menunggu vaksinasi
-catatan tiga puluh tahun-
tadi malam mezbah-Nya
nyaris terpecah
penuh amarah
untuk tinggalkan jabatan
orang lewi
dalam rumah Tuhan
telah kubangun tiga puluh tahun
dari bangunan kayu bertingkat
terjebak di permukiman kumuh
aku tertipu
anak muda terbunuh
dan pada akhirnya
berakhir di rumah hantu
bergumul dalam doa syafaat
dan menyatu dengan Injil Kristus
sepasang manusia mandul
tak diciptakan oleh Tuhan
untuk mendengar tangisan
anak-anak di ranjang kesepian
pada ujung cerita
saat sajak ini ditulis
masih kutunggu setiap suara kecemasan
di pintu rumah gadai
ketakutanku menjelma
menjadi suatu pengharapan
kebaktian rumah tangga tujuh hari
jadi kebangunan rohani
pertobatan sejati
matahari harus bersabar
terbit dari hati yang sering terkunci.
kini nyanyian mazmur 128
raja daud mau beri berkat
bertalu-talu di telinga kiri
yang setengah tuli.
seperti pesan pastor tadi pagi
ingat sumpah perkawinanmu
jadilah hidup dengan kasih Kristus
jadilah hidup kekal.
amin
haleluya !
