5 Puisi Irman Hermawan | Tanah Tuhan - Suara Krajan

Tanah Tuhan
 
Dicangkulnya tanah-tanah itu dengan zikir
dimulai dari istigfar, tasbih, hingga takbir
tumbuhlah siwalan ujungnya melukis kanvas langit
tentang takdir
 
Saat dia membaca Alfiyah
hingga membeku darahnya
membatu suaranya
dalam hati dia berkata:
Tuhan, masih belum selesai
kubaca alfiyah!
hingga lahir matahari
dalam suara hati
 
Kamal, 2022
 

Puisi Kepada Nona
 
iya!
puisi tak dapat mengisi nasi di ruang makan
dan tak dapat mengenyangkan
tapi dahaga; Nona
dapat terselesaikan dengan kata
menyampaikan rindu pada secarik buku
dengan kiasan mendidih lalu dimuntahkan
sebagaimana lava keluar jadi kepingan
batu melukis dirimu
 
iya!
puisi tak dapat mengisi nasi di ruang makan
dan tak dapat mengenyangkan
tapi apa kan perbuat
sebab ia adalah nyawa
 
Jakarta Barat, 2022
 

Bandara Cinta
 
di bandara Soekarno Hatta
dia melambaikan rindu
pada angin yang membawa
namamu; terbang dengan lihai
di antara sirkusnya perasaan
 
amboi!
manalagi harus ditempuh
segala permain badut
 
oh....
bandara hati
terbangkan, iya; terbangkanlah
pesawat-pesawat cinta
dan liarkan dengan
angin-angin rindu yang tak terjeda
 
Bandara Soekarno Hatta, 2022
 
 
Hilang
 
ini tubuh makin hancur
dibakar api amarah
asapnya menyentuh kaki
cakrawala
 
apa makna segala aku punya?
hilanglah, sudah hilang perlahan
dileburkan pada ketiadaan
 
kini-kefanaan jadi abadi
di tangan angan yang mati
dan aku adalah mimpi
dibangunkan kembali
 
Kalideres,2022

 
Sempurna
 
kesempurnaan milik yang mati
kita hanya angan dan mimpi
tertata rapi dari bunga dan duri
sari atau luka pasti menepi
 
kesempurnaan milik yang mati
kita hanya angan dan mimpi
kan pergi saat mata kembali terbuka
menuju surga atau neraka!
di surga bunga kan-didapat
di neraka luka makin memerah
dan memandikan darah
 
kesempurnaan milik yang mati
kita hanya angan dan mimpi
 
Kalideres, 2022
 
 
 
Irman Hermawan. Kelahiran Legung Timur, 15 Oktober 2003. Besar di kampung kasur pasir, Legung Timur, Batang-Batang, Sumenep. Kini tinggal di Kalideres, Jakarta Barat. Alumnus MA Lughatul Islamiyah. Sering dipanggil Sableng oleh teman-temannya. Puisinya dimuat di
Dunia Santri, Madura Today. Koran Madiun.
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak