Di Pantai Ngliyep
Ombak menemani kaki-kaki kecil
Deburnya menumbuhkan bahagia
Berlari sepanjang pantai
Teriakkan segala cita
Sekali ia duduk, menunggu ombak menerpa dada,
kadang percik mengecup bibir mungilnya
Lalu kudengar suara paraunya
Ombak! Ombak! Ombak!
Pasir pasir itu berkumpul
Memenuhi kakinya
Dibentuk-bentuknya menjadi gua-gua kecil tempat bersembunyi khayal dan impiannya
Dibawa lagi oleh ombak ke tengah laut harap
Dibentangkan kaki, tangan
Tawanya menggema di biru laut
Bocah kecil itu telah melepas inginnya
Melarungnya di luas samudra
Tinggallah kecipak kecipak bahagia
Sepanjang perjalanan pulang
Pantai Ngliyep, 30 Juli 2022
Bunga Sangkilas
Di bukit Keba tumbuh bunga Sangkilas
Merimbun unik, dipetik para pendaki ketulusan
Lumut-lumut lara mengerak
Di tebing penjelajahan
Di musim hujan bunga Sangkilas mekar
Semerbak harum aroma wangi
Hui menikmati pemandangan bukit yang kian anggun
Menapaki setiap lekuk jalan
Memotret warna warna gelora bunga
Mengabadikan dalam kisah
Menjadi bait-bait sunyi sepanjang perjalanan
Bunga Sangkilas telah jauh terlewati
Harumnya dihidu jadi terapi
Kaki kaki Hui melangkah pasti
Bunga Sangkilas dalam hati
Tumbuh subur mewangi suci
Mekar dalam setiap detak jantung
Bukit Nuris, 1 Maret 2022
Tiga Nama dalam Tembang Asmarandana
1/ Al
Wajahmu tampan. Berambut keriting. Kaca mata minusmu adalah hal yang sulit kulupakan. Warna hitam membuat tatapmu bersahaja. Sayang engkau lahir tercatat bukan milikku. Engkau milik bidadari. Surga menjemputmu dalam peluk kereta api. Perlahan ruhmu menghadap-Nya.
2/ AA
Rayumu sebesar gunung himalaya. Bak rajaraja
kaya, apa yang kupinta katamu ada. Ah lama lama hanya bayang. Setelah hatiku
kau sembunyikan di jantung kalam, engkau tenggelam di sungai delusi. Dan aku
tak bisa menolongmu lagi dari keragu-raguan.
3/ O
Ini sebuah simbol. Engkau zero yang hadir
dalam sunyi. Kita samasama sepi. Lalu mengumpulkan mimpi. Saat matahari terbit,
kau terbangun dalam racau. Aku bak perantau yang mengumpulkan igau.
Bukit Nuris, 11 Februari 2022
Riami: Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bergiat di COMPETER Indonesia, AIS (Asqa Imagination School) Kelas Menulis Daring Elipsis, Kelas Puisi Bekasi, fb. Ria Mi, IG Riami7482.
Deburnya menumbuhkan bahagia
Berlari sepanjang pantai
Teriakkan segala cita
Lalu kudengar suara paraunya
Ombak! Ombak! Ombak!
Memenuhi kakinya
Dibentuk-bentuknya menjadi gua-gua kecil tempat bersembunyi khayal dan impiannya
Dibawa lagi oleh ombak ke tengah laut harap
Tawanya menggema di biru laut
Bocah kecil itu telah melepas inginnya
Melarungnya di luas samudra
Tinggallah kecipak kecipak bahagia
Sepanjang perjalanan pulang
Merimbun unik, dipetik para pendaki ketulusan
Lumut-lumut lara mengerak
Di tebing penjelajahan
Semerbak harum aroma wangi
Hui menikmati pemandangan bukit yang kian anggun
Memotret warna warna gelora bunga
Mengabadikan dalam kisah
Bunga Sangkilas telah jauh terlewati
Harumnya dihidu jadi terapi
Bunga Sangkilas dalam hati
Tumbuh subur mewangi suci
Mekar dalam setiap detak jantung
Wajahmu tampan. Berambut keriting. Kaca mata minusmu adalah hal yang sulit kulupakan. Warna hitam membuat tatapmu bersahaja. Sayang engkau lahir tercatat bukan milikku. Engkau milik bidadari. Surga menjemputmu dalam peluk kereta api. Perlahan ruhmu menghadap-Nya.
Riami: Mengajar di SMPN 2 Pakisaji Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bergiat di COMPETER Indonesia, AIS (Asqa Imagination School) Kelas Menulis Daring Elipsis, Kelas Puisi Bekasi, fb. Ria Mi, IG Riami7482.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren Kak. Ada yang riang, ada yang syahdu, ada yang sendu.
BalasHapusBetapa hari-hari, orang-orang,
begitu pantas untuk dihargai.
Terima kasih kak Dian
BalasHapus