3 Puisi Nur Lathifah Aini | Kenangan dan Mesjid Baiturrahman - Suara Krajan

Kenangan dan Mesjid Baiturrahman
 
Di bawah atap masjid nan megah
Di atas pantaran halaman berhiaskan taman
Dihiasi kolam melintang di tengahnya
Di kelilingi langit senja
Kini kumulai percaya pada renjana
Sejak pertama kali kita saling melempar senyuman
Tatapanmu menghentikan waktu tuk sejenak
Indahnya 7 kubah sebagai saksi sebuah pertemuan
Dua insan Tuhan kini dilanda jatuh cinta tak tertawankan
Masjid Baiturrahman yang konon katanya peninggalan kerajaan Aceh dahulu
Seketika berubah menjadi peninggalan cerita kita saat ini
Ceritamu ceritaku menjadi cerita kita berdua
Hai, Salaeum loen aneuk Aceh sapamu menghangatkan
Namun waktu berjalan dengan cepatnya, memaksa tuk akhiri percakapan kita
Sebab deringan hand phone membujukku tuk pulang
Semoga bertemu kembali di suatu masa, wahai penambat hati
 
 
Sepasang Luka dalam Seruput Kopi Gayo
 
Ini, kuseruput Kopi Gayo kesukaan kita dahulu
Bertemankan keindahan kota di atas awan
Tempat kita berjanji akan bertemu kembali, ingatkah kamu?
Ku persembahkan cangkir ini padamu
Untuk luka yang tak terobati
Tak ada tangis, tak ada sesal
“perpisahan” menjadi kata yang paling kubenci kini
Dalam seduhan seruput kopi gayo panas yang membakar ini
Tak ada lagi yang perlu diperjuangkan
Engkau adalah luka
Pahit yang paling menyakitkan
Sekantong benci untukmu
Hampir saja pahit kopi yang khas terasa manis di bibir
Cukup sudah pengkhianatan cinta
Bukan salah kopinya, pahit kopi tak pernah membohongi rasa
Kini sepasang kasih berubah menjadi sepasang luka
Terima kasih untuk kebiadabannya
Kukira setia ternyata kata saja
 
 
Kasih Sendiri Pantai Ulee Lheue
 
Teruntuk diri sendiri
Di antara dingin dan temaram malam
Pesisir pantai Ulee Lheue cukup menjadi tujuan akhir hari ini
Cukup berteman sepi dan bulan purnama
Jika ditanya, Siapkah kamu menjalin sebuah hubungan kembali?.
Jawabku kan selalu sama, bahwa jujur kumenyerah
Karena di antara debur ombak pantai yang tenang
Ada luka yang masih saja bersemayam dan tak lekang
Seperti buih lautan sakit yang menempel
Tak mampu ku usap menghilang, meski dengan usapan pelan tanpa berselang
Biarlah ku nikmati saja pesisir pantai putih berteman khayalan
Bahwa kebahagiaan mungkin menjadi sebuah kemustahilan dan kenihilan
Sebentar, tampaknya ku mulai menyadari sesuatu
Sejak senja berganti malam ku berdiam diri disini
Betul saja, ingar bingar sahutan angin pantai tetap saja terasa sunyi
Hahaha… mungkin berkasih sendiri lebih baik!, hiburku pada diri
 
 
=======================
Nur Lathifah Aini, Mahasiswi asal Aceh Tenggara, traveler. Saat ini berkuliah sebagai mahasiswi Prodi PAI di Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Prenduan. Masih aktif di AJMI (Aliansi Jurnalis Muda IDIA). Beberapa karya opininya juga dimuat di beberapa media cetak dan massa seperti Jawa.Pos. Radar Madura dan lain-lain. Penulis bisa disapa di Ig: lathifah_zd.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak