2 Puisi Ag. Andoyo Sulyantoro | Pertarungan Serayu, 2 - Suara Krajan

PERTARUNGAN SERAYU, 2
 
serayuku nangis di ujung petang
di dalam gerbong terdepan kereta terakhir malam ini
menerobos gulita terowongan Ijo
menggilas kenangan kelam, menyeberang jembatan serayuku, ya kali serayu itu yang
kelokan aliran airmu seperti air mata emas basahi kehidupan bumi Banyumas
 
serayuku, oh serayu
kutitipkan selalu doa rindu padamu
pekik kemerdekaan
tetes darah pahlawan
amis keruh dan bening airmu
 
serayuku, oh serayu
sampai kapankah kau pendam dendam itu?
kenapa kau luluhlantakkan rumahrumah ramah?
banjir dan ular mbelit tanaman
sawah dan rawarawa
 
serayuku, oh serayu
di ujung jembatan dan rel
dengan langkah tegap, gagah perkasa
semangat prajurit bertempur di medan laga
isyaratisyarat perjuangan, gerak panjang mengular
: lengking peluit keretaku menagih janji
pertarungan pun baru saja dimulai
 

KATA
 
Racun membinasakan kata-kata, seperti buih-buih busa mengalir dari mulutmu 
Menggenangi sungai hidupmu. Ikan-ikan mengapung 
Di air mata dukamu. Kail, jala dan seser menyerok kekotoran tubuhmu
Keringat, darah dan nanah mengental serupa bom waktu yang 
Alamat meledakkan sanubarimu
Memantik api dendam, dahana sengketa di silang sengkarut perkara duniamu
Entah kapan berbenah. Bersegeralah beres-beres melukis pelangi di kedalaman
Tak terbatas di aliran darahmu
Pedang adalah sihir kata-kata, memenggal lehermu
Kata-kata berdarah menggelinding kesana kemari menjadi bola liar
Penyair menendangmu. Kata-kata nyangkut di semak belukar baris-baris sajak
Matahari menyinarimu hingga terang benderang puisimu
Cahaya Maha Cahaya
Belati adalah kata-kata menusuk-nusuk hati nuranimu
Orang-orang dipinggirkan kata-kata. Penyair menjinakkan mu
Pawang kata demi kata di untaian sajak
Gagal dan sukses silih berganti. Kata-kata pun bagai hujan tercurah
Orang-orang mandi kata, basah kuyup dan bersih oleh kata
Acap kali, kegagalan menjadi cambuk di kekuranganmu
Menjelma kemarau di air mata hidupmu.
Kedu, 2022
 


========================
Ag Andoyo Sulyantoro, sering menulis dengan nama pena Lintang Alit Wetan, lahir di Purbalingga, 13 Mei. Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Yogyakarta (UNY), tahun 1997 ini menulis fiksi dan non-fiksi yang diterbitkan media massa baik cetak, elektronik maupun online, lokal dan nasional serta ratusan buku kumpulan bersama, sejak tahun 1990-an di Yogyakarta. Buku kumpulan puisi tunggalnya yang sudah terbit Lingkar Mata di Pintu Gerbang (2015), kumpulan esai Banyumas dalam Prosa Nonfiksi (2016), kumpulan cerpen tunggal Sebatangkara (2022). Menyunting buku antologi puisi Perjamuan Cinta (2015), Para Penuai Makna (2020), kumpulan bersama berseri : sajak dan cerpen Tuan Tanah Kamandaka (2021), Bunga-bunga Kamboja Berguguran di Pesta (2022). Sekarang dia bekerja menjadi Aparatur Sipil Negara Provinsi di Provinsi Jateng. Domisili: Bendungan RT 02/RW 02 No. 48, Desa Simbarejo, Kecamatan SELOMERTO, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jateng. No. WA: 0889-8302-8283

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak