Pada 10 Juli 2022 atau 10 Dzulhijah 1443
Hijriah umat Islam di seantero jagad merayakan Idul Adha. Inilah ritual napak tilas atas kehidupan nabi
kesayangan Allah SWT, Nabi Ibrahim As. Ia adalah simbol personal akan
ketaatan dan kepetuhan atas perintah
dari Allah SWT. Selain itu, tercatat juga kerendahhatian dan kepasrahan mutlak Nabi Ismail As.dalam menjalankan
perintah Allah SWT.
Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban
tidak bisa dipisahkan dengan momen pelaksanaan rukun Islam yang kelima, yaitu
melaksanakan ibadah haji ke Arab Saudi bagi kaum muslimin dan muslimat yang
mampu melaksanakannya. Hanya yang sehat jasmani dan rohani serta memiliki biaya
dan dana yang mencukupi yang bisa pergi berhaji ke Arab Saudi. Tentu saja tidak
boleh dilupakan adalah kecukupan biaya dan dana bagi keluarga yang ditinggalkan
pergi berhaji.
Rupanya hanya di Indonesia dikenal predikat
atau sebutan gelar haji untuk laki-laki atau hajjah untuk perempuan bagi mereka
yang telah menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Beberapa nama melekat kuat
di dalam memori saya, baik laki-laki atau perempuan, dan terkenal serta populer
di Republik ini. Mereka bergelar haji dan hajjah. Beberapa nama yang dapat saya
sebut adalah Haji Oemar Said Cokroaminoto (HOS Cokroaminoto), Haji Agus Salim,
Raden Haji Oma Irama, Hajjah Tuti
Alawiyah, Hajjah Ratu Atut Chosiah, Hajjah Elvi Sukaesih.
Layaknya mereka yang sudah berhaji ke Arab
Saudi memiliki tingkat dan derajat keimanan dan ketakwaan yang tidak perlu
diragukan lagi kredibilitasnya. Baik yang bersifat horisontal maupun yang
bersifat vertikal. Baik yang berhubungan dengan sesama manusia maupun yang
berhubungan dengan Allah SWT. Ini tentu saja termanifestasi melalui pikiran atau
perasaan, uacapan atau pembicaraan, dan tindakan atau perbuatan yang bernilai amar makruf dan nahi munkar. Namun,
semuanya itu harus terwujud dalam harmoni perilaku dan akhlak yang mulia atau
akhlak yang terpuji. Bukan malah sebaliknya yang dapat mencederai nilai-nilai
haji dan hajjah yang telah disandangnya.
Kaum muslimin dan muslimat yang sudah berhaji
tentu saja memiliki kelebihan nilai-nilai spiritual jika dibandingkan dengan
mereka yang belum berhaji. Perilaku islami yang mencerminkan keimanan dan ketakwaan
yang mumpuni senantiasa menjadi pedoman baginya dalam menjalani kehidupan ini
dengan sesama.
Tahun Baru
Hijriah
Pada 30 Juli 2022 atau 1 Muhram 1444
Hijriah umat Islam di seluruh pelosok
bumi ini merayakan Tahun Baru Hijriah. Sebab pada 1 Muharam inilah Nabi
Muhammad SAW berhijrah dari Makah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW bersama para
sahabat dan kaum muslimin meninggalkan daerah yang munkar (sementara) menuju ke
daerah yang makruf.
Satu Muharam menjadi starting point atau titik awal bagi umat Islam untuk berhijrah.
Jika setelah Idul Fitri kaum muslimin dan muslimat menjadi manusa yang suci, kemudian beberapa
saat terjerumus ke dalam lembah kehinaan karena melanggar perintah dan
melakukan larangan Allah SWT, maka pada
momen 1 Muharam inilah umat Islam menjadikannya sebagai waktu untuk bertobat
nasuha.
Sudah selayaknya 1 Muharam menjadi waktu yang
tepat untuk berhijrah dari segi dan aspek mental, jiwa, nurani, karakter, dan
perilaku. Kita tinggalkan pikiran, ucapan, tindakan, dan perbuatan negatif, buruk,
hina, dan hitam yang biasa dan disa digerakkan oleh langkah-langkah setan.
Mental, jiwa, nurani, karakter, dan perilaku yang kita berhijrah melalui
pikiran, ucapan, tindakan, perbuatan, dan perilaku yang positif, baik,
mulia,dan putih yang biasa dan bisa dilakukan oleh malaikat.
Kaum muslimin dan muslimat yang berhijrah
layaknya harus konsisten dan konsekuen dalam mengamalkan perilaku kehidupan
yang senantiasa amar makruf dan nahi
munkar. Mereka harus dapat menjadi teladan atau role model bagi kaum muslimin dan muslimat yang belum menunaikan
ibadah haji. Umat Islam yang sudah menunaikan ibadah haji tentu saja harus
dapat memberikan contoh yang terpuji dalam menjalankan syariat agama.
Hidup yang
Humanis
Baik yang sudah menunaikan Rukun Islam yang
kelima, pergi haji ke Arab Saudi, maupun yang belum berhaji, layaknya berhijrah
untuk meraih nilai-nilai kemanusiaan (humanis)
yang dapat meninggikan harkat, derajat, dan martabat kemanusiaan. Siapa pun,
layaknya berpikir, berucap, dan berperilaku yang senantiasa simpatik dan
empatik. Bukan sebaliknya.
Hubungan antarmanusia (hablumminannas) sebaiknya kita landasi dengan sikap dan keyakinan
menghormati dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Siapa pun mereka. Ini terwujudkan
dalam perilaku yang saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling
menghormati.
Jika kita berhijrah sejak saat ini untuk
menuju “daerah” yang aman dan damai, insya Allah kita mampu menciptakan
masyarakat yang tidak lagi saling menyakiti. Hingga kemakmuran, keadilan,
ketenteraman, kedamaian, dan kesejahteraan, tidak lagi menjadi mimpi panjang.
Cita-cita kita bersama menuju masyarakat madani yang religius tentu saja bukan
isapan jempol.
Kepatuhan, kepasrahan, dan pengorbanan yang
kita teladani dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail layaknya senantiasa kita
pelihara di dalam sanubari dengan spirit rela dan ikhlas yang selalu menyala.
Akhlak mulia nan terpuji yang bersemayam di dalam nurani yang bersemi dan
tumbuh merimbun setelah kita berhijrah layaknya juga kita pelihara dengan
semangat kasih sayang.
Jika perilaku kita sekembalinya dari Saudi
Arabia setelah menjalankan ibadah haji ternyata tidak berubah, atau bahkan
lebih buruk jika dibandingkan dengan sebelum kita menunaikan ibadah haji, maka
sia-sialah ibadah haji yang telah kita laksanakan. Kita tak ubahnya hanya
piknik atau berwisata ke Arab Saudi. Namun, jika perilaku atau akhlak kita
sekembalinya di tanah air berubah ke arah yang lebih baik lagi, berakhlak mulia
dan berperilaku dengan selalu mengamalkan amar makruf nahi munkar, kita telah
menjadi haji mambrur. Semoga.
Cibinong, Juli 2022
===================
Syukur Budiardjo, Penulis dan Pensiunan Guru ASN di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Jurusan
Bahasa Indonesia IKIP Jakarta. Menulis artikel,
cerpen, dan puisi di media cetak, media daring, dan media sosial. Kontributor sejumlah
antologi puisi. Menulis buku kumpulan puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu
Lelaki
Datang (2018), Demi Waktu (2019), Beda Pahlawan
dan Koruptor (2019), buku
kumpulan esai Enak Zamanku, To! (2019), dan buku nonfiksi Strategi Menulis Artikel Ilmiah
Populer di
Bidang Pendidikan Sebagai Pengembangan Profesi Guru
(2018). Akun
Facebook,
Instagram, dan YouTube menggunakan nama Sukur Budiharjo. Email
budiharjosukur@gmail.com.Tinggal di Cibinong,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16913.
Syukur Budiardjo, Penulis dan Pensiunan Guru ASN di DKI Jakarta. Alumnus Fakultas
cerpen, dan puisi di media cetak, media daring, dan media sosial. Kontributor sejumlah
antologi puisi. Menulis buku kumpulan puisi Mik Kita Mira Zaini dan Lisa yang Menunggu