Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (Umsu), Memenangkan Lomba Baca Puisi Satu Abad Chairil Anwar di Jakarta - Suara Krajan


Suara Krajan, Jakarta -  Ubai Dillah Al Anshori mengaku berangkat ke Jakarta untuk melakukan koordinasi dengan dinas terkait berkenaan dengan acara Temu Penyair Asia Tenggara II 2022 di Padang Panjang, Sumatera Barat bulan Desember 2022 nanti, dan iseng main ke Taman Ismail Marzuki yang kebetulan tengah menggelar acara puncak perayaan satu abad Chairil Anwar yaitu Lomba Baca Puisi yang diselenggarakan oleh Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI).
 
Keisengannya selanjutnya yang dilakukan oleh Ubai adalah mendaftarkan diri sebagai peserta lomba baca puisi tersebut. Berkat pertolongan Dr. Hermawan, Ubai dipersilakan mendaftar padahal penerimaan para pendaftar sudah hampir selesai dan acara lomba sudah akan dimulai.
 
Kepada Suara Krajan, Ubai yang lahir di kota Pematangsiantar pada 13 Juni 1995, dan sekarang bergiat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Padang Panjang ini, mengaku ia ikut tanpa persiapan sama sekali. "Awalnya itu gak ada niat ikut lomba. Persiapan sebenarnya tidak terlalu begitu matang, hanya saja sudah terbiasa bersentuhan dengan puisi-puisi dan pernah menjadi pemenang satu di tingkat Sumatera pada 2020," katanya.
 
Sebenarnya, Ubai memang sudah akrab dengan lomba baca puisi dan beberapa kali menyabet gelar juara. "Pernah menjadi pemenang III baca puisi Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Sumatera Barat, Pemenang I pada Baca Puisi Pertunjukan Tingkat Sumatera di Padang Panjang, dan Pada saat ini menjadi Pemenang I Baca Puisi tingkat Nasional pada Sebab Chairil Anwar di Taman Ismail Marzuki," ujar Ubai membeberkan prestasinya dalam lomba baca puisi.
 
Di dalam lomba baca puisi yang menurut Ketua Pelaksana Lomba, Oktavianus Masheka, diikuti berbagai macam kalangan, Ubai bersaing dengan para peserta yang tidak hanya dari Jakarta. Saingan Ubai berasal dari berbagai kota seperti Surabaya, Bandung, Cirebon, Palembang, Lampung, Padang, Padang Panjang, Maluku, Ambon, Bogor, Jakarta, Tasikmalaya, dan kota lainnya.
 
babak penyisihan, Ubai membawakan puisi Chairil Anwar yang berjudul "Tak Sepadan." Dan meski tanpa persiapan, Ubai mengaku pengalamannya mengikuti beberapa lomba baca puisi membuatnya punya bekal untuk terlatih dalam hal tempo. "Tinggal improvisasi dan ketenangan, saja," katanya ketika ditanya tentang tips keberhasilannya lolos dari babak penyisihan.
 
Menyoal tentang kendala yang dihadapi dalam lomba baca puisi peringatan 100 tahun Chairil Anwar itu, Ubai menyebut bahwa memilih judul puisi Chairil Anwar dari balon memberikan ketegangan tersendiri yang barangkali juga dialami oleh para finalis lainnya. Terlebih, judul puisi yang diberikan oleh panitia ternyata puisi yang sangat jarang dibawakan ke panggung dan merupakan puisi pendek.
 
"Jadi hampir tidak ada waktu untuk memahami (puisi tersebut), (dan) semuanya dilakukan secara spontanitas di atas panggung. Harus benar-benar hati-hati, dan paham atas panggung, serta improvisasi." Begitu jelasnya.
 
Meski merendah dengan mengatakan bahwa kemenangannya tidak terlepas dari doa dan upaya untuk terus menjadi yang terbaik, lulusan S2 di Institut Seni Indonesia Padangpanjang jurusan Pengkajian Seni Teater ini tidak menampik bahwa kiprahnya di beberapa komunitas seperti Fokus Medan, Tugu Sastra Siantar, Komunitas Tanah Rawa, dan Akar Kata serta pengalamannya berlomba baca puisi membuatnya punya bekal olah vokal, olah rasa, dan mengatur tempo.

"Kombinasi hal-hal itu bisa memberi ruh puisi kepada para penonton". Pungkasnya

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak