Judul : yang lupa pada luka
Penulis : Muhammad Lefand
Penerbit : INTI KARYA AKSARA
Tebal Buku : 96 Halaman
Cetakan : Cetakan 1, Desember 2021
ISBN : 978-623-98820-2-0
ANGIN MEMELUK
TUBUHKU
Angin memeluk
tubuhku
Nafasku seperti terbelenggu
Gigil di sekujur tubuh terasa pilu
Ingatan di kepala menjadi terganggu
Nasib menambah luka perjalanan waktu
Musim tak tentu Erang angin sembilu
Malam bertambah
sendu
Engkau jauh tak di sampingku
Luka terasa menambah sepi hariku
Untuk kesekian rerindu padamu kasihku
Kutulis gigil panas dingin tubuh menjadi rindu
Tubuh semakin
rindu
Utuh angin memelukku
Bertambah gigil dan sedu
Ubah gairahku menjadi beku
Hingga malam makin membisu
Kuselimuti tubuh gigil tambah rayu
Udara angin malam masih memelukku
Jember, 18-7-2019
(Hal. 3)
DEBUR OMBAK
DAN DEBAR DADA DI TELUK LOVE
Debur ombak
terdengar
Elang terbang tanpa kabar
Begitu mesra perahu berlayar
Ujung dermaga terlihat sepi samar
Rasa menjelma laut tanpa hingar-bingar
Ombak menjadi
ingatan
Mata dan rasa saling pelukan
Bisik laut debar dada kemesraan
Aku menatap kekasih sepenuh ingatan
Kekasihku tersenyum sepanjang kenangan
Dan dada mengirim
isyarat
Ada debar yang sangat hasrat
Nyanyian angin tanpa lagu sayat
Debar dada
semakin kencang
Entah kenapa teluk makin tenang
Batu membisu di antara daun ilalang
Apa yang kurasa menjadi cumbu sayang
Risalah ikatan yang tak akan pernah lekang
Dadaku menjelma
jejak
Angin teluk mengusap detak
Dengan kekasih kuabadikan pijak
Agar semua laut tak menyimpan sesak
Dengan doa
kurapal
Ingatan dan rindu sekapal
Teluk love
semakin kisah
Erangan memilih tetap tabah
Laut di mata kekasih begitu cerah
Ungkapan kubisikkan sepenuh gairah
Kekasih semakin mesra membaca risalah
Laut di dadaku
pantai
Oh kekasih dermaga permai
Visi kita seperti mengarungi badai
Engkau dan aku sepasang kekasih aduhai
Jember, 202
(Hal. 10)
NENEK MOYANGKU
LAUT
Nanti saat dewasa
Engkau akan merasa
Nasihat ibumu itu cinta
Engkau pula akan merasa
Kembali pada tanah airmata
Mengertilah Oh mengertilah
Yang baca risalah
Aku adalah butir darah
Nenek moyangku laut tuah
Gelombang sejarah yang resah
Kepada luka tak pernah menyerah
Usiaku adalah airmata yang melimpah
Laut nenek moyangku
Adalah cinta tanpa waktu
Usianya melebihi usia rindu
Tetes airmata padanya tertuju
Jember,
18-10-2017
(Hal. 15)
SELAMAT ULANG
TAHUN ISTRIKU
: 23 Maret 1992 - 23 Maret 2021
Selamat ulang
tahun
Engkau adalah embun
Lebih dari sekadar daun
Aku adalah pohon rimbun
Melewati hari-hari ke tahun
Angin kehidupan makin ubun
Tak ada mesra menjelma pikun
Untuk persembahan
Lebih utuh dari kenangan
Aku menulis sajak-sajak ringan
Niat mengabadikan sebuah ucapan
Genapi kebahagiaan kado di hari kelahiran
Terimalah
persembahan ini
Aku tulis dengan sepenuh hati
Hidup memberikan tanda dan arti
Ungkapan tulus takkan mengingkari
Nafas kita jadi saksi usia kita satu janji
Istriku sekali
lagi kuucapkan
Selamat ulang tahun; kelahiran
Tetaplah bahagia pada kehidupan
Resah buang luka jadikan senyuman
Istriku semoga kita tetap seteguh iman
Karena perjalanan hidup butuh perjuangan
Untuk jadi dewasa seutuhnya di masa depan
Jember, 23 Maret
2021
(Hal. 32)
KAMI YANG LUPA
KEPADA LUKA
Kami yang lupa
kepada luka
Akan mengingat selalu rahasia
Menjadi kenangan sepanjang usia
Ibarat menjadi sebuah penanda rasa
Yang abadi bukan
luka
Adakah ingatan mendusta?
Nasib bukan untuk ditangisi mata
Gelisah hanya godaan yang fatamorgana
Lupa membuat kami
dewasa
Usia memilih kehidupan bahagia
Padahal luka terus menyayat di dada
Air mata semakin khusuk mengucap doa
Kepada setiap luka Erat kami dekap dada
Pandangan hati
percaya
Akan harapan serupa cinta
Dan bencana yang penuh rupa
Akan membawa pergi setiap duka
Luka bukan suatu
yang hina
Usah sesalkan ingatan melupa
Karena hidup sudah diatur oleh-Nya
Apapun yang terjadi, bahagia itu niscaya
Jember, 19 April
2021
(Hal. 39)
Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura
dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Lulusan MA
An-Nawari Seatengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Salah satu
pendiri dan pegiat Forum Sastra Pendhalungan Jember, pendiri dan pegiat Forum
Sastra Jember, pegiat Forum Sastra Timur Jawa, Malam Puisi Jember dan Penggerak
Lesbumi Jember. Antologi puisi tunggal terbarunya “Penyair dan Orang-orang
Kecil” (FAM Publishing: 2019) dan “Pesan Laut kepada Perahu” (Buku Inti: 2020).
Alamat tinggal: Jl. Pojok barat kecamatan no 03 rt02 rw02 Dusun Krajan
Sumberlesung Ledokombo Jember 68196
Penulis : Muhammad Lefand
Penerbit : INTI KARYA AKSARA
Tebal Buku : 96 Halaman
Cetakan : Cetakan 1, Desember 2021
ISBN : 978-623-98820-2-0
Nafasku seperti terbelenggu
Gigil di sekujur tubuh terasa pilu
Ingatan di kepala menjadi terganggu
Nasib menambah luka perjalanan waktu
Musim tak tentu Erang angin sembilu
Engkau jauh tak di sampingku
Luka terasa menambah sepi hariku
Untuk kesekian rerindu padamu kasihku
Kutulis gigil panas dingin tubuh menjadi rindu
Utuh angin memelukku
Bertambah gigil dan sedu
Ubah gairahku menjadi beku
Hingga malam makin membisu
Kuselimuti tubuh gigil tambah rayu
Udara angin malam masih memelukku
(Hal. 3)
Elang terbang tanpa kabar
Begitu mesra perahu berlayar
Ujung dermaga terlihat sepi samar
Rasa menjelma laut tanpa hingar-bingar
Mata dan rasa saling pelukan
Bisik laut debar dada kemesraan
Aku menatap kekasih sepenuh ingatan
Kekasihku tersenyum sepanjang kenangan
Ada debar yang sangat hasrat
Nyanyian angin tanpa lagu sayat
Entah kenapa teluk makin tenang
Batu membisu di antara daun ilalang
Apa yang kurasa menjadi cumbu sayang
Risalah ikatan yang tak akan pernah lekang
Angin teluk mengusap detak
Dengan kekasih kuabadikan pijak
Agar semua laut tak menyimpan sesak
Ingatan dan rindu sekapal
Erangan memilih tetap tabah
Laut di mata kekasih begitu cerah
Ungkapan kubisikkan sepenuh gairah
Kekasih semakin mesra membaca risalah
Oh kekasih dermaga permai
Visi kita seperti mengarungi badai
Engkau dan aku sepasang kekasih aduhai
(Hal. 10)
Engkau akan merasa
Nasihat ibumu itu cinta
Engkau pula akan merasa
Kembali pada tanah airmata
Mengertilah Oh mengertilah
Aku adalah butir darah
Nenek moyangku laut tuah
Gelombang sejarah yang resah
Kepada luka tak pernah menyerah
Usiaku adalah airmata yang melimpah
Laut nenek moyangku
Adalah cinta tanpa waktu
Usianya melebihi usia rindu
Tetes airmata padanya tertuju
(Hal. 15)
: 23 Maret 1992 - 23 Maret 2021
Engkau adalah embun
Lebih dari sekadar daun
Aku adalah pohon rimbun
Melewati hari-hari ke tahun
Angin kehidupan makin ubun
Tak ada mesra menjelma pikun
Lebih utuh dari kenangan
Aku menulis sajak-sajak ringan
Niat mengabadikan sebuah ucapan
Genapi kebahagiaan kado di hari kelahiran
Aku tulis dengan sepenuh hati
Hidup memberikan tanda dan arti
Ungkapan tulus takkan mengingkari
Nafas kita jadi saksi usia kita satu janji
Selamat ulang tahun; kelahiran
Tetaplah bahagia pada kehidupan
Resah buang luka jadikan senyuman
Istriku semoga kita tetap seteguh iman
Karena perjalanan hidup butuh perjuangan
Untuk jadi dewasa seutuhnya di masa depan
(Hal. 32)
Akan mengingat selalu rahasia
Menjadi kenangan sepanjang usia
Ibarat menjadi sebuah penanda rasa
Adakah ingatan mendusta?
Nasib bukan untuk ditangisi mata
Gelisah hanya godaan yang fatamorgana
Usia memilih kehidupan bahagia
Padahal luka terus menyayat di dada
Air mata semakin khusuk mengucap doa
Kepada setiap luka Erat kami dekap dada
Akan harapan serupa cinta
Dan bencana yang penuh rupa
Akan membawa pergi setiap duka
Usah sesalkan ingatan melupa
Karena hidup sudah diatur oleh-Nya
Apapun yang terjadi, bahagia itu niscaya
(Hal. 39)