Serupa pungguk, atau serigala?
Sama sunyinya dalam hembusan angin dingin sejarah
Lalu purnama
Yang tersangkut di ranting-ranting rimba
Terus tak berarti pula
Sebab cahaya kembali berlumur ceceran darah
Luka para mangsa
Tak berdaya
Memandang daunan gugur pancaroba
Dari kejauhan ada pula lengking kereta
Gemuruhnya menebah dada
Dari anaknya di seberang dunia
Bercerita tentang ranum buah daratan tempatnya berada
“Terima kasih telah membesarkan, dan wesel dariku pastilah cukup banyaknya.” Terucap berbunga-bunga
Yang begitu kerontang
Tiada kembang
Hati mereka pun sama tergores balasan,
“kau dengarkah lengking itu? Andai saja ada stasiun di sini, tempat Ayah Bunda istirahatkan perjalanan, dan bahagia sebelum kereta itu datang, sebelum memisahkan kita.
Sebelum kau buah hati
Berseru-seru mencari-cari kami di lengang rongga dada.”
-perempuan-perempuan pengubah dunia-
Kau bunga mengakarkan diri
Untuk hijau rimbun
Serta kelopak bermekaran
Yang menawarkan diri jelma perahu
Pada anak-anak jaman yang mestinya berlayar dalam mimpi-mimpi indah mereka
Kau bunga tak henti merayu tanah
Merayu bebatuan
Agar tetap berpeluk
Agar tetap bersatu
Dan tak ada yang runtuh ke dasar kehancuran
Di sekujur bumi
Kau bunga selalu membuat kertas-kertas sajak kurobek
Jadi kafan
Yang membungkus penyesalan dalamku
Atas perlakuan angin, hujan, badai, gempa
Padamu
==========================
Yin Ude
, asal Sumbawa Timur, NTB.
Menulis sejak tahun 1997. Tulisannya termuat di media cetak dan media online
dalam dan luar Sumbawa seperti Lombok Pos, Gaung NTB, Suara Muhammadiyah, Suara
Krajan, Sastra Media, Bali Politika, Uma Kalada News dan Negeri Kertas.
Memenangkan beberapa lomba, antara lain Juara 2 Lomba Cipta Puisi Bulan Bahasa
Himapbi Universitas Asy’ariah Mandar (2021) dan Anugerah Puisi Terbaik Lomba
Puisi Peringatan Konferensi Asia Afrika Negeri Kertas Tahun 2022 dan Cerpen
Terbaik Negeri Kertas (April 2022). Karya tunggalnya yang telah terbit adalah
Buku Sepilihan Puisi dan Cerita “Sajak Merah Putih” dan Novel “Benteng”.
Puisinya dapat dibaca pula dalam antologi bersama yakni Antologi Puisi “Seribu
Tahun Lagi”, Antologi Puisi “Genta Fajar”, Antologi Puisi Plengkung: Yogyakarta
dalam Sajak, Antologi “Hujan Baru Saja Reda”, Antologi “Jejak Puisi Digital”,
Antologi Puisi “Para Penyintas Makna”, Antologi Puisi “Pertemuan di Simpang
Zaman”, Antologi Puisi “Jejak Waktu”. Terbaru adalah Antologi Puisi “Minyak
Goreng Memanggil”. Beberapa buku lainnya dalam proses terbit.
