PANDANG
SINARMU
Dalam kegelisahan anggap tak berarti
Dalam kecemasan kira tak mengerti
Lalu biarkan diri di bandingkan
Makna diri bukan siapa - siapa
“tak bersinar”
Lihatlah diri, bahwa cahayamu lebih bersinar
#2020
Saat
pagi menyapa
Manusia pun terjaga
Hati bergerak untuk bertindak
Pikiran bergerak untuk berbuat
Telah
rencana ruang gerak
manusia
Pada masa umur yang masih memungkinkan
Ketika sore turut menyapa
Di sana pun rasa lelah ada
Terasa
diselimuti oleh kehangatan
Terasa dihadirkan oleh keharmornisan
Dalam roda gerak manusia
Akan nurani yang mengagumi
Kadang
terasa tersayat –sayat
Kadang pula merintih perih
Kadangkala menggebu – gebu dalam keinginan
Dalam ruang gerak manusia yang terbatas
Ingin
manusia memerangi keterbatasan
ini
Namun kesenangan pula menggoda
Atau kesengsaraan yang muncul
Seakan memberikan kemenangan
Dunia
hanya berikan kebenaran
Dalam rentetan waktu
Dalam tuntunan imaji
Hadirkan selang – seling rambu kehidupan
Manusia pun terjaga
Hati bergerak untuk bertindak
Pikiran bergerak untuk berbuat
Pada masa umur yang masih memungkinkan
Ketika sore turut menyapa
Di sana pun rasa lelah ada
Terasa dihadirkan oleh keharmornisan
Dalam roda gerak manusia
Akan nurani yang mengagumi
Kadang pula merintih perih
Kadangkala menggebu – gebu dalam keinginan
Dalam ruang gerak manusia yang terbatas
Namun kesenangan pula menggoda
Atau kesengsaraan yang muncul
Seakan memberikan kemenangan
Dalam rentetan waktu
Dalam tuntunan imaji
Hadirkan selang – seling rambu kehidupan
#2020
Ketika terang terus mengelabui
Seakan jati diri tak berujung
Seakan mampu sentuh segala hal
Sirna dengan kerendahan kodrati
Seakan jiwa tak tertandingi
Seakan nurani sentuh langit
Sirna dengan kejumawaan wujud
Semua tak bisa di gapai
Samudera tak berujung
Bumi tak tersentuh
Datang dengan sesuka hati
Pergi dengan sesuka jiwa
Menyisakan kekosongan langkah
Kau miliki senyum
Kau miliki kasih
Berharap semua kan terbuka kembali
Buktikan masih ada yang mengharapkanmu
Buktikan masih ada yang menyayangimu
Dalam masa yang tertunda ini
#2020
Sultan Musa berasal dari Samarinda Kalimantan Timur. Tulisannya tersiar diberbagai platform media daring & luring. Serta karya - karyanya masuk dalam beberapa Antologi bersama penyair Nasional & Internasional. Tercatat pula dibuku “Apa & Siapa Penyair Indonesia – Yayasan Hari Puisi Indonesia” Jakarta 2017. Karya tunggalnya bertajuk "TITIK KOMA" (2021) masuk nominasi Buku Puisi Unggulan versi Penghargaan Sastra 2021 Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. Adapun IG : @sultanmusa97