ZIARAH
: Aki Fachrudin
Namamu kueja
di antara lumut batu nisan
dan kamboja
yang tumbuh tanpa kutanam.
Namamu kuhidupkan lagi
dalam semesta kenangan,
sementara doa-doa
dan sisa dupa yang dibakar
masih melangitkan harapan:
engkau akan bersamaNya
dalam kedamaian.
Garut, 5 Juni 2022
MUNAJAT MAWAR MERAH DI SEBUAH PEMAKAMAN
wajah pagi begitu lusuh
setelah sisa hujan semalam
membasuh
tuntas sudah
ia tunaikan perjalanan
lihat
matahari pun tak kuasa
sembunyikan duka
begitu juga berpasang mata
serentak alirkan air mata
ada kegetiran
pada kepastian
yang melahap jasadnya
pelan-pelan
yang menutup kisahnya
rapat-rapat
yang mengubur bebannya
dalam-dalam
mawar merah
tiba-tiba bermunajat
sambil menunggu layu
di atas pusaranya
dan
maskumambang mengalun
pilu
di luar suara yang ada
Garut, 15 Juni 2022
GARIS KEPASTIAN
: Abah Icang
lagi dan lagi
kematian mengingatkan kita
untuk bersiap di pintu penjemputan
hari ini, tepat di depan mataku
satu tubuh
utuh
dimasukkan ke liang lahat:
bergetar seluruh jiwaku,
sebab suatu ketika
akulah yang di sana.
"mana keluarga yang kau bangga-banggakan?
mana harta yang kau agung-agungkan?
mana jabatan yang kau puja-puja itu?
mana kecerdasanmu?
mana ketampananmu?
mana semua milikmu?
mana?"
suara berdengung di pengupinganku
setelah bunga-bunga kutaburkan
di tanah basah
aku terduduk
lesu,
menatap nisan:
tertulis namaku
Garut, 24 Juni 2022
===================
Hendra Sukmawan. Lahir di Garut, Jawa Barat. Pendiri KTT (Komunitas Teater Tandatanya) dan inisiator bedirinya Rumah Budaya Sunda Galuh Pakuan Garut. Antologi puisi bersamanya antara lain: Tadarus Puisi IV, V, VI, Sampah, Gembok, Asu, dan T (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia), Lelaki Pemburu Hujan, Seribu Tahun Lagi, dan masih banyak lagi. Buku antologi tunggalnya: Penyair Murtad, Air Mata Sunyi, dan Mendung di Langit Bandung.