3 Puisi Hendra Sukmawan - Munajat Mawar Merah di Sebuah Pemakaman - Suara Krajan

ZIARAH
: Aki Fachrudin

Namamu kueja
di antara lumut batu nisan
dan kamboja
yang tumbuh tanpa kutanam.

Namamu kuhidupkan lagi
dalam semesta kenangan,
sementara doa-doa
dan sisa dupa yang dibakar
masih melangitkan harapan:
engkau akan bersamaNya
dalam kedamaian.

Garut, 5 Juni 2022



MUNAJAT MAWAR MERAH DI SEBUAH PEMAKAMAN

wajah pagi begitu lusuh
setelah sisa hujan semalam

membasuh

tuntas sudah
ia tunaikan perjalanan

lihat
matahari pun tak kuasa
sembunyikan duka
begitu juga berpasang mata
serentak alirkan air mata

ada kegetiran
pada kepastian
yang melahap jasadnya
pelan-pelan
yang menutup kisahnya
rapat-rapat
yang mengubur bebannya
dalam-dalam

mawar merah
tiba-tiba bermunajat
sambil menunggu layu
di atas pusaranya
dan
maskumambang mengalun
pilu
di luar suara yang ada

Garut, 15 Juni 2022



GARIS KEPASTIAN
: Abah Icang

lagi dan lagi
kematian mengingatkan kita
untuk bersiap di pintu penjemputan

hari ini, tepat di depan mataku
satu tubuh
utuh
dimasukkan ke liang lahat:
bergetar seluruh jiwaku,
sebab suatu ketika
akulah yang di sana.

"mana keluarga yang kau bangga-banggakan?
mana harta yang kau agung-agungkan?
mana jabatan yang kau puja-puja itu?
mana kecerdasanmu?
mana ketampananmu?
mana semua milikmu?
mana?"
suara berdengung di pengupinganku
setelah bunga-bunga kutaburkan
di tanah basah

aku terduduk
lesu,
menatap nisan:
tertulis namaku

Garut, 24 Juni 2022

 

 Baca Juga: 3 Puisi tintajemari 

===================

Hendra Sukmawan. Lahir di Garut, Jawa Barat. Pendiri KTT (Komunitas Teater Tandatanya) dan inisiator bedirinya Rumah Budaya Sunda Galuh Pakuan Garut. Antologi puisi bersamanya antara lain: Tadarus Puisi IV, V, VI, Sampah, Gembok, Asu, dan T (Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia), Lelaki Pemburu Hujan, Seribu Tahun Lagi, dan masih banyak lagi. Buku antologi tunggalnya: Penyair Murtad, Air Mata Sunyi, dan Mendung di Langit Bandung.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak