3 Puisi Anjrah Lelono Broto | Dari Juli - Suara Krajan



1/

DARI JULI

 

dari Juli

perjalanan meneroka diawali

kami berbagi kepala, jantung, jemari, mata kaki

pada perbatasan terang dan gelap hari

suara kami terdengar pertama kali

 

kami menangis, ya kami menangis,

kami benar serius menangis

tapi langit bersih tanpa sobekan awan

satu bintang hadir begitu benderang

dan semua tertawa, semua tertawa,

aih, begitu bahagia

 

sejenak, tangis kami menggamit jeda

saling pandang di kubang tanya

lantas kami menangis lagi, lagi, dan lagi

galabah pertama kami datang dari kontradiksi

dari Juli

 

Trowulan, 2022

 

 

2/

SEMENTARA JULI

 

sementara Juli masih menggeruh

pesta demi pesta berlarian tak terkejar

disaksikan guguran uban trotoar

kita hanya mampu bertukar ekor mata

jauh di belakang, benar jauh di belakang

mengais remah-remah arkais, begitu terbangkang

entah pada tiang marka yang ke berapa

seekor kucing hitam lesapkan raga

di antara betis kita, mengeong seutuhnya,

pada mata kucing itu kita berkaca

gapura usia sering kita lewatkan begitu saja

tanpa kue, lilin, topi bundar, juga bunga-bunga

hanya di pesta penghiburan diri semata

kita begitu setia, benar-benar setia

membaca mantra; “Semua

akan indah pada saatnya,”

sementara Juli tak pernah pirsa.

 

Trowulan, 2022

 

 

3/

TETAMU JULI

 

tamu Juli di waktu itu

dengan bibir mengetuk pintu

secangkir kopi rasanya tak mampu

ikut menjamu rutuk-kutuk beribu

dari bibirnya yang berdebu

menuju pukul satu

pamit ia selalu

tinggalkan nafsu meninju

pada delapan-enambelas penjuru

 

langit merona jingga

kala tamu Juli tiba pada senja

white musk dari lenggok tubuhnya

semesta surga dipahatnya sempurna

di sofa, di dinding masa muda,

ketika lunglai bermahkota

ada yang meninggalkan lupa

 

tamu Juli yang sekarang

berlarian menembus ruang-ruang

celotehnya jemput bertera penghapusan

lantas napas menulis harapan

 

Trowulan, 2022

 

 =======================

Anjrah Lelono BrotoAktif menulis esai, cerpen, serta puisi di sejumlah media masa. Beberapa puisinya masuk dalam buku antologi bersama Pasewakan (Kongres Sastra Jawa III, 2011), Margasatwa Indonesia (Lumbung Puisi IV, 2016), Klungkung Dalam Puisi (Dewan Kesenian Klungkung, 2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), Sang Perawi Laut (2018), Tamasya Warna (2018), Kunanti di Kampar Kiri (Hari Puisi Indonesia-HPI Riau, 2018), When The Days Were Raining (Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival 2019), Antologi Kritik Sastra dan Esai, Jilild Kedua (2021), dll. Karya tunggalnya adalah Esem Ligan Randha Jombang (antologi geguritan, 2010), Emak, Sayak, Lan Hem Kothak-Kothak (antologi cerkak, 2015), Nampan Pencakan (himpunan puisi, 2017), Permintaan Hujan Jingga (antologi puisi, 2019), Kontra Diksi Laporan Terkini (antologi puisi, 2020), dan Garwaku Udan Lan Anakku Mendung (kumpulan geguritan, 2022). Terundang dalam agenda Kongres Bahasa Jawa VI (2016), Muktamar Sastra (2018), Kongres Budaya Jawa (2018), dan Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia III (2020). Karya naskah teaternya “Nyonya Cayo” meraih nominasi dalam Sayembara Naskah Lakon DKJT 2018. Sekarang bergiat di Lingkar Studi Sastra Setrawulan (LISSTRA). Kontak e-mail: anantaanandswami@gmail.com, FB: anjrahlelonobroto, dan Whatssapp: 085854274197.


Baca Juga: 6 Puisi Adnan Guntur

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak