DARI JULI
dari Juli
perjalanan
meneroka diawali
kami berbagi
kepala, jantung, jemari, mata kaki
pada perbatasan
terang dan gelap hari
suara kami
terdengar pertama kali
kami menangis, ya
kami menangis,
kami benar serius
menangis
tapi langit
bersih tanpa sobekan awan
satu bintang
hadir begitu benderang
dan semua
tertawa, semua tertawa,
aih, begitu
bahagia
sejenak, tangis
kami menggamit jeda
saling pandang di
kubang tanya
lantas kami
menangis lagi, lagi, dan lagi
galabah pertama
kami datang dari kontradiksi
dari Juli
Trowulan, 2022
2/
SEMENTARA JULI
sementara Juli
masih menggeruh
pesta demi pesta
berlarian tak terkejar
disaksikan
guguran uban trotoar
kita hanya mampu
bertukar ekor mata
jauh di belakang,
benar jauh di belakang
mengais remah-remah
arkais, begitu terbangkang
entah pada tiang
marka yang ke berapa
seekor kucing
hitam lesapkan raga
di antara betis kita,
mengeong seutuhnya,
pada mata kucing
itu kita berkaca
gapura usia
sering kita lewatkan begitu saja
tanpa kue, lilin,
topi bundar, juga bunga-bunga
hanya di pesta
penghiburan diri semata
kita begitu
setia, benar-benar setia
membaca mantra; “Semua
akan indah pada saatnya,”
sementara Juli
tak pernah pirsa.
Trowulan, 2022
3/
TETAMU JULI
tamu Juli di waktu itu
dengan bibir mengetuk
pintu
secangkir kopi rasanya
tak mampu
ikut menjamu rutuk-kutuk
beribu
dari bibirnya yang berdebu
menuju pukul satu
pamit ia selalu
tinggalkan nafsu meninju
pada delapan-enambelas
penjuru
langit merona jingga
kala tamu Juli tiba pada
senja
white musk dari lenggok
tubuhnya
semesta surga dipahatnya
sempurna
di sofa, di dinding masa
muda,
ketika lunglai bermahkota
ada yang meninggalkan
lupa
tamu Juli yang sekarang
berlarian menembus
ruang-ruang
celotehnya jemput bertera
penghapusan
lantas napas menulis
harapan
Trowulan, 2022
Anjrah Lelono Broto, Aktif menulis esai, cerpen,
serta puisi di sejumlah media masa. Beberapa puisinya masuk dalam buku antologi
bersama Pasewakan (Kongres Sastra
Jawa III, 2011), Margasatwa Indonesia (Lumbung
Puisi IV, 2016), Klungkung Dalam Puisi (Dewan
Kesenian Klungkung, 2016), Memo Anti
Kekerasan Terhadap Anak (2016), Sang
Perawi Laut (2018), Tamasya Warna (2018),
Kunanti di Kampar Kiri (Hari Puisi
Indonesia-HPI Riau, 2018), When The Days Were Raining (Banjarbaru’s Rainy Day Literary Festival
2019), Antologi
Kritik Sastra dan Esai, Jilild Kedua (2021), dll. Karya tunggalnya adalah Esem Ligan Randha Jombang (antologi
geguritan, 2010), Emak, Sayak, Lan Hem Kothak-Kothak (antologi
cerkak, 2015), Nampan Pencakan (himpunan puisi, 2017), Permintaan Hujan Jingga (antologi puisi,
2019),
Kontra Diksi Laporan Terkini (antologi
puisi, 2020), dan Garwaku Udan Lan Anakku
Mendung (kumpulan geguritan, 2022). Terundang dalam agenda Kongres Bahasa Jawa VI (2016), Muktamar Sastra (2018), Kongres
Budaya Jawa (2018), dan Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia III (2020). Karya naskah teaternya “Nyonya Cayo”
meraih nominasi dalam Sayembara Naskah
Lakon DKJT 2018. Sekarang bergiat di Lingkar Studi Sastra Setrawulan
(LISSTRA). Kontak e-mail: anantaanandswami@gmail.com, FB: anjrahlelonobroto, dan
Whatssapp: 085854274197.
Baca Juga: 6 Puisi Adnan Guntur