Pagi Seorang Skizofrenia
Ketika ketakutan mulai merayap
Segala yang mengambang ada di kepala
Membendung gempur kemurungan
Di kamar 354, Re, hari-hari adalah sayatan pisau di dada
Maut gentayangan, tapi di luar sunyi sekali
Keramaian terlelap dalam ranjang
Sementara suara bunuh diri atau menjadi gila terus berbisik
Di antara gumam halusinasi
Dunia terasa begitu asing
Seperti
apakah warna pagi ?
kulihat malam terus mendekap kekosongan meruap
dari balik dinding
Lalu gelisah datang sempoyongan
Ingatan terus melayang-layang
Waktu terasa lebih panjang
Tuk mencatat luka pada karat masa silam
Seperti
apakah hangat pagi?
Kurasakan dingin membius
sel-sel di tubuh yang terbelit bekas tawa
sepi mengeras
Kesadaranku amblas
Selang infus, tabung oksigen, Fluphenazine layaknya teman sejati
Pikiranku adalah kemacetan bising
Yang menolak hening
Oh,
mungkinkah tidak pernah ada pagi?
Bekasi , 3 Juni 2022
Lirisme
Sebuah Lagu
Deras hujan menjadi partitur
Yang tak berhenti di ujung lagu
Semua air adalah kata yang mengalir ke dada
mengalunkan lirih nada-nada minor
Sebab masih kuingat kemarau menjelma sepi
Yang bernyanyi sepanjang usia waktu
Luka
angslup di dada
Seperti not demi not melodi yang rumit
Menebak-nebak partitur cuaca hati kekasih
Tak ada apa-apa, kecuali jiwaku dalam sajak
terpahat di epitaf-epitaf ragu
Kata-kata tak pernah lelah
Menciptakan diksi-diksi
Lalu puisi atau ratapan tuts piano
Cintaku jadi satu-satunya komposisi musik
Terasa asing di telingamu
Aku
disergap sedih
Dan harapan adalah lagu-lagu klasik pengantar
tidur
Yang membuat lelap dalam mimpi
Meski pada akhirnya
Terbangun dan jatuh lagi
Tambun, 24 April 2022
Berbuka Puisi
Segala yang mengambang ada di kepala
Membendung gempur kemurungan
Di kamar 354, Re, hari-hari adalah sayatan pisau di dada
Keramaian terlelap dalam ranjang
Sementara suara bunuh diri atau menjadi gila terus berbisik
Di antara gumam halusinasi
Dunia terasa begitu asing
Lalu gelisah datang sempoyongan
Ingatan terus melayang-layang
Waktu terasa lebih panjang
Tuk mencatat luka pada karat masa silam
sel-sel di tubuh yang terbelit bekas tawa
sepi mengeras
Kesadaranku amblas
Selang infus, tabung oksigen, Fluphenazine layaknya teman sejati
Pikiranku adalah kemacetan bising
Yang menolak hening
Yang tak berhenti di ujung lagu
Semua air adalah kata yang mengalir ke dada
mengalunkan lirih nada-nada minor
Sebab masih kuingat kemarau menjelma sepi
Yang bernyanyi sepanjang usia waktu
Seperti not demi not melodi yang rumit
Menebak-nebak partitur cuaca hati kekasih
Tak ada apa-apa, kecuali jiwaku dalam sajak
terpahat di epitaf-epitaf ragu
Menciptakan diksi-diksi
Lalu puisi atau ratapan tuts piano
Cintaku jadi satu-satunya komposisi musik
Terasa asing di telingamu
Yang membuat lelap dalam mimpi
Meski pada akhirnya
Terbangun dan jatuh lagi
1/
Anganku junub,
Berkali- kali datang
Dan aku enggan mengulang wudhu yang batal
Menyandarkan kepasrahan pada waktu yang terulur panjang
Aku tak mahir membaca isyarat debu
Sebab cermin diri tak memantulkan apa-apa
Kemana harus kucari cahaya, selain dalam penyerahan?
2/
Kukenangkan ramadan
Saat orang-orang sibuk menyucikan
Merawat lapar yang terjaga
Sedang telah kenyang perut dengan dosa—hasrat dunia
Barangkali berbuka dengan puisi terasa lebih murni
Daripada berpuasa tanpa siraman iman
Memikirkan santapan sahur apa yang nanti akan dimakan
Atau melakukan segala yang bukan pahala
Ngabuburit berjam-jam agar terlihat menjalankan
Tarawih untuk bertemu gebetan
Sedang puisi tak pernah berdusta tentang apapun
Dalam riuh dada untuk dituliskan
Umpama cashback 30 persen
Kau hanya dapat kembalian dari poin-poin kekecewaan
Padahal dulu yang sering kau pesan
perasaan yang kuat dan cinta yang sehat
meski kau berusaha login berkali-kali dihatinya
Menukar semua voucher setia dan pengorbanan
Kau ingin terverifikasi dicintai
namun yang kau baca hanya:
Maaf. Cinta yang anda inginkan sudah habis–
Kau ingin pre oder lagi dan lagi
Berharap lusa stok hati yang mencintaimu sepenuh hati sudah ready

Email : listiowulann354@gmail.com
Facebook: Rahadian Tyo
😍😍🥰🥰syukak syekaleehhhh dek
BalasHapus