Puisi-Puisi Rahajeng W
Setengah Wajah Ibu
kutatap kerutan garis wajahnya
di balik jendela jingga
memberi percik cahaya
hasrat tuk selalu berpeluk
kuhampiri seorang wanita paruh baya
di pertemuan tak terduga
memberi sajian hangat
dengan saling bincang tentang petuah
senyum sapa merekah dari bibirnya
tersirat harap pada waktu tak lekas pergi
ada seuntai kata terukir dalam ingatan
kelak menjadi bekal rindu
ia menjelma setengah wajah ibu
selalu menanam padi kebaikan
di ladang kehidupan
walau jarak memisahkan raganya
cerita itu masih tersimpan abadi
Probolinggo, 01 Juni 2022
Promise
di perjalanan kota malam
ku melepas sayap-sayap tabah
melenyapkan angan bertahun
tuk bertemu
teringat setiap bincang dalam gawai
selalu ucap kata janji
ingin menatapku lebih lama
tanpa lekang waktu
namun, di ujung jalan langkah itu terhenti
desir pilu membiarkan bibirku
tersenyum pamit
menggamit takdir baik
menepis lara
kukubur dalam tanah kenangan
hingga tak ada pilihan
selain memberiku jalan pulang
yaitu ketenangan
Probolinggo, 01 Juni 2022
Nyanyian Hujan Pagi
di pagi hari
kugantungkan seuntai angan
pada semburat merah di langit
bersenandung lirih
menyapa semesta
duduk berdiam diri
menyaksikan burung beterbangan
kicaunya terdengar pilu
menyeruak keluar dengan sehela napasnya
masih kupandang awan biru
seiring desir angin dingin
teduhkan jiwa yang usang
untuk tumbuh kembali
tersemat senyum ikhlas
merapal doa takdir masa depan
menuai bahagia yang hakiki
Probolinggo, 02 Juni 2022
===========================
Rahajeng W lahir di Probolinggo, 12 April 1989. Aktif bergabung di
Asqa Imagination School (AIS), Community Pena Terbang (COMPETER), dan Kelas
Puisi Alit (KEPUL). Juara 2 dan 3 di Asqa Book Award 2021. Bisa dihubungi
melalui IG: @rah.ajeng12
di balik jendela jingga
memberi percik cahaya
hasrat tuk selalu berpeluk
di pertemuan tak terduga
memberi sajian hangat
dengan saling bincang tentang petuah
tersirat harap pada waktu tak lekas pergi
ada seuntai kata terukir dalam ingatan
kelak menjadi bekal rindu
selalu menanam padi kebaikan
di ladang kehidupan
walau jarak memisahkan raganya
cerita itu masih tersimpan abadi
ku melepas sayap-sayap tabah
melenyapkan angan bertahun
tuk bertemu
selalu ucap kata janji
ingin menatapku lebih lama
tanpa lekang waktu
desir pilu membiarkan bibirku
tersenyum pamit
menggamit takdir baik
menepis lara
hingga tak ada pilihan
selain memberiku jalan pulang
yaitu ketenangan
kugantungkan seuntai angan
pada semburat merah di langit
bersenandung lirih
menyapa semesta
menyaksikan burung beterbangan
kicaunya terdengar pilu
menyeruak keluar dengan sehela napasnya
seiring desir angin dingin
teduhkan jiwa yang usang
untuk tumbuh kembali
merapal doa takdir masa depan
menuai bahagia yang hakiki

Keren Kak Ra, semangat terus berkarya 🥰
BalasHapus😍😍😍leekkkk
BalasHapusWow, keren
BalasHapus