Kisah Gadis Pemetik
Teh
Pagi buta kau terjaga
Saat surya sedang lelap
Embun pun belum luruh dari daun
Bertopi caping,
kemeja panjang,
dan sepatu boot,
Kau daki kaki gunung Tangkuban perahu
Segera mata dimanja permadani hijau
Sejuk udara pun segarkan rabu
dan senyum menghias bibirmu
Jari-jari lentik beraksi
petik pucuk-pucuk teh,
penuhi bakul yang tergantung di punggung
Mentari mulai meninggi
mengundang peluh di balik pori-pori
basahi wajah ayu gadis pemetik teh
R. K. Surabaya 10 Mei 2022
Puisi Mohd. Adid Ab. Rahman
PEREMPUAN ITU MASIH JAUH KE SENJA
Perempuan itu masih jauh ke senja
tapi sudah amat akrab dengan sepi
teman-teman menghindar sisinya cukup meresahkan
pada laut tetap bergelombang besar atau kecil
tak pernah didakap wajah orang sabar di tengah asakan fitnah
terus cuba mengubati
tapi tak terbalut juga nganga luka
Apa saja diimpikan tergenggam kehampaan
namun doa tak kering-kering di bawah kemarau panjang
janji ditunggu bertukar petaka
dijadikannya pelajaran bagaimana melangkah lebih utuh
Dia menyimpan harapan suatu detik nanti
serupa perempuan sempurna walau sudah di ujung hari
Melaka, 10 Mei 2022 / 9 Syawal 1443
Puisi Mohd. Adid Ab. Rahman
IMPIAN PELANGI BERTENGGER DI DAHAN MERIASI JIWA
Impian pelangi bertengger di dahan meriasi jiwa
tiada kapal berlayar ke titik lenyap; seseorang gagu
menyembunyikan kata-kata semua geleng kepala tak paham makna
seperti si pencuri menghilang diri elak dikesan massa
kutahu itu jalan salah dipilih demi sesuap
Terus-terusan mendesak aku gerakkan langkah memburu
disertai keberanian dan sungguh-sungguh seorang petani berhati waja
hidupkan sawah pusaka
nanti kelak tangan bisa menggenggam hasil
jadi milik diri seperti pikiran dan denyut nadi
Seseorang di dalam dirinya tiada impian pelangi
seumpama jejak tanpa arah
sampah-sampah hanyut akur ke mana arus
mensia-sia waktu terkenal berharga emas
mencurah tenaga muda ke nganga kehampaan
tak keterlaluan dikatakan menempatkan diri
di celah kerugian
Hari ini impian belum mampu ditawan
esok diyakini janji terbukti
lihatlah
2 MEI 2022 / 1 SYAWAL 1443
Puisi Aqib Rahman Damanik
Tentang Kaum Ilalang
Kaum ilalang merebah debu murni
Tegap di atas tanah tandus
Di antara kemashuran emas dan intan
Ilalang subur di atas tanah gersang
Keduanya hanyalah rongsokan dari sampah masyarakat
Kaum ilalang berpiawai rapi
Di atas tanah dengan kaos compang-camping
Ilalang berdasi licin beralas sepatu hitam pula
Menginjak tanah tandus tanpa rasa
Ilalang berfoya dengan tetes hujan dari tanah
Tetapi ia tak memberi pada tanah yang lelah
Kaum ilalang tebal dan tegap
Di atas tanah keroncong dan layu
Ilalang kecil dan sendiri
Tetapi meretas kedamaian tanah
Tanah beribu luasnya
Tetapi tak berdaya tuk telan ilalang
“Turunkan mereka!” tanah mencemooh
Namun intan telah diinjak
Tanah meraung, meronta, meringis
Di bawah kaum ilalang yang berfoya
Namun petang ini
“Kami sengsara-kami sengsara ucap tanah menutup renta”
Prenduan 9-2-22
Puisi Aqib Rahman Damanik
Sabit Tembaga
Rembulan malam merah temaram
Pangkasnya memberi separuh lingkar
Telah terlebur dari puncak asin
Lamban masa memberi inci pada tanduk pasi
Lalu menghujam secarik ruh merah
Sabit tembaga menendang ujung tanduk hayat
Pada jemari yang bersimbah darah yang terpahat
Sabit besi menjulang tanduk pasi
Pada jemari bermotif nadi
Pada penghujam titik asin
Para tembaga membabat tuntas anggukan kepala
Pada penghujam titik asin pula
Para tembaga memperkecil nafas kepala
Sanggar rumah cahaya 08-2-22
Pagi buta kau terjaga
Saat surya sedang lelap
Embun pun belum luruh dari daun
Bertopi caping,
kemeja panjang,
dan sepatu boot,
Kau daki kaki gunung Tangkuban perahu
Segera mata dimanja permadani hijau
Sejuk udara pun segarkan rabu
dan senyum menghias bibirmu
Jari-jari lentik beraksi
petik pucuk-pucuk teh,
penuhi bakul yang tergantung di punggung
Mentari mulai meninggi
mengundang peluh di balik pori-pori
basahi wajah ayu gadis pemetik teh
R. K. Surabaya 10 Mei 2022
Puisi Mohd. Adid Ab. Rahman
PEREMPUAN ITU MASIH JAUH KE SENJA
Perempuan itu masih jauh ke senja
tapi sudah amat akrab dengan sepi
teman-teman menghindar sisinya cukup meresahkan
pada laut tetap bergelombang besar atau kecil
tak pernah didakap wajah orang sabar di tengah asakan fitnah
terus cuba mengubati
tapi tak terbalut juga nganga luka
Apa saja diimpikan tergenggam kehampaan
namun doa tak kering-kering di bawah kemarau panjang
janji ditunggu bertukar petaka
dijadikannya pelajaran bagaimana melangkah lebih utuh
Dia menyimpan harapan suatu detik nanti
serupa perempuan sempurna walau sudah di ujung hari
Melaka, 10 Mei 2022 / 9 Syawal 1443
Puisi Mohd. Adid Ab. Rahman
IMPIAN PELANGI BERTENGGER DI DAHAN MERIASI JIWA
Impian pelangi bertengger di dahan meriasi jiwa
tiada kapal berlayar ke titik lenyap; seseorang gagu
menyembunyikan kata-kata semua geleng kepala tak paham makna
seperti si pencuri menghilang diri elak dikesan massa
kutahu itu jalan salah dipilih demi sesuap
Terus-terusan mendesak aku gerakkan langkah memburu
disertai keberanian dan sungguh-sungguh seorang petani berhati waja
hidupkan sawah pusaka
nanti kelak tangan bisa menggenggam hasil
jadi milik diri seperti pikiran dan denyut nadi
Seseorang di dalam dirinya tiada impian pelangi
seumpama jejak tanpa arah
sampah-sampah hanyut akur ke mana arus
mensia-sia waktu terkenal berharga emas
mencurah tenaga muda ke nganga kehampaan
tak keterlaluan dikatakan menempatkan diri
di celah kerugian
Hari ini impian belum mampu ditawan
esok diyakini janji terbukti
lihatlah
2 MEI 2022 / 1 SYAWAL 1443
Puisi Aqib Rahman Damanik
Tentang Kaum Ilalang
Kaum ilalang merebah debu murni
Tegap di atas tanah tandus
Di antara kemashuran emas dan intan
Ilalang subur di atas tanah gersang
Keduanya hanyalah rongsokan dari sampah masyarakat
Kaum ilalang berpiawai rapi
Di atas tanah dengan kaos compang-camping
Ilalang berdasi licin beralas sepatu hitam pula
Menginjak tanah tandus tanpa rasa
Ilalang berfoya dengan tetes hujan dari tanah
Tetapi ia tak memberi pada tanah yang lelah
Kaum ilalang tebal dan tegap
Di atas tanah keroncong dan layu
Ilalang kecil dan sendiri
Tetapi meretas kedamaian tanah
Tanah beribu luasnya
Tetapi tak berdaya tuk telan ilalang
“Turunkan mereka!” tanah mencemooh
Namun intan telah diinjak
Tanah meraung, meronta, meringis
Di bawah kaum ilalang yang berfoya
Namun petang ini
“Kami sengsara-kami sengsara ucap tanah menutup renta”
Prenduan 9-2-22
Puisi Aqib Rahman Damanik
Sabit Tembaga
Rembulan malam merah temaram
Pangkasnya memberi separuh lingkar
Telah terlebur dari puncak asin
Lamban masa memberi inci pada tanduk pasi
Lalu menghujam secarik ruh merah
Sabit tembaga menendang ujung tanduk hayat
Pada jemari yang bersimbah darah yang terpahat
Sabit besi menjulang tanduk pasi
Pada jemari bermotif nadi
Pada penghujam titik asin
Para tembaga membabat tuntas anggukan kepala
Pada penghujam titik asin pula
Para tembaga memperkecil nafas kepala
Sanggar rumah cahaya 08-2-22
Riessa
Muljanto
adalah seorang wanita disabilitas lahir di Cirebon 30 Maret 1980 berdarah
Indonesia Chinese. yang pernah bersekolah di yayasan Bhakti luhur Malang dan
sekarang sedang tergabung di Kelas Puisi Alit & sedang belajar berpuisi di
kelas online ruang kata yang diasuh oleh bapak Muhammad Iskandar karya-karyanya
pernah dimuat di media online zona nusantara dan juga pernah dimuat di media
Harvest fans club. Kontak IG; Riessa Muljanto
WA 081214992633
Mohd.
Adid Ab. Rahman. Asal
Kelantan dan sekarang bermukim di Melaka. Pesara guru KPM mulai Februari
2022. Pernah menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Banda
Aceh dan Universiti Teknologi Malaysia, Skudai Johor. Menulis
sejak dI bangku sekolah hingga sekarang,
terutama genre puisi. Sudah memiliki puluhan antologi bersama
di antaranya Antologi C.Antagonis (ASWARA 2020), Munajat untuk Palestin (PPJ
2021) ‘Kebentangkan Sehelai Peta’ (2014) menjadi teks KOMSAS SPM, Karya tersiar
di pelbagai media antara lain Majalah Dewan Sastera, Mingguan Malaysia. Berita
Harian, Utusan Borneo, Harian Ekspres. Majalah online seperti
Lamanriau.com, Riausastra, Potret Online com, SKSP-LITERARY.com,
Sabah360 online. Sekarang menjadi ahli seumur hidup Ikatan Persuratan
Melayu Melaka (IPM) serta Persatuan Penulis Melaka (PENAMA)
Aqib Rahman Damanik, santri
TMI Al-Amien Prenduan asal Kalimantan. Anggota SSA (Sanggar Sastra Al-Amien).
Foto oleh Steve Johnson dari Pexels