Puisi-Puisi Pulo Lasman Simanjuntak - Saat Hatiku Kehilangan Sekoci Kapal





SAAT HATIKU KEHILANGAN SEKOCI KAPAL 
 
Sepuluh tahun berlayar
dalam cuaca angkuh
di samudera dan ombak liar
lalu jadi hamba uang
dalam saku celana
lepas jangkar
di halaman headline koran 
 
sering kusantap makanan haram
di hotel-hotel berbintang kelam
sampai ujung kemudinya
salah ambil keputusan
tertipu sang penguasa orde usang 
 
jadilah diriku terkurung airmata
menulis puisi di dunia sunyi
berjalan dengan tongkat petra buta
sesal dibantingnya di tanah rawa 
 
saat hatiku kehilangan sekoci kapal
kubaca kembali kitab suci
suara azan subuhhari
disinari api lilin tak suci
masih sembah patung dewa matahari 
 
ajaran bidat , seruku penuh amarah
sambil berlari cepat
mendaki perpustakaan bukubuku tua
bertemu pandita dari negeri Belanda 
 
setelah itu kulirik sepuluh perintah Tuhan
tulang rohani jadi lunak
batin rohani jadi mencair
kapal teduh kembali berlabuh
dengar pekabaran dari Nabi Nuh 
 
rajin kusiram pohon-pohon iman
dalam rumah lautan dan taman ibadah
yang kadang terbentur karang-karang tegar
di pantai hijau kunyanyikan rebana doa
bertahanlah sampai hari kesudahan
menembus akhir zaman 
 
Pamulang, Selasa 25 Mei 2021
 

KUBURAN INSOMNIA 
 
sunyi subuh hari
tidurku di ranjang api
bantalnya ibu tiri
berkulit putih 
 
doyan makan anak babi
bersandal kayu jati
kejam dan sering bersetubuh dinihari
melahirkan bayi-bayi mandul
di kamar mandi 
 
masa remaja rajin manturbasi
sambil terus berpuisi
kadang terjebak di gubuk-gubuk banjir kali
tanpa nafiri dan petikan kecapi 
 
o, suara jangkrik malamhari
otakku ditombak nyaris mati ! 
 
disuntik tiga jam dalam sehari
menunya magadon, dumolit, dan valium
baru nyawaku terlelap
di semak-semak berduri 
 

TELEPON BERDERING 
 
mendengar telepon berdering kering
menyapa derau hujan malamhari
dari seorang perempuan seberang jalan
yang rajin bunuh diri menyilet lengan
tak bisa mati
telinga kiriku terbakar sunyi 
 
aku jadi teringat
dua belas abad perkawinan tertidur lelap
dalam kandang satwa-satwa liar 
 
kini hunian telah dibangun megah
menjadi mezbah batu penjuru
nyanyian koor menderu riuh
masa kanak'kanak berkalungkan doa
kitab taurat disalibkan di dada 
 
mendengar telepon berdering kering
maka genaplah kabar pahit ini
pikiran brutal gelisah basah
sesal terjebak berulangkali 
 
siapkan liang kubur,
jiwaku cintaku
satu daging 
 
di sini saja, sayangku
di sekitar akar-akar bumi
kita tanami pohon karet
roh takut makin menjelma
kemana gerangan imanku pergi lagi ? 
 
Pamulang, Jumat 21 Mei 2021
 

LAUT DISENYAPKAN 
 
pasangan betinaku 
mari kita berangkat 
matahari sudah tinggi 
 
di sana sudah menunggu 
tubuh laut untuk sambut 
bagi calon baptisan surga 
 
nyaris sukacitaku 
menabrak rambu-rambu 
batas samudera teluk jakarta 
 
sepanjang jalan kita hanya melihat 
lahan kereta api yang ditumbuhi ilalang 
suasana perkantoran yang gelap 
dampak pandemi covid
tak kunjung berlari 
 
padahal perahu sudah harus bersandar
di dermaga batu
bendera merah putih berkibar amat lambat 
 
angin pantai berhembus masuk akuarium 
virus juga sudah disuntik vaksin satu kali
ada orang-orang shooting 
adegan menguras air samudera di tanah jawa 
menikmati santap siang di bandar kesunyian 
 
di dompet celana ada jus jeruk dan melon 
suguhan mata uang rupiah 
untuk lelaki muda siap hadapi kematian 
 
Jakarta, 31 Mei 2021 
 

                                                
Pulo Lasman Simanjuntak telah menerbitkan 7 buku antologi puisi tunggal, serta puisinya telah dimuat diberbagai media cetak, media online, dan media sosial. Pada saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP) Kota Tangerang Selatan. Bekerja sebagai wartawan.

Foto oleh Steve Johnson dari Pexels

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak