Puisi-Puisi Amelia Priscilla Wati - Bis Kota dan Telpon Genggam | Suara Krajan

Puisi-Puisi Amelia Priscilla Wati


Bis Kota dan Telpon Genggam

Luka dapat disembuhkan oleh banyak hal, di antaranya  perjalanan dan percakapan. (Amelia Priscillawati)

Dalam bis kota, 
Aku meresapi puisi Ajib Rosidi dan WS Rendra.
Yang tergambar dalam wajah para penumpang.
Yang tercium dari peluh sopir dan kondektur.

Suara deru kendaraan terdengar riuh
Tapi gejolak dalam dada mereka lebih ricuh.
Angin di celah-celah jendela bis berdesir 
Namun rindu dalam relung mereka terus bergulir.

Kaca jendela bis kota serupa telaga,
Merangkum gambar diri dan bayang mereka.
Dering telpon genggam mengajak jemari menari.
Ada yang terlampau cemas. Ada yang hanya meremas.

Dari balik jendela bis kota tampak mata luka, 
Jiwa perjalanan dan bibir percakapan terbang bersama layang-layang.

Batu, 23 April 2022


Aku Ingin Menulis Puisi

Aku ingin menulis puisi untuk para guru honorer dan kuli bangunan. 
Hingga keringat mereka jadi logam yang berderai di bulan Juni.

Aku hendak menulis sajak bagi penderita diabetes dan leukimia. 
Agar matahari terbit dan membara di jantung hati mereka.

Aku ingin merangkai syair di jiwa para pelajar yang di DO 
juga mahasiswa yang gagal dapat ijasah 
sampai mimpi mereka terbang ke angkasa.

Semoga aku mampu. Semoga.

Batu, 28 April 2022


Bersama Puisi 

Bersama puisi,
Aku ingin menari.
Menembus batas-batas cakrawala dan senja.

Bersama puisi,
Aku ingin menyanyi.
Tentang irama derai hujan 
dan melodi kerinduan.

Bersama puisi,
Aku ingin merasakan cinta
Para pengembara yang berambisi.

Bersama puisi, 
Aku ingin mengutuk 
aroma zaman yang busuk 
dan kian basi.

Bersama puisi,
Aku ingin berdoa
kepada Sumber Kehidupan
dalam waktu yang tak terbatasi.

Batu, 1 April 2022


Bara Api

Di tengah perjalanan yang panjang ini, kau menyalakan api unggun,
sambil berkata,
" Lihat, percikan api ini sudah membakar hutan di jiwamu." 
Dan,
aku pun melihat bara api berkobar di dadamu.

Batu, 20 April 2022


Maaf

Aku minta maaf.
Jika puisiku belum mampu menangkap keresahan hatimu.
Yang tertinggal di jembatan dan tiang-tiang lampu.

Maafkan aku. 
Untuk kopi yang lupa kuaduk. 
Hingga menjadi telaga beku di keningmu.

Aku ingin meminta maaf karena aku manusia. 
Yang sering lalai mengucapkan kata amin di    
akhir doa-doaku.

Batu, 25 April 2022






Amelia Priscillawati
. Kelahiran, Malang, 12 September 1982. Adalah seorang penerjemah di biro terjemahan Geo Indo Translator Jakarta dan pengajar les privat Bahasa Inggris. Alumnus Sastra Inggris - Universitas Gajayana Malang (2006), Pendidikan Bahasa Inggris - Universitas Kanjuruhan Malang (2015) dan  Pascasarjana Pendidikan  Bahasa Inggris - Universitas Islam Malang (2017). Menulis sejak tahun 2016. Puisi-puisinya pernah di muat di koran Jawa Pos Radar Malang, Malang Pos dan Instastori.com. Puisinya yang berjudul "Sebuah Pesan" menjadi puisi terpilih di ajang lomba puisi Maret Puitis yang diselenggarakan oleh IDN Creation (Maret 2022). Sedang mengikuti Kelas Puisi Online (KPO) yang diselenggarakan oleh WR Academy. Menulis ulasan tentang antologi puisi dan film di ameliapriscillawati.wordpress.com Dapat di hubungi via wa: 089510202287 atau akun Facebook: Amelia Priscillawati dan IG : Amel_Mariono.




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak