Puisi-Puisi 100 Penyair dalam Buku Parsel 21 Maret Bagian 61-70

RINDU TANGAN TUHAN
 
___Telapak kaki yang penuh nanah
tercium semerbak bunga surga
dari tangan yang penuh sayatan
tersirat rahim tuhan
meski ronamu tampak sungkan
gigi perlahan berguguran
engkau tak pernah menyerah dan putus asa
laksana ratu anggabaya
Ibu, sumber segala kisah dan kasihku
pangkal dari segala doa dan harapan
darahmu mengairi gumpalan kehidupanku
berkalung kasih dalam kalbu
sentuhanmu lekat jadi rindu
kasih sayangmu menenangkan jiwaku
tawamu membakar semangatku
memberi kehangatan dalam hidupku
Ibu, kini engkau jauh
anakmu diterpa kerinduan
dimanapun engkau lelap aku ingin mencium jemarimu.
 
  
Nur Ikhsan Efendi
HUJAN RINDU
 
___Hujan di sore itu
membasahi hubungan yang tabu
mengingatkanku pada dirimu
meraba hingga kedalaman kalbu
Aku tak pernah membenci ingatanku
hanya saja ia terus mengusikku
bagai anjing yang bergonggong
menerka-nerka dengan songong
Hujan telah berlalu
ia datang hanya sekedar menyapa
beranjak pergi dengan menitip pilu
hingga mengenang rasa
___Tuhan,
terima kasih hujan di hari itu
tetesannya membasahi bibirku
berlumut dalam doa-doaku
lebam dalam mimpiku
sejuk dalam ingatkanku
aku bahagia walau itu hanya; rindu.
 
 
Nurhayati
BINTANG DALAM TOPLES
 
Jarak sedepa dari mata
Tanpa tangga bisa teraih
Begitu naif rasa memperdaya akal
Akal nakal mencungkil tembok
Melubanginya sebesar bola mata
Hingga bintang terlihat sedepa
 
Bergegas toples sebening kaca
Dipakai memenjara bintang
Bintang yang tumbang berubah jalang
Dalam toples sebening kaca
Bercahaya seterang mata kanak-kanak
Berpendar keriangan
 
Terlupa, beribu mata bintang menatap risih
Memandang bintang terpedaya rasa
Asik bercinta dalam toples
Hingga lupa akal yang kekal
Pantas saja, jarak bintang panjang sedepa
 
Bekasi.15.01.2021
 
 
Nurhidayah Ilyas
KUPAHAT MAAF DALAM DIAM
 
Sendu kutatap wajah kuyu itu
Saat melangkah menjauh menembus batas
Bawa sedih dan pedih yang bersatu padu
Tanpa senyum tanpa kata ia melintas
Aku tergugu dalam diam menatap sayu
Kupandangi ia sinambi berbisik memelas
Bawa aku, jangan biarkan aku menangis pilu
Tak ada suara meski ia lihat aku yang makin pias
Sakit tentunya namun tak kuasa tutupi rindu
Dalam tatap matanya kulihat ada cinta membekas
Bawa aku pergi jauh ke sana, wahai sang perindu
Hingga hilang rasa sakitku saat hujan menderas
Jangan pikir aku tegar dalam diamku senja itu
Nyatanya aku tak sanggup pandangi ia bergegas
Biarkan aku terus menanti sampai tiba saatku
Kan kupahat maaf agar ia tahu aku pun terhempas
Sedih, pedih dalam sesal yang kekal
 
  
Nurmala
TUTUR MENOREH LUKA
 
Tutur menoreh luka
Merobek mencabik menghempas batin guncang nurani
Pada titik tak terlerai menikam di bilik jantung jadi luka tak berdarah
 
Tutur menoreh luka
Membekas menyayat kalbu sembunyi di balik senyum
Sandiwara dunia menyapa dalam kehampaan
Hanyut tenggelam bersama santun yang kian pudar
Di telan masa
 
Tutur menoreh luka
Tak pernah usai ukir sejarah
Hingga akhirnya warna langit berubah warna
Terpana tersentak hingga sesak
Tangis sesal tak lagi guna
Saat koma tak lagi makna
Karena titik membungkam segala
Ibarat senja terganti malam
Hingga tak lagi pagi
 

Ovie A. Win
BERCINTA DI RASA

Acap kali kita berjumpa
Hatiku senang
Dari garis rautmu akupun membaca tenang
Sepintas tatapku beradu, lalu hilang
Ada rasa yg sama-sama kita nikmati
Menerawang, menggumam, membatin
Pejam dan ada kata
Pejam dan ada wajah kita
Satu sama lain kita tak pernah bicara
Lewat Tulisanmulah yg sering terbentur tulisanku
Seperti sapa bersaut
Seperti peluk mengikat
Biarlah waktu mencatatkan kisah
Hati beradu kasih
Dalam aksara rasa
Kita terpaut dalam cinta
Annuqayah 2021
 

Ponnoer
MENCARI
 
kucari sinarmu pada tatap sunyi
disela malam yang selalu bersekutu dengan hening
dan pada pagutan gelisah yang resah
airmata sesal telah bersaksi
pada jiwa yang lelah untuk menepi di kesudahan
hanya ada satu nama yang terucap dalam untaian tasbih
saat jemari terus saja melaju dalam hitungan waktu yang tak terhitung
kerinduan dalam sunyi hanyalah semata mencari nun dan alif
walaupun raga berbalut noda
gelap di pertarungan fana yang belum usai
hitam ini telah kubilas dengan siraman air suci
telah kubasuh dengan sujud tak berhingga
namun tetap saja tak kucium wanginya firdaus
 
di pelataran senyap aku masih mencari nur
berlari menuju terminal makna
sebisa dahagaku menujumu
 
Sukabumi, April 2020
 
 
Pradono
NAGA PUISI
 
nagaku berpuisi
meliuk liuk menggeliat mengikut alur kapuas,
sungai terpanjang di indonesia,
mengibas lumpur merkuri yang meracuni
nadi hidup warga negeri
 
nagaku berpuisi
membelit membekap tubuh angkara petaka
yang menyebar hasut menguak tikai sengketa
mengadu sesama anak bangsa khatulistiwa
 
nagaku berpuisi
menyemburkan api perlawanan
menghanguskan segala bentuk kezaliman
dan penindasan
  
  
Priska M
CERITA ALAM MEMUDAR
 
Indah terbentang penuh sejuta makna
Irama tetesan air bagai irama penyemangat jiwa
Semua menenangkan hati yang gundah gulana
Memapar sejuta harapan akan masa depan
 
Hilang seiring gerakan waktu
Warna indah mulai memudar dengan perlahan
Resah makin mengisi relung hati
Sesak seakan tak sanggup lagi berada disini
 
Apa ini sebuah bukti kesalahan cerita
Yang tergores dalam cerita alam ini
Tiada yang tahu, tiada yang mampu menjawab
Bisu dan hanya mendengar sejuta cerita
Penuh dengan teriakan pilu dan air mata
                  
 
Rafael Roga
MANGROVE INDAH PERMAI
 
Mangrove indah permai di Ndete Mageloo
Tinggi menjulang menahan abrasi pantai
Ikan-ikan telah datang beramai-ramai beranak pinang
Memenuhi areal tempat bakau berada
Burung-burung telah datang bersarang
Melompat dari dahan ke dahan
Angin bertiup dari segala arah
Menerpa dedaunan bakau
Menebarkan cinta lingkungan yang indah permai
Akkong andalan pioner penanamnya
Oleh perjuangan yang tak kenal lelah
Susah derita bersama keluarga ditanggungnya
Semangat antusiasme dijalaninya
Karena cintanya kepada bumi flores tercinta
Kaulah kami kenang sepanjang sejarah
Dari arah bukit kajuwulu dengan panoramanya
Terlintas pandangan mata ke arah barat bakau indah permai
O, magepanda di sanalah tempatku berbakti.
  
 
Rahayu Linda Kusuma
ADA PELANGI SEBELUM AKU MENGENALMU
 
Derit dan ketukan pintu itu terasa membangkitkan semangat pagiku
Membawa senyum kebahagiaan dalam benak
Bercerita dan mengisi setiap sepiku yang sendiri
Kau datang membawa kebahagiaan untukku
Biarkan aku merasakan kehadiran seseorang yang senantiasa di sampingku
 
Aku berharap di sini kau kan selalu membuatku tersenyum
Biarkan hadirmu membasuh lelah dalam algoritma hidupku
Bersama menjalani kehidupan dan menghempas aral yang menghadang
Rasa syukur amatlah dalam ku panjatkan padamu Ya Robbi
 
Namun mungkin semua itu hanyalah klise kehidupan belaka
Tanpa sadar selama ini kutelah berlebih dalam membanggakanmu
Kau datang hanya untuk sementara
Sekadar merasa apa yang dinamakan disakiti dan kembali
Salahku yang terlalu larut dalam sandiwaramu yang rumit dimakna
 
Berharap melukis senja bersama dan menulis kisah
Bercerita di bawah bintang yang berkelip
Mengukir namamu di antara bintang – bintang
Dan akhirnya kutersadar bahwa ada pelangi sebelum aku mengenalmu
 
Banyumas, 1 Februari 2021


Puisi-puisi di atas diambil dari Antologi Puisi 100 Penyair Indonesia memperingati Hari Puisi Dunia 2021 “Parsel 21 Maret” yang diadakan oleh Komunitas Sastra Krajan dan diterbitkan oleh CV. Catur Media Gemilang

Baca juga: Bagian 1-10
                   Bagian 11-20
                   Bagian 21-30
                   Bagian 31-40
                   Bagian 41-50
                   Bagian 51-60
                   Bagian 71-80
                   Bagian 81-90
                   Bagian 91-100

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak