Puisi-Puisi 100 Penyair dalam Buku Parsel 21 Maret Bagian 71-80

NOVEMBER
 
November, bulan tua itu
Adalah tempat berhenti sejenak dari ribuan langkah kaki
Menoleh ke belakang
Lalu menatap lurus ke depan
 
November adalah rencana-rencana
Setelah sebatang lilin mati
Dihembus madah syukur
 
November, bulan basah itu
Adalah tubuh dengan mentari yang samar
Desir angin tak kentara membelai daun-daun
Redup dan sendu
 
November, tubuh yang tabah
Mencatat luka, mencatat lencana renjana
November, tubuh yang fana
Ziarah pejalan yang dahaga
 
Di sanalah kususun kembali mimpi yang terserak di ranjang lembab
Atau kupahami segala nanah, darah Segala gairah
 
 
November, pohon bercabang sembilan
Cabang-cabang rindu jadi candu
Hujan-hujan bertamu
Segala pikiran bertemu
Jadi bayang - bayang semu
 
Di sini aku memandang langit
Tampak olehku
Ayahku dalam rupa awan putih
Sudikah Ia meminjamkan nafas lebih lama lagi?
 
(November 2020)
  
 
Rai Sri Artini
KUKETUK PINTUMU
 
Kuketuk pintumu
Di malam - malam sepi
Pintu kayu tua
Merapuh dimakan usia
 
Di kamar itu, kausimpan celoteh
Dan riuh tangisanku
 
Kulihat kau terbaring di tilam yang dingin
Mungkin kau sedang melupakan ingin
Bersua ibu yang telah menjelma angin
 
Mungkin pula kau sedang meredam gelisah
Kekasihmu pergi kala malam
tanpa salam
Kau mengecup mesra aroma
Percintaan telah lalu,
Aroma tubuh, peluh
Dan desah lenguh ibu
Yang kini masih lekat
Di sekujur tilam
 
Kuketuk pintumu, ayah
Di hari - hari merindu
Bolehkah kukirim puisi malam ini?
 
(Des 2019)
 
 
Ramadhan Ansyahri
KEPADA TETANGGAKU
 
Dahulu kita sama-sama senang
Menengadah langit dari kampung halaman
 
Apa yang membuat hati berubah
Rumput tidak sehijau seperti dulu
 
Tidakkah ingat hari-hari kita
Bintang bertaburan
 
Apakah kamu menjauh terpaksa, ataukah sengaja
Katakanlah dengan nama Tuhanmu
 
Dari kepedihanku kuulangi
Akan tetapi engkau tak mengerti
 
Telah lama berlalu
Sehingga basah kedua mataku
 
Kembalilah kepada kami segera
Jadikanlah mendungmu berujung hujan
 
  
Ratih Ulantari
SESUAP NASI
 
Rembulan sinari
Lampu-lampu malam.
Tersirat kata-kata di matanya yang bulat
Aduh ini bukan ucapan cinta.
Dinding-dinding tinggi menjulang
Kaki-kaki tanah semakin berjuang
Lantai licin terhampar
Lumpur-lumpur sampah berserakan
Tulang putih bukan besi berkarat
Namun janji buat hidup sekarat.
Lara di hati akan terngiang direlung janji
Pernah janji?
Iya pernah janji
Itu tak sekuat mengikat
Aduh ini bukan ucapan cinta
Denting waktu pagi hari
Lalu membusuk malam hari
Cari-cari sesuap nasi.
 
  
Restha Afrilia
SENJA
 
Gambaran indah yang datang saat petang
Yang ketika malam dia menghilang
Hanya saja dia berjanji ‘kan pulang
 
Senja pula seperti seseorang,
Seseorang yang berjanji ‘kan pulang
Namun, ketika yang dinantikan telah datang
Dia hanya singgah lalu menghilang
 
Cahaya senja begitu menenangkan
Membuat hati merasakan kerinduan
Pada seseorang walau tanpa adanya ikatan
Dan juga tanpa sebuah kejelasan
 
Garut, 25 Oktober 2020
 
  
Rhian D’Kincai
MENIKAM JEJAK SEJARAH
 
Jejak itu belum lagi terlalu kabur untuk ditelusuri, atau kita memang disengaja untuk jadi buta sejarah, mabuk pada kebanggaan semu yang didendangkan tambo, bahwa anak negeri ini keturunan Iskandar Zulkarnain yang agung, belahan penguasa Banua Ruhun, timpalan Maharaja Dipang di negeri antah berantah.
 
Jejak itu belum terlambat untuk ditapaki, atau haruskah pelanjut generasi dipaksa dan dijejali kaba dan legenda Cindua Mato yang digadang-gadang para tetua sebagai bagian sejarah, sementara alpa menelusuri jati diri dan tikam jejak Adhityawarman yang merajakan diri di Luhak Tanah Data.
 
Jejak Tuanku Imam Bonjol juga secara perlahan sirna direjam masa, begitu juga Siti Manggopoh, Rahmah El Yunusiah, Rohana Kudus dan sejumlah nama lainnya, yang tak kurang jasanya untuk dicatat dalam lembaran sejarah, yang nyaris terlupakan meski tiap tahun diperingati Hari Pahlawan.
 
Jejak Syafroedin Prawiranegara dan pejuang lainnya pun nyaris tenggelam, walau tanpa keberadaan PDRI yang bersimbah darah, mulai dari Bukittinggi, Halaban, Koto Tinggi dan berujung di Bidar Alam, Indonesia yang berusia muda, bukan tak mungkin hilang dari peta dan sejarah dunia.
 
Jejak-jejak itu harus ditikam, dipernyata, agar generasi muda menghargai pahlawan bangsanya, tak masanya lagi penulisan sejarah bak kata penguasa, hitam tuliskan hitan, putih tuliskan putih, meski hati perih, jiwa merintih, karena itulah perjalanan hakiki sang saka merah putih.


Ria Yusnita
PADA HUJAN KUBERBISIK
 
Kali ini hujan turun lagi
Segala yang kerontang kembali menuai asa untuk menarik napas sejak dini hari
Ranting-ranting bersorak berdendang melagu rindu
Ilalang berseru untuk menadah air pada tempayan
Akar pun menikmati sensasi kenyamanan yang penuh rasa
 
Pada rintiknya aku berbisik “bungaku mekar karenamu”
dedaunan dan dahan pun berbasahan
larut bersama wanginya romansa jiwa; memberi asa
 
Pada hujan kali ini anganku terbang bersama angin
Membelah sunyi menghempaskan bulir luka yang meneggelamkan hati
Aku senyumi engkau yang hinggap di atap hati agar dapat menghanyutkan sampah yang tersangkut di ruang gundah
Hujan, segerakanlah mandikan jiwa-jiwa yang dirundung gelisah
agar bahagia menjejak kisah
 
Lukisan bahagia adalah kita yang mencipta
Berpandai-pandai mengolah tangisan air
agar terlukis pelangi menyilakan mimpi
 
Aku bahagia karenamu
  
 
Rissa Churria
SUARA BIDADARI
 
Ada bisik dalam teleng dada
Merasuk merunduk lewat delusi
Inilah kesucian dan tawadu yang sama
Berjalan menenggelamkan pikir prasangka
 
Ini adalah i'tiraf putih
Kepadamu kekasih dan imam
Yang selalu menjaga puji puja doa
Terhembus di tiap helaan napasku aku
 
Mari beningkan mata cinta
Agar semua tak buram seketika
Tatap senyum tulus di tiap waktu
Biarkan aku memanggil dengan kasih
Suara paling bidadari yang kau suka itu
 
Ada yang seolah tergadai memang
Namun kesejatian selalu menemu jalan
Meski tak ada ujung dan pangkal di sana
Kita akan bergandengan menuju nirwana
 
Istana Puisi, 22.12.2020
 
 
Sadan
BOLEHKAH AKU CEMBURU
 
Bolehkah aku cemburu
Meski hanya sesekali
Sebab cemburuku menyimpan sayang
 
:bila cemburu, cemburulah pada yang dekat Tuhan
 
Bahkan di dalam doa panjangku
Berharap datang anugrah dengan menyerupaimu
Sebagai keindahan
Lalu tayang pada penanggalanku
Sepanjang waktu, sepanjang aku
 
Tiap-tiap tangan bertengadah
Menunggu doa untuk diterbangkan
Agar bila kembali ada namamu
Nama yang membuatku gila
 
Namun aku tak tahu
Siapakah dirimu
Bolehkah aku cemburu
 

Shafwan Hadi Umry
MAKAM MAHLIGAI
Kpd. Syekh Hamzah Fansuri
 
Apa yang terbaca dalam makam ini
selain relief-relief kaligrafi
ada kisah sang ulama
mencari alamat :pulang
sebuah perjalanan keluh-kesah
dari pengembaraan  rindu resah
seperti imam-imam dan ayatollah
seperti Amir Hamzah
“pulang kembali aku pada-Mu”
seperti kata Hamzah Fansuri
air dan ombak asalnya Satu
”begitulah tamsil engkau dan Aku”
 
                                             Barus, 2002
  
 
Shafwan Hadi Umry
MUSAFIR YANG MENAFSIR PASIR
Kpd. Datuk Kemala
 
Berjalanlah di atas pasir
 di atas ombak di paras gelombang
bagai kura-kura ke jalan  benar
dari tangkahan telur menuju laut berdebur
Jangan seperti rusa di hutan pasir
meski berhias  menjadi cantik
cuma berlari kencang di hutan tualang
selalu tersesat di bukit jembalang
 
                                                             Medan, Juni 2020
 
 
Shela Enjellika
KELABU
 
Hari yang sama
Hari di mana semuanya buta
Tak ada cerita
Kebahagiaan habis dari rencana
Gaib dari kenyataan waktu
:dalam hidupku
 
Melesat
Terbang entah ke mana pergi
Seperti menuju kebohongan
: di luar pikirku
 
Hidupku jadi kerikil
Perlahan-lahan berpasir
Habis jadi bebayang
: dimakan waktu



Puisi-puisi di atas diambil dari Antologi Puisi 100 Penyair Indonesia memperingati Hari Puisi Dunia 2021 “Parsel 21 Maret” yang diadakan oleh Komunitas Sastra Krajan dan diterbitkan oleh CV. Catur Media Gemilang

Baca juga: Bagian 1-10
                   Bagian 11-20
                   Bagian 21-30
                   Bagian 31-40
                   Bagian 41-50
                   Bagian 51-60
                   Bagian 61-70
                   Bagian 81-90
                   Bagian 91-100

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak