Puisi-Puisi 100 Penyair dalam Buku Parsel 21 Maret Bagian 51-60

MENGEMIS CINTANYA
 
Sanjung madah
Menggemah sejagat raya
Luapan cinta tak bernoktah
Membuncah jiwa berjuta seleksa damba
 
Ahmad nama keramat panutan seluruh ummat
Dalam ayat suci tersemat
Pemuji tuhan hingga akhir hayat
Muhammad nama warisan dari kakek tersayang
Di depan ka’ba pertama di sebutkan
berharap pujian semesta alam
 
Ahmad Ya Habibi Muhammad Ya Nurul qalbi
 
Tak bosan hamba menengadah
Meminta mengemis cinta
Terukir puja berlinang air mata
Berharap cintanya di hamparan sabana
Penuhi jiwa nan gersang
Dalam goresan masa silam nan kelam
 
Ganding, 17 Januari 2021
 
 
Muhajir Syam
DETIK-DETIK PERPISAHAN
 
Haji wada’ mencekam merobek dada pencinta keabadian
Hadirmu menjadi keniscayaan
Lupa hakekat kejadian tiap yang bernyawa pasti bersemayam
 
Tiap tingkahnya adalah tauladan
Kumpulkan insan adakah gerangan tindak dan ucapan menyakitkan
Semua terdiam tanpa jawaban
 
Uqasya bangun acungkan tangan
Utarakan rasul mencambuk dalam perang
Rasulpun mendekat beri kesempatan
Sahabat gusar siap mengganti tebusan
Satu persatu maju untuk baktikan cinta pada sang pujaan
 
Uqasya tak mau memcambuk saat Nabi berpenutup tubuh
Nabi membuka tanpa ragu sahabat geram terpaku
Saat Uqasya mendekap tubuh
Sembari berucap tak akan ada yang tegah melukai tubuhmu
Wahai Sang Penyelamat ummat
Ku tempelkan tubuhku pada tubuhmu berharap selamat
Dari kobaran neraka kelak di akherat
 
Ganding, 18 Januari 2021
 
 
Muhamad Yulianto Tianotak
RESAH DAN KENANGAN
 
Sepertinya resah mulai bersahabat
melangkah mendekat lalu berjabat.
Kataku,
Selamat datang resah,
ku persilahkan duduk, sebab telah bersedia mampir
tak lupa kubuatkan secangkir air mata dan sepiring kenangan.
 
Hingga pada lautan malam, kala aku merayu resah
Terlihat tepian pasrah yang samar-samar
Gelombang pasrah, sebab nantinya ia dilupakan.
Tetapi pada ke sekian kalinya ia tetap datang kemudian mengucapkan selamat tinggal.
 
Ada bayang hanyut dan tersangkut oleh kerinduan
Di sebelahnya kenangan mendampingi
 
Ambon, 18 Februari 2021
  
 
Muhammad Akbar
PADA KURSI SANDAR DI PELABUHAN
 
Saat senja usai dan selesai melukis langit,
Menyala lampu-lampu jalan, menerangi wajah pelabuhan.
Ada laron putih dan capung tersesat, dermaga dan perahu nelayan.
 
Laut yang menghanyutkan perahu dimatamu membawaku jauh,
Memaksa aku membaca kembali peta ditelapak tanganmu.
Dan ketukan sepatu itu adalah bahasa yang tidak pernah ditemukan dalam perdaban manapun.
 
Pada kursi sandar,
Kita duduk berhadap-hadapan
Aku pungut puisi di bentang alismu
Binar bola mata dan bising kata-kata
Nada dan tawa orang-orang yang merayu tuhan pengap di udara.
 
"Disini begitu ramai dan bising" ucapmu
Apakah ada yang lebih ramai dan bising dari cintaku kepadamu?; Ucapku
 
Malam jatuh, bintang serupa huruf-huruf
Kau pamit tanpa melambai
Mengucapkan selamat tinggal
Pada cangkir, botol plastik dan kursi sandar
Yang kembali sunyi dan kesepian.
 
 
Mbojo, 12 Januari 2021
 

Muhammad Ayub Maulana
KENANG DAN LEKANG
 
Mengingat masa itu ke belakang
Terkadang membuat hati terkekang
Seolah ada butir paksaan
Tapi tak menuai kejelasan
 
Mau bagaimanapun kau
Semuanya kan memilih menepi
Sebab setiap ruang telah berlalu
Dan menuntutmu kembali menari
 
Endapkanlah derunya kenang
Sekalipun sekeras karang
Keharusanmu adalah menjadi tenang
Dengan membiarkan letih perlahan melekang
 
Magelang, 14 Februari 2021
  
 
Muhammad Ayub Maulana
KAULAH EMBUN
 
Kaulah embun
yang mulai menapaki gelap
ketika senja menepikan silaunya
di sela itu
daun pun beranjak lelap tak berkedip
 
Kaulah embun
seperti udara yang menghembuskan
rona kehangatan juga kesejukan
bagi perindu kesetiaan
 
Kaulah embun
yang menuntun mimpi menuju pagi
hingga kau hanyutkan
tiap jiwa yang dibelenggu sunyi
 
Kaulah embun
yang sangat ingin kudapati
sebagai pengisi hati
seperti halnya langit usai dicampakkan hujan
muncullah pelangi teruntuk bumi yang dicintakan
 
Magelang, 16 Februari 2021
  
 
Muhammad Lefand
TUBUH LADANG INGATAN IBU
 
Tubuh ladang ingatan ibu
Untuk seorang gembala rindu
Begitu subur rerumput masa lalu
Utuh kenangan di bawah langit biru
Hanya ada cumbuan mengingat waktu 
 
Ladang seluas masa depan
Ada beragam doa dan harapan
Dada menampung rerindu ingatan
Agar gembala merasakan kehangatan
Nyanyian serta kicau burung bersahutan
Gunung menggenapi gairah rasa kehidupan
 
Ingatan takkan hilang
Nafas dan ladang-ladang
Gugur daun di tanah lapang
Aku berdiri tegak memandang
Tak ada leluka membuat gersang
Atas tubuh dan ingatan ibu sekarang
Niscaya angin bertiup di tubuhku tenang
 
Ingatan seorang ibu tuah
Bagi langkah gembala yang arah
Umpama tanah adalah tubuh yang tabah
 
Jember, 7 Juli 2020
 
 
Muhammad Lefand
DI TANAH RANTAU DOA IBU PURNAMA
 
Di tanah rantau doa ibu purnama
Ibarat malam yang dipenuhi cahaya
 
Tak ada tanah khianat
Air mata air simbol nikmat
Nyanyian semesta penyemangat
Adalah doa menjadi cahaya setiap saat
Hanya doa ibu kepada anaknya tanpa syarat
 
Rasa seperti malam
Amsal kehidupan terpedam
Nafsu bergelombang menghantam
Tak ada luka yang bisa diobati temaram
Amarah kehilangan rasa tabah dan tenteram
Ungkapan tak memberikan makna yang mendalam
 
Doa ibu purnama
Obat mujarab masalah dunia
Air mata menjelma hujan di musim lara
 
Ibu tak pernah lupa
Berkali waktu selalu berdoa
Untuk anak-anak yang dilahirkannya
 
 
Pada rasa penuh jarak
Ungkapan kata tanpa detak
Rindunya seorang ibu tanpa sak
Nyanyian suara rerindu kepada anak
Amat lirih penuh harap tak terdengar isak
Malam menjadi saksi ketabahan tanpa gerak
Ada tuah pada jarak yang terpisah oleh tanah jejak
 
Jember, Maret 2020
 
  
Muhammad Sultan
SEDETIK LAGI RINDUKU BERSUA
 
Pucuk rindu mekar,
harum semerbak mewangi
ditemani bias mentari dari ufuk Timur.
Nyanyian rasa semakin sahdu,
seiring derap langkah kaki yang kian menepi
 
Bayangmu semakin nampak di pelupuk mata
Rindu yang telah tergadai oleh toga asmara,
kini seterang rembulan, menyinari derap langkah kakiku
 
Fajar yang masih setia menemani penantianku,
menambah energi pengharapan, akan sua di altar rindu.
 
Jika sua kita terhalang oleh ngarai,
akan kuterjal walau gulita malam mendera.
Jika sua kita terhalang oleh badai samudera,
akan kuarungi walau topan menerjang.
Rinduku telah terpatri dalam bayangmu yang semakin nyata.
Sedetik lagi sua rindu kita berpadu bagai larutan sejati
  
 
Muhammad Yaris Firdaus
AKHIR DARI CERITA
 
Jamanika cinta kini kian menggema
Kala senja datang untuk menyapa
Memberikan bumbu keromantisan pada kita
Yang tengah asyik menikmati indahnya berbagi rasa
 
Jari jemari mentari kini turun lagi
Seolah ikut serta perihal ini
Tentang cintaku yang kini kian terpatri
Bermula pada saat kita bertemu di Bali
 
Tentang kita
Kini tercatat di hamparan air Pantai Kuta
Ditemani dengan sepasang es kelapa muda
Membuat semua seolah sempurna
 
Hati ini teramat gundah
Kala diriku mendengar kabar gelebah
Kubawakan seporsi nasi dengan sedikit sambal matah
Untuk dirimu yang ingin pindah
 
Ku ingin kita slalu bersama
Menikmati keindahan dunia berdua
Walau ini hanya sebatas anganku saja
Yang sesaat lagi hanya tinggalkan cerita
  
Kulangkahkan kaki menuju bandara
Diiringi tangisku yang kian menerpa
Meratapi sepinya hariku tanpa cinta
Menyaksikan kepergian yang entah kapan kita bisa lagi bersama
 
Mungkin inilah saatnya
Ketika semua tentang kita tinggallah cerita
Namun aku merasa sangat bahagia
Karena pernah bersama walau hanya sementara
 
Banjar, Selasa 19 Jan '21
  
 
Nadia Cassinie
CERITA DALAM SECANGKIR KOPI
 
Duduklah di sampingku
Kopi pahit yang masih panas sudah menantimu
Asapnya menebarkan harum yang sangat menggoda
 
Duduklah
 
Kita perlu istirahat
 
Penat sudah terlalu lama memenuhi raga
Lelah sudah terlalu lama diam dalam jiwa
 
Duduklah
 
Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bercanda
Sekarang bukan waktu yang tepat untuk menggoda
 
Mataku sudah semakin kabur
Tak lagi bisa memandang apa yang ada di hadapan
Mataku sudah semakin kabur
Tak lagi bisa membedakan halusinasi dan kenyataan
 
Duduklah
Temani aku habiskan kopi yang sudah kubuat hari ini
 
Bandung, 11 Desember 2020
 
  
Neneng Amalia
METAFORA KEHIDUPAN
 
Berpacu dengan waktu
kabut selaksa sutra halus
tutupi serat-serat jiwa manusia
dengan segala metafora bermakna
intepretasi kalbu tertutup kabut
Kini tersibak penuh daya
bayang-bayang semu sirna
hilangkan jejak-jejak berliku  
tak jua sirna segala gundah
angin bawa kekuatan cinta
hinggapi makhluk yang peduli
dengan segala nuansa harapan
 
berbagai rintangan menghadang
Menggelora merasuki kekuatan jiwa
Menghadapi hantaman badai menerpa
Takdir cinta meraih hasrat diri
Kebahagiaan dan kesedihan bercampur baur
Termenung jiwa dengan rupa nasib
Napak tilas perjalanan hidup
KuasaMu bercampur baur dalam diri
 
Kekuatan jiwa mengarungi bahtera
Berjuang menghadapi masa pandemi
Tegarkan hati  demi  keutuhan kasih sayang
Citra diri menggapai intepretasi kehidupan
Senja  memerah meratap hasrat menggelora
Guratkan pelangi jingga kehidupan
Semburat pesona alam, mencengkram kuat
Detik-detik kehidupan memiliki makna
 
Jaring-jaring kehidupan menjerat
Bergemuruh dan bergejolak
Nuansa cinta berselimut salju, suci merasuk jiwa
Pergulatan nasib mengharap asa nan cerah
Songsong dan tautkan jiwa-jiwa lemah
Memburu peluru kehidupan  pada jiwa syahdu
Purnama cinta menyambut sang rembulan
Tersipu malu di balik kerimbunan awan
  
 
Nhietha Astura Rizqy
LINGKARAN IMPIAN BINTANG
 
Bila kita berada di atas bintang
Mungkinkah akan berbeda
Saat usia kita jelang 20 tahun
Kita berpikir masa adalah milik kita
Saat bintang di penghujung usia 30 tahun
Kita mulai bertanya apakah masih milik kita
 
Kita akan berhenti bertanya dan mencari apa yang
telah kita hasilkan sampai saat ini
Apapun keinginan hati yang ingin diwujudkan
Maka pasti akan ada jalan untuk sampai ke tujuan
Jika lafaz doa tidak pernah putus kita lantunkan
Jika hati tidak pernah berhenti memintal harapan
Jika impian tidak sejenak pun pernah pupus
 
Maka tidak akan ada permohonan yang tidak terkabulkan
Hidup adalah kado istimewa yang Allah titipkan
Hidup adalah satu kanvas besar
Kita harus melukiskan yang terbaik
Sampai masa kita benar-benar berakhir
 
Lhokseumawe, 15 Februari 2021
 


Puisi-puisi di atas diambil dari Antologi Puisi 100 Penyair Indonesia memperingati Hari Puisi Dunia 2021 “Parsel 21 Maret” yang diadakan oleh Komunitas Sastra Krajan dan diterbitkan oleh CV. Catur Media Gemilang

Baca juga: Bagian 1-10
                   Bagian 11-20
                   Bagian 21-30
                   Bagian 31-40
                   Bagian 41-50
                   Bagian 61-70
                   Bagian 71-80
                   Bagian 81-90
                   Bagian 91-100
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak