Edisi Halalbihalal: Pembinaan APRI Situbondo Menuju Penghulu Profesional

Oleh: Buhadi Den Anom
 

Halalbihalal merupakan sebuah tradisi yang membumi di negeri Indonesia, di momen yang begitu spesial yakni Hari Raya Idulfitri dan ini merupakan tradisi khusus umat Islam di Indonesia yang datangnya setahun sekali. Pokok landasan tradisi ini berusaha mengamalkan ajaran islam tentang menjaga silaturahmi, menjaga perdamaian, serta saling memaafkan satu sama lain.

Memasuki hari kerja pertama usai Idulfitri 1443 H (Jumat, 13 Mei 2022) Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) Situbondo gelar Halalbihalal sekaligus pembinaan APRI oleh Pembina APRI Situbondo Bapak Drs. H. Slamet, M.H.I. selaku kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Situbondo. Kegiatan ini dilaksanakan di kediaman Bapak Drs. Tajri Ahmad, M.H.I dengan tema “Cetak Biru Penghulu Profesional Dengan Merawat Kesucian Diri”.

Acara ini dihadiri oleh para wali (Kepala KUA se-Kab. Situbondo) dengan formasi lengkap beserta para srikandi Ibu Kepala KUA, mulai dari Kecamatan Banyuputih sampai Banyuglugur. Kesolidan dan guyub rukun tak lepas dari peran sentral Bapak Ketua APRI Situbondo paduka yang mulia Drs. Moch. Saleh, M.H.I. yang selalu mengajarkan cinta dan kebersamaan dalam menjalankan semua program APRI Situbondo. Yang paling urgen adalah bimbingan Bapak Kasi Bimas Islam Kemenag Situbondo H. Rif’an Junaidi, S. Ag., MM. yang selalu memberi motivasi dan semangat kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Karena APRI adalah kekuatan besar KUA harus mampu merawat kesucian diri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat menuju Penghulu Profesional.

Dalam paparan awal, saya mengkalamkan penghormatan kepada Bapak Kepala Kantor Kemenag Situbondo dengan asma high class yakni “Kyai”. Karena Kyai berpotensi mempunyai makna orang yang mencintai dan dicintai menurut kultur Jawa dan Madura. Dengan meminjam istlilah Qurais Shihab, tentang makna linguistik diksi “Habib” yang bermakna mencintai dan dicintai. Saya sebagai pembawa acara mencoba menggali makna analogis yang dikorelasikan dengan diksi “Kyai” yang mempunyai makna yang sepadan dengan “Habib” yaitu yang sama-sama identik dengan orang yang menjadi panutan, khususnya di lingkungan instansi Kemenag Situbondo. Dan yang paling menarik tentang akronimik “Kyai” yang terdiri dari 4 huruf. Yakni huruf K (Kepala Kantor), Y (yang), A (Adem), dan  I (Inovasi). Dari deretan akronim ini yang menarik ada 2 diksi yaitu (Adem) mempunyai makna simbolik, bahwa dalam menyampaikan narasi  pembinaan beliau santai dan meliuk-liuk namun endingnya mencengangkan berisi pukulan telak dan membuat para audien tertawa terpingkal-pingkal. Selanjutnya (Inovasi) beliau telah membuktikan dengan tangan dingin beliau membuat inovasi E-Presensi (berupa absen digital menggunakan HP Android) yang tahap pelan tapi pasti.

Wejangan beliau dengan semangat Idulfitri, Penghulu Profesional harus memberi pelayanan yang suci kepada masyarakat; suci setulus hati karena kita adalah pelayan masyarakat bukan minta dilayani. Pesan pamungkas beliau yang patut di amini ialah “Kita sebagai ASN jangan kagetan” yang penting bekerja dan berinovasi sesuai dengan aturan dan regulasi yang ada. Mungkin ini berbanding lurus dengan bait ke 18 Alfiyah Ibnu Malik “Wamu’rabul asma’i ma qad  salima # Min syabahil harfi  kaardhin wasuma”. Jika kita lisankan maknanya adalah menyempurnakan yang sudah ada dan mengkreasi hal baru yang lebih baik. Tindakan inovatif terhadap hal yang baru harus selamat dari unsur negatif. Artinya inovasi yang baru yang dari diri kita harus melalui cara yang benar dan baik serta dampaknya bisa membawa manfaat pada seluruh lingkungan kehidupan kita. Wallahu a’lam bisshowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak