4 Puisi Wahyu Subuh - Pertikaian Rumah dan Halaman | Suara Krajan

Puisi-Puisi Wahyu Subuh
Puisi Wahyu Subuh

MENANGKAP OMA

Kampung-kampung senyap, gelap
berselimut pakaian berjejer di sampayan
dengan salsal pagar di halaman
 
Retak dinding di kamar meratap langit
takbir hujan di sana tanpa detak kata-kata
anak-anak tertidur dalam igau
 
Lalu mengorok sepi
orkestra reggae terdengar
dengan grafik mendaki gunung salju
 
Oma pun terbangun dan berselancar ke kamar belakang
maraup dan mencari tuhan di wajahnya
 
Jejak kokok ayam melempar mayat-mayat
bersimbah kisah duka, rumah-rumah tak ayalnya
pekuburan bilamana malam tiba
 
Bunga-bunga depan rumahmu
menghiasi kematian tanpa sadar
dan pintu-pintu tertutup rapat.
 
Sumenep, 14 Mei 2K21
 

PERTIKAIAN RUMAH DAN HALAMAN

mahabah
 
Dan pisau-dan pedang-dan samurai di mulutmu
depan pesawat televisi sebelum magrib (azali)
kursi-kursi tak jadi cemburu, kelebat kata-kata juga mantra
anasir gelap dan sebuah perang di matamu
 
Tubuhmu dalam jam dan angka sama-sama mencekam_
menikam
 
Seperti desau desir peluru di jantungku
sedang pada setapak itu kau buat sungai
kau cabik-cabik, kau obrak-abrik
kau lempar pisau-lempar pedang-lempar samurai
 
Oma_
kau todong-todong
hingga lebam dan masam di pipinya
lalu kanak-kanak menyerbu dan melompati kata-kata
 
Hingar-bingar-akarkar
 
Gelombang pasang laut menuju halaman
dan ikan-ikan berenang di sana
 
Sir/
 
Lakon rahasia sebelum jam dua belas mengiris dadamu, bunda.
Hingga gelap dan pucat
 
Sedang surat kabar adalah keruh air di kolam adik
ikan-ikan berkumis hilir mudik
lapar dan ganas seperti pertikaian rumah dan halaman
yang memanas sebelum jam dua belas
 
Terik mata dan lidahnya menjilati ribuan aksara
seperti liontin gegar dan nanar di pekarangan rumah kita, bunda
 
Jalan setapak itu tumbuh semak dan belukar
diblokade tanpa dasar apa-apa.
Hanya sebuah perkara yang biasa-biasa saja
namun begitulah manusia dan keangkuhannya
 
Sir/
 
Sebuah petilasan panjang
serupa tanah, air, angin dan garis-garis melilit tubuhmu
dan aku percaya orang tua sama-sama menjaga kita
sedang kita orang entah
 
Sir/
 
Tubuh kita lumer dalam kotak shinzu’i
sedang rumah dan halaman adalah aku dan kau
kita dan mereka antara benci dan cinta
 
Sumenep, 23 Maret 2022
 

BOLA, LELAKI DAN TUJUH EKOR KUDA

Bara dari sepasang bola di atas meja
lelaki dengan nyanyian cecak di dinding
bersejingkat keluar dari dalam jeruji.
Siapa yang menarik kupingmu dan melubangi malam
dengan tujuh ekor kuda
 
Kuda I
gertak kaki di halaman
meratakan segenap prajurit berjaga
tanpa satu pun bangkit.
 
Kuda II
orang-orang bersembunyi dari terik matamu yang meleleh
dan banjir bandang melahap tanah kampung kami
 
Kuda III
kami pun tergeletak di seberang sungai
seberang talun, seberang kota, seberang negeri kami sendiri
 
Kuda IV
raja tanpa kepala duduk hangat
terbahak menyaksikan hilir mudik masyarakat, melarat darurat
 
 
Kuda V
berpesiar, penipu ulung berpesiar
orkestra sangkar, sayap-sayap burung dirontakkan
 
Kuda VI
purnama pun redup
entah sampai kapan gelap ini, tak adakah hari
 
Kuda VII
membakar kembali bola-bola, lelaki itu tak dapat ke mana.
 
Sumenep, 11 Juni 2K21
 

PADA SUATU KAMPUNG PAGI ITU

Pada suatu kampung pagi itu
kanak-kanak melompati halaman dengan bola plastik di kakinya.
Atas nama bapak kau menjelma malaikat yang memikul kota-kota
sebelum terik matamu dan di belakang rumahmu senja beralis.
 
Nis, kau renggut dadaku dan kaulempar jauh
tubuhku terpental dalam botol shinzu’i
juga reruncing paku berkarat kautanam di pekarangan.
Atas nama ibu kau bersampan pada kedalaman
kedalaman tembok rumah pada suatu kampung
yang dirayapi kunang-kunang dari suatu kampung yang lain.
 
Ada risalah rindu dalam jaket plastik
plastik merah, plastik amis darah dari dalam saku petinggi.
Perjamuan awal musim dingin sudah dimulai
aromanya menyengat-melesat, lagi-lagi kita orang tiarap
basuh keringat, menaksir ketinggian matahari
matahari pelan-perlahan bersungut tebal
kau wanita yang bersejingkat pada setapak berkabut.
 
Petinggi takut pada ketinggian
melubangi batang hingga reranting
menjilat-jilat daun pisang lalu menyisir ke akar-akarnya.
Berhati-hatilah pada rerimbun pohon
di seberang talun warisan bapakmu
ada lebah dan tawon memerah di sana.
Sesekali kau mendekat
tujuh bidadari tanpa kaki mengipas tubuhmu
dan kau berbaringlah, berbaringlah, berbaringlah.
Rebahlah kepalamu
hilanglah sumsum dan sekujur daging-daging segarmu.
 
Nas, nis, nus
Nis, nus, nas
Nus, nas, nis
 
Dalam lebam almanak, jari-jari kita bersisik
oleh sihir dinasti dan lecak kapitalis
dari sanalah suatu kampung dirias dogma-dogma
berambut pirang dan bermata sipit.
Hingga pada suatu kampung tak lagi kutemukan wajahmu pagi itu.
 
Sumenep, 17 September 2K21
 
 
                                               

Wahyu Subuh, lahir di Sumenep 14 Oktober 2000. Alumnus LPI. Raudlatul Ulum Billapora Rebba, Lenteng. Dan saat ini menyandang status mahasiswa di kampus Taneyan Lanjheng STKIP PGRI Sumenep, Program Study Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif berproses di UKM Sanggar Lentera. Karya-karyanya dimuat di berbagai media online dan cetak, seperti: Puisi Akhir Pekan, Puisi Pedia, Jawa Pos Radar Madura dll. Antologi tunggalnya "Absurditas Malam" 2021, sering mengembara puisi ke mana-mana, bukti pengembaraannya; Antologi bersama “Guru Menulis 12” 2019, “Pada Petang Dan Jalanan” 2019, “Love Your Self” 2019, “Lembaran Memori” 2019, “Lilin Yang tak Pernah Padam” 2019, “Genangan Kenangan” 2019, “Sajak Rasa” 2019, “Rindu” 2020, “Catatan Kebisuanku” 2020. Prestasinya sejak di Lentera; Juara 1 Lomba baca puisi se-kabupaten Sumenep-Pamekasan, juara 1 lomba baca puisi se-Madura, juara 2 lomba baca puisi se-kabupaten Sumenep, juara 1 lomba baca puisi se-Madura, juara 2 lomba cipta puisi se-kabupaten Sumenep dan juara 1 lomba cipta puisi se-Madura. Sebelum di Lentera aktif berproses di Sanggar Alif. Bersama Sanggar Alif ia pernah 3 kali juara 1 lomba baca puisi se-kabupaten Sumenep, 2 kali juara 2 lomba baca puisi se-kabupaten Sumenep, 1 kali juara 3 lomba baca puisi se-kabupaten Sumenep sekaligus berhasil mendapatkan trophy bergilir.
Email: juniorelitewahyusubuh@gmail.com
Channel youtube: Puisi Akhir Pekan
Instagram: @juniorwahyusubuh_
FB: Junior Wahyu Subuh
CP (WA): 087701787318
 
 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak