Puisi-Puisi Riska widiana
PELAJARAN PADA BENDA TANPA RUH
Lihatlah sesekali pada batu yang sering
terabai
Namun dibutuhkan untuk menghilangkan penat
Melepas pandang ke batas cakrawala
Lihatlah sebentar kawan, apabila sepasang kaki
itu
Menyentuh lidah ombak pada pantai landai
Perhatikan, adakah yang lebih tabah dan istikamah dari batu
Bertahun-tahun menahan gigil dan panas
Tak pernah satu inci pun bergeser
Mengeluh sekecil desah angin pada lubang jarum
Bahwa tentang belajar
Tak mesti pada yang memiliki ruh
Mengambil makna dari benda tanpa nyawa
Juga serupa bercermin pada kaca
Ia tak mampu menjelaskan apa-apa
Tapi kita mampu melihat secara nyata
Sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh cermin
Riau, 2022
PADA AKHIRNYA
Saat kau diciptakan jadi manusia
Saat itulah manusia ingin menjadi burung
Kemudian ingin menjelma ikan yang menguasai laut
Lantas berharap menjadi angin yang tak terlihat namun terasa
Pada akhirnya, kita tak ingin menjadi apa-apa
Setelah lelah mencapai titik jemu
Kita hanya ingin menjadi hamba yang kuat
Lalu meyakini firman Tuhan
Menenggelamkan hati dalam ibadah-ibadah panjang
Riau, 2022
POST TERAKHIR
Setiap datang
Di atas sajadah panjang
Kita mengirim surat pada Tuhan
Lima kali dalam sehari
Surat kepedihan atau pun kebahagiaan
Satu-satunya penerima paling bijak
Adalah Tuhan Ar-rahman
Riau, 2022
KEBUN HARAPAN
Di atas harapan-harapan digelar
Akan panjang sungai air mata mengalir
Dari muara sukma
Juga bunga-bunga bermekaran
Selalu ada rumput-rumput tumbuh
Ingin menghanguskan hingga akar
Hama-hama berdatangan
Harus kau bersihkan dengan sabar
Sebelum menjelma kebun bunga yang diimpikan
Tempat seluruh harapan akan dituai
Riau, 2022
Namun dibutuhkan untuk menghilangkan penat
Melepas pandang ke batas cakrawala
Menyentuh lidah ombak pada pantai landai
Perhatikan, adakah yang lebih tabah dan istikamah dari batu
Bertahun-tahun menahan gigil dan panas
Tak pernah satu inci pun bergeser
Mengeluh sekecil desah angin pada lubang jarum
Tak mesti pada yang memiliki ruh
Mengambil makna dari benda tanpa nyawa
Juga serupa bercermin pada kaca
Ia tak mampu menjelaskan apa-apa
Tapi kita mampu melihat secara nyata
Sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh cermin
Saat itulah manusia ingin menjadi burung
Kemudian ingin menjelma ikan yang menguasai laut
Lantas berharap menjadi angin yang tak terlihat namun terasa
Pada akhirnya, kita tak ingin menjadi apa-apa
Setelah lelah mencapai titik jemu
Kita hanya ingin menjadi hamba yang kuat
Lalu meyakini firman Tuhan
Menenggelamkan hati dalam ibadah-ibadah panjang
Di atas sajadah panjang
Kita mengirim surat pada Tuhan
Lima kali dalam sehari
Surat kepedihan atau pun kebahagiaan
Satu-satunya penerima paling bijak
Adalah Tuhan Ar-rahman
Akan panjang sungai air mata mengalir
Dari muara sukma
Juga bunga-bunga bermekaran
Selalu ada rumput-rumput tumbuh
Ingin menghanguskan hingga akar
Hama-hama berdatangan
Harus kau bersihkan dengan sabar
Sebelum menjelma kebun bunga yang diimpikan
Tempat seluruh harapan akan dituai

Riska widiana, berdomisili di Riau kabupaten Indragiri hilir. Aktif menulis tahun 2020 dan kini tergabung ke dalam komunitas menulis yaitu Kelas Menulis Bagi Pemula dan Kelas Puisi Alit (kepul) karyanya pernah termuat ke dalam media cetak dan online. Alamat facebook Riska widiana Eka. Instagram, riskawidiana97 dan alamat email tembilahanriska@gmail.com