DARI POHON PALA
kupilih satu demi satu
buah yang jatuh
dari ranting yang menyambung kehidupan
Bijinya sehitam rasa susah yang tak dapat diraba oleh mata,
yang terlihat hanyalah bahagia
dan bunganya sefuli dada, ibu
cinta kami seindah itu
buahnya yang berharga
yang tinggi di mata dacing hanyalah cinta
di tengah jilatan air laut, aku masih tetap bertahan sebab cinta yang ayah tinggalkan selalu terasa ada yang menyatu dengan darah dan dagingku. alasan apa aku harus bertahan, sebab cinta itu kalau tak mampu berjuang setidaknya bertahan, tidak harus kalah dengan rintangan apabila perjuangan belum juga dipeluk oleh sejuknya senyuman. aku akan mengembara sebagaimana ayah dulu, dan aku akan menikmatinya seperti dulunya aku terbuai selama terjaga di pangkuan ibu.
di sana seperti di dalam harapan
ikan mengibaskan ekornya sembari sirip melambai-lambai di kepala ayah
sudah pasti lidahnya akan dimaniskan oleh
berkah yang berlimpah
hanya terlihat tubuh bulan menyala setengah jadi di langit yang megah
seperti harapan ayah
di ranselnya yang kemarin terisi hanyalah senar
kini nampak sudah sisip ikan berbagi sinar
tiada hari tanpa tubuh memeluk lautan
Sore senja
hutan adalah keringat ayah
lautan adalah pelukan ibu
berhari-hari kami di sana
menikmati hasil keringat yang ditanam setiap hari
mencicipi hasil tangkapan
yang selalu terisi penuh di belanga
jika pada saat itu ada kesetiaan genggaman
dan ada merdunya suara saling bersahutan
Firman Wally pria kelahiran
Tahoku 03 April 1995. Lulusan Universitas Pattimura Ambon jurusan Sastra dan
Bahasa Indonesia. Puisi-puisinya sudah
termuat di berbagai antologi bersama.
Sebagai pemenang kedua dalam lomba menulis puisi yang diselenggarakan oleh
PAPARISA SASTRA NUSA INA. Masuk nominasi 11 terbaik dari 1000 guru menulis
puisi. Antologi tunggalnya "Lelaki Leihitu" Terbit 2021. Puisi-puisinya
pernah dimuat oleh redaksi APAJAKE, Salmapublishing, Poros Timur dll. Kini
aktivitasnya sebagai pengajar.
Nomor WA/081240039343
Puisi-puisi yang keren
BalasHapus