Puisi-Puisi Firman Wally
Ilustrasi oleh Steve Johnson dari Pexels
DARI POHON PALA
Di bawa pohon
pala
kupilih satu demi
satu
buah yang jatuh
dari ranting yang
menyambung kehidupan
kulitnya yang
kuning senyuman ayah
Bijinya sehitam
rasa susah yang tak dapat diraba oleh mata,
yang terlihat
hanyalah bahagia
dan bunganya sefuli
dada, ibu
cinta kami
seindah itu
Dari pohon pala
buahnya yang
berharga
yang tinggi di
mata dacing hanyalah cinta
Tahoku, 21 Mei
2022
MENGEMBARA
dari mata ibu aku
berangkat sembari membelah buih yang memutih dengan ramainya di permukaan.
lambaian tangan semakin jauh dari mata, dari suara yang begitu harum
mengucapkan selamat tinggal. perjalananku dibayang-bayangi oleh senyuman
terakhir. lensa mataku semakin dipertebal oleh air mata yang tertahan sebab
belum ikhlas untuk melepaskan.
pada perjalananku
kali ini, aku diantar oleh gerimis yang berguguran, sampan yang aku pakai untuk
mengembara begitu laju seperti doa ibu. dan kali ini aku akan menuju laut yang
pernah membesarkan nama ayah, nama lelaki yang merawatku dengan keringatnya.
belum tiba di tujuan, aku telah merasakan kehangatan dan aroma rumah,
sepertinya ada yang memanggilku untuk pulang, semua orang di luaran sana pasti
tahu dan siapa lagi kalau bukan rindu yang membiru. akan tetapi lelaki dewasa
mana yang harus pulang, kalau yang dicari belum jua menyatu untuk memperkuat
tulang.
di tengah jilatan
air laut, aku masih tetap bertahan sebab cinta yang ayah tinggalkan selalu terasa
ada yang menyatu dengan darah dan dagingku. alasan apa aku harus bertahan, sebab
cinta itu kalau tak mampu berjuang setidaknya bertahan, tidak harus kalah
dengan rintangan apabila perjuangan belum juga dipeluk oleh sejuknya senyuman.
aku akan mengembara sebagaimana ayah dulu, dan aku akan menikmatinya seperti
dulunya aku terbuai selama terjaga di pangkuan ibu.
Tahoku, 14 April
2022
BERKAH DARI HARAPAN AYAH
Kemarin sore ayah
menuju rumah tuanya
di sana seperti
di dalam harapan
ikan mengibaskan
ekornya sembari sirip melambai-lambai di kepala ayah
Ayah selalu
percaya, barang siapa yang nekat tubuhnya diraba asin laut
sudah pasti
lidahnya akan dimaniskan oleh
berkah yang
berlimpah
Matahari belum
juga terbangun
hanya terlihat
tubuh bulan menyala setengah jadi di langit yang megah
seperti harapan
ayah
di ranselnya yang
kemarin terisi hanyalah senar
kini nampak sudah
sisip ikan berbagi sinar
Tahoku, 27 April
2022
KAMI DULU
Tiada hari tanpa
suara meramaikan hutan
tiada hari tanpa
tubuh memeluk lautan
Pagi fajar
Sore senja
hutan adalah
keringat ayah
lautan adalah
pelukan ibu
berhari-hari kami
di sana
menikmati hasil keringat
yang ditanam setiap hari
mencicipi hasil
tangkapan
yang selalu
terisi penuh di belanga
Hati siapa yang
tidak gembira
jika pada saat
itu ada kesetiaan genggaman
dan ada merdunya
suara saling bersahutan
Tahoku, 27 April
2022
Firman Wally pria kelahiran
Tahoku 03 April 1995. Lulusan Universitas Pattimura Ambon jurusan Sastra dan
Bahasa Indonesia. Puisi-puisinya sudah
termuat di berbagai antologi bersama.
Sebagai pemenang kedua dalam lomba menulis puisi yang diselenggarakan oleh
PAPARISA SASTRA NUSA INA. Masuk nominasi 11 terbaik dari 1000 guru menulis
puisi. Antologi tunggalnya "Lelaki Leihitu" Terbit 2021. Puisi-puisinya
pernah dimuat oleh redaksi APAJAKE, Salmapublishing, Poros Timur dll. Kini
aktivitasnya sebagai pengajar. E-mail:
firmanwally02@gmail.com
Nomor
WA/081240039343
Puisi-puisi yang keren
BalasHapus