Puisi-Puisi Heru Patria
GUNDAH ORANG-ORANG KALAH
Pada
genggam pandemi dalam jarak dibatasi
Tercipta lubang-lubang rejeki bagi para pemilik inovasi
Peluang kerja terbuka di laman gawai tanpa harus pergi
Pasar online merajai serupa puisi dalam deklamasi
Hanya orang berotak kerdil, selalu mengeluh anggap Tuhan tak adil
Hanya orang berpikir sempit, terus menjerit dengan perut melilit
Hanya orang berhati dangkal, tak henti ngedumel berbau gombal
Hanya orang-orang kalah, sebelum berjuang sudah menyerah
Tidak
malukah kita kepada matahari
Selalu bersinar tiap pagi setelah malam menghalangi
Coba berkaca saja pada tetes embun
Tak bosan hadir sesaat basahi pucuk daun
Tidak pantas kita menyerah pada pandemi
Jatuh adalah kesempatan agar kita bisa bangkit lagi
Seperti daun jatuh yang tak pernah salahkan angin
Peras saja keringat demi gapai segala ingin
Biar,
biarkan saja angin berhembus pelan
Acuhkan juga langit yang selalu tertutup awan
Air mata kita terlalu mahal tuk mengiringi sesal
Tangis kita terlalu indah untuk digantikan oleh gundah
Bencana tak akan pergi hanya dengan diratapi
Wabah tak akan berlalu hanga dengan gerutu
Patuhi protocol kesehatan tanpa merasa tertekan
Vaksinasi sebagai tembok benteng pertahanan
Langitkan
saja doa-doa sepenuh jiwa
Munajatkan pinta bagi kesembuhan nusa bangsa
Karena di sini ada yang lebih berbahaya dari virus corona
Yaitu tindak korupsi yang makin merajalela
Yakini saja kita bukan orang-orang kalah
Hanya mampu tunduk di bawah perintah serakah
Sesungguhnya kita sedang menanti kekuatan Allah
Yang akan luruskan semua jalan salah arah
Gundah
orang-orang kalah
Tak akan berakhir di tempat sampah
Blitar,
2022
LUNGLAI
Kalah
bertarung melawan kerasnya takdir
Terdesak hidup dalam lingkar paling pinggir
Tanpa ada seseorang sudi sumbangkan pikir
Sebab kami kerdil sebatas butiran pasir
Lunglai
raga jiwa gontai tanpa daya
Menyusuri jalan usang berharap temukan asa
Tapi matahari berpaling enggan beri sinar hangat
Bosan saksikan kami tak beranjak dari garis melarat
Hanya
tanah dan debu masih sedikit akrab
Selimuti kami kala malam dingin mendekap
Hingga pagi datang cibir diri tanpa kasihan
Lihat lunglai makin gerogoti badan
Blitar,
2022
TOLONG DENGAR TUHAN
Tuhan, tolong
dengar doa-doa dari mulut kecil jarang makan
Di tengah gelap malam memeluk perut tahan kelaparan
Ketika nyamuk tiada henti hisap darah gigit kulit
Saat orang kalah berduel dengan kondisi sulit
Kemelaratan melilit
Sakit
Tuhan, tolong dengar keluhan orang pinggiran
Ketika hujan tiada lagi mampu beri kesejukan
Kaki ringkih kami dibelenggu pahit
Sengsara menjerit
Sulit
Tuhan, tolong dengar jerit umatMu
Yang tak kuasa lagi menerima takdir gelapmu
Roda nasib tak pernah berpihak
Dipenjara muak
Sesak
Blitar,
2022
GUNDAH ORANG-ORANG KALAH
Tercipta lubang-lubang rejeki bagi para pemilik inovasi
Peluang kerja terbuka di laman gawai tanpa harus pergi
Pasar online merajai serupa puisi dalam deklamasi
Hanya orang berotak kerdil, selalu mengeluh anggap Tuhan tak adil
Hanya orang berpikir sempit, terus menjerit dengan perut melilit
Hanya orang berhati dangkal, tak henti ngedumel berbau gombal
Hanya orang-orang kalah, sebelum berjuang sudah menyerah
Selalu bersinar tiap pagi setelah malam menghalangi
Coba berkaca saja pada tetes embun
Tak bosan hadir sesaat basahi pucuk daun
Tidak pantas kita menyerah pada pandemi
Jatuh adalah kesempatan agar kita bisa bangkit lagi
Seperti daun jatuh yang tak pernah salahkan angin
Peras saja keringat demi gapai segala ingin
Acuhkan juga langit yang selalu tertutup awan
Air mata kita terlalu mahal tuk mengiringi sesal
Tangis kita terlalu indah untuk digantikan oleh gundah
Bencana tak akan pergi hanya dengan diratapi
Wabah tak akan berlalu hanga dengan gerutu
Patuhi protocol kesehatan tanpa merasa tertekan
Vaksinasi sebagai tembok benteng pertahanan
Munajatkan pinta bagi kesembuhan nusa bangsa
Karena di sini ada yang lebih berbahaya dari virus corona
Yaitu tindak korupsi yang makin merajalela
Yakini saja kita bukan orang-orang kalah
Hanya mampu tunduk di bawah perintah serakah
Sesungguhnya kita sedang menanti kekuatan Allah
Yang akan luruskan semua jalan salah arah
Tak akan berakhir di tempat sampah
Terdesak hidup dalam lingkar paling pinggir
Tanpa ada seseorang sudi sumbangkan pikir
Sebab kami kerdil sebatas butiran pasir
Menyusuri jalan usang berharap temukan asa
Tapi matahari berpaling enggan beri sinar hangat
Bosan saksikan kami tak beranjak dari garis melarat
Selimuti kami kala malam dingin mendekap
Hingga pagi datang cibir diri tanpa kasihan
Lihat lunglai makin gerogoti badan
Di tengah gelap malam memeluk perut tahan kelaparan
Ketika nyamuk tiada henti hisap darah gigit kulit
Saat orang kalah berduel dengan kondisi sulit
Kemelaratan melilit
Sakit
Tuhan, tolong dengar keluhan orang pinggiran
Ketika hujan tiada lagi mampu beri kesejukan
Kaki ringkih kami dibelenggu pahit
Sengsara menjerit
Sulit
Tuhan, tolong dengar jerit umatMu
Yang tak kuasa lagi menerima takdir gelapmu
Roda nasib tak pernah berpihak
Dipenjara muak
Sesak
