3 Puisi Heru Patria - Suara Krajan

Puisi-Puisi Heru Patria
GUNDAH ORANG-ORANG KALAH
 
Pada genggam pandemi dalam jarak dibatasi
Tercipta lubang-lubang rejeki bagi para pemilik inovasi
Peluang kerja terbuka di laman gawai tanpa harus pergi
Pasar online merajai serupa puisi dalam deklamasi
Hanya orang berotak kerdil, selalu mengeluh anggap Tuhan tak adil
Hanya orang berpikir sempit, terus menjerit dengan perut melilit
Hanya orang berhati dangkal, tak henti ngedumel berbau gombal
Hanya orang-orang kalah, sebelum berjuang sudah menyerah
 
Tidak malukah kita kepada matahari
Selalu bersinar tiap pagi setelah malam menghalangi
Coba berkaca saja pada tetes embun
Tak bosan hadir sesaat basahi  pucuk daun
Tidak pantas kita menyerah pada pandemi
Jatuh adalah kesempatan agar kita bisa bangkit lagi
Seperti daun jatuh yang tak pernah salahkan angin
Peras saja keringat demi gapai segala ingin
 
Biar, biarkan saja angin berhembus pelan
Acuhkan juga langit yang selalu tertutup awan
Air mata kita terlalu mahal tuk mengiringi sesal
Tangis kita terlalu indah  untuk digantikan oleh gundah
Bencana tak akan pergi hanya dengan diratapi
Wabah tak akan berlalu hanga dengan gerutu
Patuhi protocol kesehatan tanpa merasa tertekan
Vaksinasi sebagai tembok benteng pertahanan
 
Langitkan saja doa-doa sepenuh jiwa
Munajatkan pinta bagi kesembuhan nusa bangsa
Karena di sini ada yang lebih berbahaya dari virus corona
Yaitu tindak korupsi yang makin merajalela
Yakini saja kita bukan orang-orang kalah
Hanya mampu tunduk di bawah perintah serakah
Sesungguhnya kita sedang menanti kekuatan Allah
Yang akan luruskan semua jalan salah arah
 
Gundah orang-orang kalah
Tak akan berakhir di tempat sampah
 
Blitar, 2022
 
 
LUNGLAI
 
Kalah bertarung melawan kerasnya takdir
Terdesak hidup dalam lingkar paling pinggir
Tanpa ada seseorang sudi sumbangkan pikir
Sebab kami kerdil sebatas butiran pasir
 
Lunglai raga jiwa gontai tanpa daya
Menyusuri jalan usang berharap temukan asa
Tapi matahari berpaling enggan beri sinar hangat
Bosan saksikan kami tak beranjak dari garis melarat
 
Hanya tanah dan debu masih sedikit akrab
Selimuti kami kala malam dingin mendekap
Hingga pagi datang cibir diri tanpa kasihan
Lihat lunglai makin gerogoti badan
 
 Blitar, 2022
 
  
TOLONG DENGAR TUHAN
 
Tuhan, tolong dengar doa-doa dari mulut kecil jarang makan
Di tengah gelap malam memeluk perut tahan kelaparan
Ketika nyamuk tiada henti hisap darah gigit kulit
Saat orang kalah berduel dengan kondisi sulit
Kemelaratan melilit
Sakit
Tuhan, tolong dengar keluhan orang pinggiran
Ketika hujan tiada lagi mampu beri kesejukan
Kaki ringkih kami dibelenggu pahit
Sengsara menjerit
Sulit
Tuhan, tolong dengar jerit umatMu
Yang tak kuasa lagi menerima takdir gelapmu
Roda nasib tak pernah berpihak
Dipenjara muak
Sesak
 
 Blitar, 2022

                                                  


Heru Patria adalah nama penadari Heru Waluyo seorang novelis asal Blitar yang juga gemar menulis puisi dan cerpen. Novel terbarunya berjudul Dalbo : Basa Basi Bumi (Elexmedia, 2021) dan Kerontang Kesaksian Pohon (Hyang Pustaka, 2022). Buku puisinya yang baru terbit berjudul Senyawa Kopi Sekeping Hati (IA Publisher, 2021). Beberapa puisi dan cerpennya dimuat di media cetak maupun online. Penulis bisa dihubungi di FB. Heru Patria, IG. @heru.patria.54, Twitter @HERUPATRIA3, WA. 0813 5746 5016

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak