Puisi Rifky Raya - Narasi Besar

 

Foto oleh Tima Miroshnichenko

Puisi Rifky Raya
NARASI BESAR

semuanya berawal dari bunyi. sebuah ledakan yang terjadi di punggung ibu, hanya sebagai tanda. seonggok daging telah disiapkan di masa lalu. dilempar dari ketinggian langit dan jatuh di antara gunung, hutan dan pesisir pantai. semua orang menangis dan menerima hidup begitu saja. tak ada pertanyaan, tak ada perlawanan. urra! seseorang berlari ke ujung jalan, dan menghampiri sebuah rumah dari pohon perreng. rumah yang meninggalkan jejak bintang di halaman.

hidup terus dilaksanakan. dimulai dari atas batu dan membentuk lingkaran bernama masyarakat. terciptalah nama dan dan benda-benda yang digali dari dalam tanah. tak ada yang bisa menerka, seperti sebuah tangan yang terus sembunyi di balik baju petani. menggerakkan cangkul dengan khidmat dan memercayakan seluruhnya kepada bumi yang keramat.

tak ada narasi besar yang perlu diperjuangkan, kemajuan hanya sebagai tanda sebagaimana ledakan yang terjadi di punggung ibu. dunia menggelinding setiap hari, menyisakan bau amis daging yang terserak di jalanan; di ruas kota, di papan reklame, di hotel dan di trotoar tempat kakek-nenek menjual kacang.

lihatlah, semakin berjalan ke depan, orang-orang hanya menjadi semakin tua dan renta. narasi besar yang berkeliaran di los-los pasar, di balik gedung megah, hanya jualan modernisme. tangan berserakan di mana-mana, berebut tulang belulang dan berakhir dengan jualbeli kutang dan selangkangan.

sumenep, 2022


                                                
Rifky Raya, seniman Language Theatre

1 Komentar

  1. Warga binaan gua sebentar akan lulus sebagai penyair tauliden 🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak