SURAT
PETANG
Bila petang datang, rindu pulang
Kukembalikan ia pada penciptanya
Lalu kukirimi kau surat lewat doa
Meski hingga hari ini tidak ada balasan apa-apa
Sebab, telah kutitipkan pesan tanpa diminta
Biarkan Tuhan menyimpan surat-surat itu
Barangkali ia akan menjadi mawar di tanah surga
Riau, 2022
Di halamanku, duri telah tiada
Semak-semak kubersihkan
Mengenang barangkali suatu hari kau akan pulang
Mengingat rumah di mana kau pernah menghangatkan tubuh dari hujan
Berlindung dari petir yang menyambar
Menghancurkan perasaan yang dibangun
Memecahkan rumah bagi impian
Di
sini datanglah
sebelum halaman itu kubangun
Sebangai lembah dan bukit tinggi serta hutan gelap
Sebagai pembatas, bahwa siapa pun tak bisa memasuki
Karena seekor singa telah berumah di dalamnya
Memecahkan rumah bagi impian
sebelum halaman itu kubangun
Sebangai lembah dan bukit tinggi serta hutan gelap
Sebagai pembatas, bahwa siapa pun tak bisa memasuki
Karena seekor singa telah berumah di dalamnya
Riau, 2022
Pada bibir pantai
Kubiarkan lidah ombak menyentuh tepian
Membasahi daratan yang kehilangan jejak
Seumpama pada jejak di bibir kering
Tak ada puisi bergelombang
Di jantung tak ada puisi berdetak
Seluruh perasaan seperti buih dibawa air
Mengering diserap matahari
Kepadamu laut yang memandang langit
Jadikanlah dadaku seluas angkasa
Hatiku sedalam samudera
Agar segala luka menjadi tawar
Riau, 2022
Riska widiana, berdomisili di Riau kabupaten Indragiri hilir. Aktif menulis tahun 2020 dan kini tergabung ke dalam komunitas menulis yaitu Kelas Menulis Bagi Pemula dan Kelas Puisi Alit (kepul) karyanya pernah termuat ke dalam media cetak dan online. Alamat facebook Riska widiana. Instagram, riskawidiana97 dan alamat email. tembilahanriska@gmail.com