Puisi-Puisi Nancy Mangkut - Dosa Pelacur Kota

 

Aku Menangis
 
Jika hanya A, B, C, D saja
Sekali lagu pasti sudah jadi
Namun bukan hanya itu
Mengenal pekerti, itu lebih suci
 
Kuingat dengan benar
Kau pernah menatap ngeri
Tak gentar sedikit darah di nadi
Kupacu kau bermimpi biar jadi
 
Aku tak minta apapun lebih
Cukup ingat kita pernah di sini
Kuajar kau meski tertatih
Mengapa sarinya kau buang ke tepi
 
Menangis sudah aku menangis
Warta tentangmu tak pernah manis
Kau beri balas lelahku
Hanya dengan tangis
 
Kau caci maki di jalanan, itu aku dengar
Kau sakau pada barang haram, itu aku dengar
Kau mabuk-mabukkan di jalanan, itu juga aku dengar
 
Demi segala tingkahmu
Kini aku yang kau eja dalam puisi
Aku yang kau puja dalam melodi
Tunduk menatap sepatu lusuh
Kau tikam belati tepat di ulu hati
 
Berdiriku kini mereka sangsi
Di sudut kini kupergi menepi
Bukan mati cita di hati
Namun bertanya pada diri yang kian ringkih
Ke mana kan pergi napas pertiwi
Jika begini pekerti anak negeri
 

Pongah
 
Sebab yang di atas sana
Menggaris nasib tidak sama
Kepada manusia yang hidupnya fana
Maka mengapa pongah dibawa?
 
Serupa datang
Begitu pun pergi
Tak bawa pulang semua harta yang membuncah
Hanya secarik lekat di badan
 
Lantas mengapa pongah dengan yang ada?
Ketahuilah
Bahkan bisa sebait puisi jauh lebih dikenang
daripada sebuah nama
 

Tanah Ini
 
Di tanah ini
Ribuan sajak masih segar
Mekar merekah, kemarin
 
Kini
Larik-larik puisipun bagai mati
Tidak bernyawa lagi
Karena darah anak tanah tertumpah ruah
 
Kemarin
Tanah tak berkotak
Begitu dekat
Namun kini
Selepas bangun pagi
Dunia bagai dibagi, bak disekat
 
Putih dengan putih
Merah sama merah
Tiada lagi harmoni
Tiada lagi damai
Semua bagai mati
Bukan lagi mati suri
 

Dari Negeri Seberang
 
Kugelung rambut
menanti senja turun di pantai ini
Semarak angin
menerbangkan daun
Apakah kau sedang sepertiku?
 
Telah kutunjukkan pinanganmu di jari ku
Kepada seluruh di semestaku
Namun negerimu nun jauh di sana.
Membuat ragu hati berlabuh.
 
Telah kau rangkul hatiku
Tetapi bukan hidupku
Sedang gelap enggan berteman sepi
Apalagi aku.
Tak bisa aku.
 
Hidupku ada di negeriku.
Pinanganmu dari negeri seberang
Kulepaspergikan lewat seribu gelombang
Menghantam karang
 
Ketahuilah saat ini
Aku telah pergi dari pantai ini
Maka ingatlah ini!
Aku tak pernah di sini
Apalagi menunggu di sini
 

Dosa Pelacur Kota
  
Malam itu
Di depan cermin bisu
Diusapnya sudut bibir
Bekas kecup semalam
 
Entah malam
Entah siang
Tugasnya memaki dan mengutuk
Dia masih pelacur mainan rupiah
 
Ribuan lembar bertulis kisahnya
Seakan malu buka dan baca
Hanya lebih baik membaca, baginya
Sebab dosa kian telanjang di matanya
 
Dia tahu tak perlu diingatkan
Surga memang bukan miliknya
Tapi untuk itu jalangnya
Untuk bocah di kolong jembatan
 
Siapa lagi hendak bicara Tuhan
Bukankah Tuhan bernyawa
Pada setiap amal manusia ?


Nancy Mangkut, merupakan nama pena dari Venansia Kurniati Mangkut, Lahir di Nekang, 01 April 1990. Menamatkan pendidikan terakhir di program Pendidikan Guru Sekolah Dasar (STKIP st. Paulus Ruteng). Mulai aktif menulis di beberapa media online sejak tahun 2016, sebagai penulis cerpen dan puisi. Ada beberapa judul cerpen seperti: Doa dari Port Moresby, Dorothea, Wanita Penanti Doa. Juga menulis puisi di beberapa media. Dan mengisi kolom sastra pada beberapa chanel YouTube. Sekarang bekerja sebagai guru sekolah dasar di SDK Ruteng V Nusa Tenggara Timur.

3 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak