Puisi-Puisi Mahrus Ali - Menikung Cuaca



Tunggu Aku di Ujung Malam
 
Lembaran kisah mulai merambah pada halaman senja
Aku membaca bait demi bait
Melampaui puisi kemarin yang sempat menyeringai manja
 
Kau berencana menulis sampai akhir kisah
Perjalanan memabukkan tiap singgah
Aku terus membaca
 
Aku berhenti pada pertengahan malam
Kau masih menyusuri senja
"aku yang bicara, kau catat semuanya"
Lambat laun mulai dekat
Ya, sebentar lagi
Di ujung malam kita jumpa
Di sana kita akan membaca bersama ending yang entah
 
Malam pertengahan
Malam di mana ada cerita surga
Tertulis jelas pahala
"apakah kita sedang rindu?"
 
07 Mei 2020

Jalan Sunyi Menuju Berkah

 
Tak harus malam
Pagi ini aku menyelinap
Kamarmu masih gelap
Rindu benar-benar kupendam
 
Ke mana kau sayang
Bukankah rasa ini masih sama
Wajah penuh kasih sayang
Ini adalah karsa kita yang lama
 
Ajari aku menyelaraskan rasa
Agar hanya nada indah
Tercipta tentang kita
Tanpa lara dan luka
 
Pagi ini indah
Kau dan aku
Menuju berkah
 
30 September 2020

Rencana Bisu

 
Sepertiga malam, di sudut rindu yang kian rebah
Kau dan aku menuai gelisah
Temaram sunyi kita dalam mimpi
 
Kau sering memuji diri
Bahkan membuai diri, seakan masih sendiri
Kini aku berdiam diri
Dingin di pipi
Mata kian basah
 
Berselimut resah
Kini, bahkan sering terucap kata hilang
Menghilang
Tak datang
Ini adalah pisah
 
Dan suatu saat nanti, yang akan kau rindu adalah hatiku
Rumah yang pernah kau singgahi begitu teduhnya
Bahkan pernah kita sedekat nadi
Sampai kau pergi begitu saja
Hilang di rimbun tak bertepi
 
Jamuan pagi tak lagi tersaji
Bibir tipis dan senyum manis kini raib
bersama embun dilahap  angin dan matahari
Hanya kicauan burung di ladang pisang
yang dulu menjadi pasukan sorak saat kita berteduh,
berbagi seduh melumat senyum berbagi kita
 
08 Oktober 2019

Menikung Cuaca

 
Persembunyian malam tadi
Menjadi bukti kejadian hari ini
Menikung cuaca panas
Kini tiba-tiba sejuk mukaku tanpa gelisah
 
Aku mencurimu dari keramaian
Menelan ludahmu di ujung lidah
Keringat basah, cuaca panas hilangkan resah.
 
22 April 2020

*Puisi-puisi di atas diambil dari Antologi Puisi Rencana Bisu

Mahrus Ali,  Lahir dan besar dipulau garam madura Pada tanggal 16 Januari 1981 tepatnya didesa Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan. Aktif di dunia Teater sejak 1998 ia bergabung dengan Teater Fataria di Pamekasan, kemudian aktif juga di Teater Sabda Fakultas Adab IAIN Surabaya (sekarang UINSA). Pernah membidangi Seni Budaya di PMII Surabaya. Pernah juga menjadi Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin (Lesbumi) PCNU Lamongan, sampai sekarang masih aktif sebagai Pengurus Lesbumi PWNU Jatim. Sudah Tiga buku puisi yang ia terbitkan, kumpulan cerpen Maha Rindu 2004 (semua penjualan didonasikan pada korban tsunami Aceh), Sehimpun Puisi Monolog Rindu pertengahan 2018 (semua penjualan didonasikan pada korban tsunami Palu),dan yang ketiga "Rencana Bisu, CMG, 2021). Suka membaca Karya sastra sejak masih menjadi Santri di Ponpes Al Falah Branta Tinggi Pamekasan. Ia melumat Puluhan karya Kahlil Gibran, ia juga melahap habis karya karya Pramoedya ananta toer Semenjak kuliah di Fakultas Adab IAIN Surabaya (UINSA sekarang). Sekarang tinggal di Desa Mungli Kecamatan Kalitengah Lamongan, bersama Satu Istri Cantiknya Bernama Juliani Dan Dua orang Putra bernama Alief dan Gilang.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak