Puisi-Puisi Agus Sanjaya - Di Kepalamu: Tumbuh Kota-Kota | Suara Krajan



Foto oleh Enric Cruz López dari Pexels

Puisi-Puisi Agus Sanjaya
Di Kepalamu: Tumbuh Kota-Kota
 
jika dulu rambut di kepalamu, panjang menjuntai ke bumi. mungkin beberapa dekade ke depan, rambut-rambut itu akan dipotong semua. hewan-hewan di sana akan langka, bahkan dinyatakan musnah oleh dunia.
 
di atas kepalamu yang gundul, kota-kota akan menyembul. peradaban baru akan timbul. peradaban lama takkan pernah muncul.
 
ketahuilah, kepala yang gundul akan sering kepanasan. saat tuhan mandi kebanjiran. saat itu terjadi, orang-orang sudah hilang pikiran. tak mendengar lagi tentang sudut selatan.
 
29 April 2022
 
 
Hari Riuh Seharian
 
saat pujian-pujian untuk tuhan
masih bersenandung di jalan-jalan
orang-orang sudah gentayangan
mengunjungi saudara, tetangga, juga rekan
 
semua mirip bocah ingusan
yang meminta jatah uang jajan
mencuat di depan
sambil unjuk baju kebesaran
meski sebenarnya
kebesaran di mata Tuhan
adalah kalung bunga iman
 
orang-orang keliling seperti gasing
jika dilihat akan membuat pusing
seharian menggeliat bagai cacing
sampai sepekan berpaling
semua kembali jadi hening
 
29-30 April 2022
 
 
 Masih Tersimpan Rapi
 
setelah menunaikan ritual subuh
setelah genap bersimpuh
pada tuhannya yang maha penuh
dia hentikan laju becak
menantang sebuah jarak
menuju kampung pertama ia pijak
menuju kerinduan yang selama ini ditolak
 
bayangan perempuan suci
bayangan lelaki yang mendidik mandiri
bayangan bibit kecil disayangi
masih tersimpan amat rapi
 
di sana (rumah kecil),
ada tangan-tangan
--yang seperti memanggil
 
30 April 2022
 
 
Namaku Damar
 
menurut mitos dulu
aku digunakan untuk mengusir setan
yang mengganggu pemukiman
 
aku sering dipasang di pekarangan
untuk menyambut pergantian bulan
 
orang-orang menyembutku Damar
karena aku selalu sabar
membuat kampung penuh binar
 
30 April 2022
 
 
Tek Tok Tek
 
Tek tok tek
aku sering dipukul-pukul
untuk tanda khusus
seperti ada bendera kuning
atau bendera warna lain
 
Tek tok tek
bapak-bapak begadang
juga ikut memukulku
saat berkejaran kucing nakal
mencuri ikan dari rumah warga
 
Tek tok tek
sudah jarang aku dipukul
apa karena mereka malas?
atau aku sudah digantikan
dengan lalu lintas zaman
 
kini aku lebih banyak tidur
di pinggir pos ronda
 
April 2022


                                    

Agus Sanjaya lahir di Jombang, 27 Agustus 2000. Juara 2 Lomba Menulis Cerpen Nasional (Komunitas Sekolah Seru, 2019), Juara 3 Event Menulis Puisi Nasional (Arras Media, 2021), serta Juara 2 Lomba Menulis Puisi Ramadan COMPETER Indonesia. Buku pertamanya berjudul Akar Kuning Nenek, serta keduanya berjudul Lima Sekawan terbit di Guepedia tahun 2020. Saat ini ia tengah sibuk kuliah, menimba ilmu di COMPETER Indonesia dan Kelas Puisi Bekasi (KPB). Karya-karyanya banyak terangkum di antologi bersama, juga di media online seperti: Riau Sastra, Kosana.id, Cerano.id, Sastra Indonesia.org, Nolesa.com, Metamorfosa.co.id, Suku Sastra.com, Dermaga Sastra, Pahatan Sastra, Tirastime, Mbludus, Negeri Kertas.com, serta Inside Lombok.

7 Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak