Puisi-Puisi 100 Penyair dalam Buku Parsel 21 Maret Bagian 11-20

 

REMAH KEJUJURAN YANG TERSISA
 
Negeri ini senyap terbungkam
Tiada kicau merdu si burung nasar
Yang mencabik hati merejam jiwa
Renggut rahasia semua orang
Lewat goresan pena tajam
Bahkan ucap lidah berbisa
 
Fakta tersungsang
Suci dicemar
Derita disantap
Tiada berbatas norma
Nilai tercampakkan
Kebenaran disangsikan
Kuasa jadi pedoman
Hanya remah kejujuran yang tersisa
Di lautan pasir dusta
Memaksa nurani
Sunyi terasing
Merana dan mati
 
Pontianak, 7 Februari 2021
19.10 WIB


COLLOSEUM

 

Tembok tua Colloseum meneteskan air mata

Saat aku berjalan mengelilinginya

Seolah menginjak lantai yang penuh genangan darah

Dan ribuan kepala yang terpisah dari badannya

Memancarkan aura kengerian, hitam dan kelam.

 

Sebilah pedang tajam menghadang

Seorang gladiator merayakan kemenangannya

Dengan garang bayangannya berkelebat

Menyuruhku untuk mundur ke belakang

Atau kepalaku yang akan ditebasnya.

 

Di Colloseum, kucatat peradaban tertua di dunia

Ribuan nyawa hilang tapi penonton senang melihatnya

Pertarungan para gladiator dan perburuan hewan

Jejaknya selalu mengikuti dalam reruntuhan batu

Jejaknya mengikuti hingga jiwaku menjadi beku.

 

Roma, 2019

 
 
TERINGAT ANNE FRANK
 
Betapa jalanan makin terlihat penuh dengan sepeda
Trem melintas perlahan – kita menepi sejenak
Berlomba dengan hujan yang makin lebat
Menuju pelabuhan, menunggu kapal berdinding kaca
Menyusuri kanal bercabang-cabang, berjejer bangunan tua
Aku melupakan sejenak sejarah kelam tanah air
Tiga setengah abad – terbentur seperti saat kapal merapat.
 
Di kejauhan tampak gereja tua Westerkek, patung-patung
Kapal berputar untuk kembali ke pelabuhan
Mungkin orang-orang masih betah di rumah Anne Frank
Korban kekejaman Hitler, sejarah kelam di masa silam
Kembali menyusuri jalanan yang mulai gelap
Langkah kaki melemah, wajah tertunduk seperti kalah perang
Entahlah, di Amsterdam angan-angan terus melayang-layang.
 
Amsterdam, 2020
 
 
Bambang Widiatmoko
CHAO PRAYA
 
Jika perahu terus melaju tanpa arah yang kutahu
Kusandarkan saja bahu pada riak yang berlalu
Namun jelas sungai tetap setia menunggu
Keberadaan Wat Pho dan Wat Arun  tetap membisu.
 
Aku ingin belajar dari para biksu
Belajar memahami kehidupan tanpa prasangka
Atau belajar jurus telapak tangan Buddha
Yang mampu menggetarkan dan membelah angkasa.
 
Di atas laju perahu menyusuri Chao Phraya
Ikan ikan berkumpul berebut makanan
Mungkin telah dititahkannya melalui sabda alam
Hidup adalah penantian - berbekal penuh keyakinan.
 
Bangkok, 2019
  
 
BH. Riyanto
HUJAN KECIL
                  
Ada tempias hujan kecil
saat aku tiba di rumahmu
sore itu
 
Ada linang perjumpaan
di tepi-tepi sanubari
sebab dera kerinduan
selalu saja seperih sembilu
 
Ada sederet obrolan biasa
atau yang tak biasa
mengalir serupa riak kenangan
juga doa-doa
 
Masih ada tempias hujan kecil
saat aku beranjak dari rumahmu
di kalbuku
 
Di kalbuku!
 
Kubawa pergi sampai jauh
ke dada pulau
 
(2020)
 
 
BH. Riyanto
DEGUP JANUARI
 
Masih saja ada derai duka
di antara degup Januari yang basah
 
Hari-hari bermata hantu
mengintai di balik pintu
 
Ketakutan-ketakutan bertahta
di sudut musim yang gulita
 
Masih saja ada nyeri luka
di antara isak segala doa
masih saja
 
Tuhan dekaplah kami!
 
(2021)
  
 
Bukhari Sattah
MELAUT KENANG
 
Semalam kenangan itu datang
Mendayung bak laju sampan
Membelah ombak di kesunyian
Batu karang mengikis pandangan
Remuk redam di pulau tak bertuan
 
Hanya sekilas mimpi tegak berdiri
Menyapa angin tuk berembus kembali
Pada sebilah kayu
Kutitipkan rindu
Hanyutkan impian menjaring waktu
Anganku merayu jemu
 
Lambaian kemesraan sewarna daun
Masih merdu mengalun
Hijaunya meneteskan rupa
Sesekali meledak di udara
Kini kau di mana?
 
Sepotong ilusi kubawa berlayar
Mengarungi luasnya kerinduan
Hingga tak ada lagi kau dan aku
Tapi ombak tetap menderu
Menyapa jejak di pesisir jiwa haru
Merajut sebuah nama yang pernah diberikan ibu
Untuk lahir kembali sebagai catatan waktu
 
Madura, 16 Desember 2020
 
 
Catur Kristiyani
LAJU LUKA
 
Masa lalu berlalu-lalang
Melulu pilu
Itu dulu
Kalau diingat bikin malu
 
Masa lalu melulu kaku
Pada puing laku melaju
Aku tersipu malu
Melihat memori layu
 
Laju kini bukan lagi luka
Laju kini lupa pada luka
Luka lalu telah terganti harsa
Harsa kini melaju pada masa
 
Pati, 12 Februari 2021
 
 
Choeroel Anwar
RINDU SEMAKIN MENEPI
 
Bukan takut badai
Tapi ombaknya meragukan sekali
Semakin jauh berlayar
Rindunya semakin terasa asing
Terpaksa aku menepi
Mencari pelabuhan hati
Meski gersang tapi tulus
Menerima kehadiran rinduku ini
 
Malang, 04.01.2021
 
 
Dedi Wahyudi
HUJAN DAN PAK GURU SANDAL JEPIT
 
saat pulang sudah tiba waktunya
aku memandang tinggi ke mega mendung
firasat hati mengatakan akan segera turun hujan di kotaku siang ini
 
laju perahu air di tempatku membelah selat gelam
membawaku melaju untuk kembali demi bertemu keluarga tercinta
 
rintik-rintik hingga deras
mengucur membasahi jalan- jalan sempit  lagi berlubang yang hentikan derap langkahku
sejenak aku menarik nafas untuk berteduh di kaki lima rumah toko yang lengang akan pengunjung
 
sembari mengenakan jas hujanku berwarna biru
tanpa aku hiraukan hujan deras yang turun
aku bergegas dan berlalu pergi dengan sepeda motor bebek yang selalu setia menemani perjalanan mengabdi si pak guru sandal jepit itu
 
Karimun,09012021
Pukul 17.11 wib

 
Dedy Moerdhaniell
GARIS ITU MEMBENTUKKU
 
Garis itu membentukku
Dari titik menjadi lurus, lengkung, dan lingkar
Goretannya tertanam menjadi pijakan
 
Garis itu membentukku
Hingga akhirnya kutancapkan panji-panji
Lurus di gunung
Lengkung di jalanan
Lingkar di lautan
 
Garis itu membentukku
Berkelana dalam musim
Menyeringai rasa
Dan kembali pada titik kesendirian
 
Situbondo, 28 April 2020
 
 
Devika Nur Baity
JALAN SETAPAK
 
Jalan setapak
Menjulur panjang
Bersama kenangan
Dan rumah yang berderet
Rapi bertanya sepi
 
Ada peluh yang jatuh
Di ujung jalan
Didera laju sepeda
 
Di sana
Di ujung jalan setapak
Ada aroma tanah liat
Yang pekat memikat
 
Tembokrejo, 2020
 
 
Dian Novendria Mutiara Syaharani
HARAPAN
 
Kabut malam menyelimuti
Menambah sendu hari ini
Menatap langit penuh misteri
Menanti kabar baik menghampiri
Terlelap dalam bayang zona ketidakpastian
Hingga waktu yang belum ditentukan
Sinar terang menjadi angan-angan
Yang akan datang bersama kebahagiaan
Menggantung segala harapan pada Tuhan
Sujud yang tak terlewatkan
Yakin akan ketetapan
Kebesaran akan diberikan
Kepada siapa mengharapkan bantuan
Hari penuh kegirangan telah dinantikan
Sepanjang hari menjadi bayangan
Kelabu kehidupan menjadi kenangan
Sebagai pembelajaran untuk lebih baik ke depan
 
Blora, 7 Februari 2021


Puisi-puisi di atas diambil dari Antologi Puisi 100 Penyair Indonesia memperingati Hari Puisi Dunia 2021 “Parsel 21 Maret” yang diadakan oleh Komunitas Sastra Krajan dan diterbitkan oleh CV. Catur Media Gemilang

Baca juga: Bagian 1-10
                   Bagian 21-30
                   Bagian 31-40
                   Bagian 41-50
                   Bagian 51-60
                   Bagian 61-70
                   Bagian 71-80
                   Bagian 81-90
                   Bagian 91-100

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak