Sumber; https://pixabay.com/id/vectors/menetas-biru-petir-abstrak-7098132/
Tiba
saatnya cambuk doa lebih berat dari langkah kaki yang tertatih-tatih, dari
jemari-jemari yang mulai keras pada peradaban, atau pikir-pikir manusia yang
mengkerdilkan menjadi pengkhianat. Barangkali saja ingin lupa Tuhan pada kalimat
denotasi dan konotasi sekalipun, atau sebuah paradigma yang tidak juga
menemukan titik temu yang lebih konkret. Dan mari tertawa atas ketidakpuasan
hasrat yang menjiwai hati menjadi lara, sementara ia tertawa terpingkal-pingkal
tak punya dosa. Hari apa ini, sudahkah ia menjadikan dirinya menjadi lebih
cerah dari warna putih dalam pekat yang hitam, atau emas yang menyala, kata
orang ini november, bulan yang menjadikan bahasa-bahasa menjadi ada atau
setidaknya dia tidak lupa dimana pemuda-pemudi menjadi tonggak sejarah. Kau
pasti ingat, betapa peradaban kini kadang tak punya adab. Ah, sudahlah. Bukan
soal itu yang aku jelaskan pada suara yang mulai parau dalam wicaraku, namun
satu hela napas panjang yang menantikan kesetiaan pada novemberku, dan kali ini
kau tiada, mati barangkali.
KESETIAAN
NOVEMBER
Indramayu, 29 November
2019
Ade Sri Hayati, lahir di Indramayu, 17
November 1994. Lulusan Mahasiswa Universitas Sunan Gunung Jati Cirebon Tahun
2020. Penulis Buku Antologi Sajak Hitam Putih pada tahun 2016. Kontributor
Antologi Puisi “Penyair Cantik Dengan Karya Cantik” Yogyakarta: Penebar Media Pustaka. Pada Tahun 2019
Kontributor Puisi Mudik ke Rahim Ibu dalam Even lomba menulis puisi 2019
Indramayu. Penerbit: Indramayu: Rumah Pustaka dan lain sebagainya.