Polaris Karya Dian Candra Senopati

Foto oleh Cottonbro




POLARIS
Oleh: Dian Candra Senopati*
 
Tahukah kamu apa itu Polaris?
 
Polaris adalah bintang paling terang di Ursa rasi minor. Bintang ini sering dikatakan sebagai lambang kesetiaan. Sebab, bintang yang satu ini, adalah bintang paling terang di langit. Ada yang menyebutnya sebagai bintang utara atau bintang kutub. Polaris adalah bintang yang letaknya sangat dekat dengan kutub langit Utara. Yap, yang pada 2006 lalu, jaraknya hanya 26&prime.
 
Tapi aku tidak ingin membicarakan apa yang sebenarnya dikatakan banyak orang tentang bintang itu. Ini tentang ceritaku yang terus dihantui rasa kehilangan. Pada dasarnya apa yang kita miliki, pasti akan hilang dengan sendirinya. Sesuai waktu, sesuai takdirnya sendiri. Kita hanya berjalan (menunggu) semua itu terjadi. Ya, kehilangan itu adalah kepastian bagi semuanya.
 
Saat itu, di pantai Tajhung menjelang terbenamnya matahari. Aku duduk di hamparan pasir putih itu; bersama Bieyanka. Seorang gadis sederhana yang mempunyai banyak mimpi. Ia terus berupaya keras untuk mewujudkan mimpi-mimpinya itu. Pun saat kenal denganku. Ia tetap menggenggam erat mimpinya, erat.
 
Salah satu mimpinya adalah ingin menjadi Arkeolog.
 
Aku tidak tahu kenapa Bieyanka mengajakku ke pantai itu. Hanya saja, aku mengiyakan. Dia berkata, sejauh ini dia menjadi lebih kuat dan yakin untuk mewujudkan mimpinya itu.
 
"sejauh ini aku menjadi lebih kuat berkat ada kamu. Dan aku adalah manusia beruntung di jaman Pandemi ini," katanya, sambil menatap mataku; tajam.
 
Ya, semua serba terbatas. Sejak semuanya merebak setahun yang lalu. Menjadi tidak enak. Semuanya harus dirumahkan.
 
"memangnya kamu kenapa sampai berkata demikian?,"
 
"ya aku beruntung aja ada kamu disisi aku. Sebenarnya ada yang perlu aku omongin sama kamu,"
 
"itu sebabnya kamu ngajak aku kesini, Bieyanka?,"
 
"Iya, mas"
 
Hari semakin gelap. Debur ombak, desiran angin mengibarkan rambut Bieyanka yang panjang terurai. Matanya memandang jauh ke laut; semacam membuang kegelisahan.
 
"Sebenarnya aku mau pamit ke kamu. Aku harus ngelanjutin studyku ke London; Durham University. Aku akan ngambil jurusan Arkeolog disana,"
 
Aku terdiam. Tak ada kata-kata sedikitpun. Tidak ada suara. Hanya tarian ombak mengecup bibir pantai. Berkali-kali. Rambut panjangnya tetap saja terurai; dihembus angin. Matanya menatap jelas wajahku.
 
"maaf kalau aku baru pamit sekarang ke kamu,"
 
"berarti kamu akan lama di London Bieyanka?,"
 
"Tidak lama. Aku akan berusaha untuk lulus lebih cepat dari biasanya,"
 
"Berarti kita akan dipisahkan jarak yang sangat jauh Bieyanka,"
 
"Jarak itu tidak penting, Mas. Yang terpenting adalah guratan cinta kita yang tetap ada disini; dihati kita,"
 
"Mengapa aku mengajakmu kesini, mas. Selain aku ingin pamit kepadamu. Aku juga ingin kita seperti bintang yang terang itu; Polaris. Semua bintang di semesta ini pusatnya, ya bintang itu mas.
 
Meskipun kita terpisah jarak nanti. Yang menjadi pusat segala antara kita adalah cinta yang sudah kita yakini bersama mas.
 
Jika aku diperbolehkan berbicara dari hati. Sebenarnya aku tidak ingin jauh dari kamu, mas. Tapi ini adalah pilihan. Pilihan untuk kita semakin dewasa dan bijaksana. Meskipun aku tahu ini adalah pilihan yang sulit untuk kita lalui. Tapi aku minta sama kamu, mas. Jaga kesehatan, pola makan dan istirahat yang cukup.
 
Aku tidak ingin, karena pilihan jarak ini menjadikanmu jatuh sakit,"
 
"kita akan selalu dihantui rasa rindu setiap hari Bieyanka. Setiap hari,"
 
"aku yakin kita pasti bisa, mas. Kita pasti kuat menjalani semua ini,"
 
Beiyankan memelukku erat; sambil menangis. Akupun demikian. Tapi segera aku hapus airmataku. Aku tidak ingin membebani pikirannya dengan keberatanku mengizinkannya pergi ke London.
 
Kukecup keningnya. Di tepian pantai itu; sempurna. Dicatat desiran angin. Disaksikan deburan ombak dan nyanyian ikan-ikan dilautan.
 
"Boleh aku menciummu, mas?"
 
Dan...
 
Jakarta Selatan 01/02/22
 
 
*Dian Candra Senopati adalah penulis lepas yang lahir di keresidenan Sumenep. Saat ini tinggal dan menetap di Jakarta Selatan. Aktif menulis puisi, cerpen dan artikel sejak uring-uringan di sekolah menengah atas. Aktif menjadi warga binaan AJI (Aliansi Jomblo Indonesia).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak